Mohon tunggu...
Prayitno Ramelan
Prayitno Ramelan Mohon Tunggu... Tentara - Pengamat Intelijen, Mantan Anggota Kelompok Ahli BNPT

Pray, sejak 2002 menjadi purnawirawan, mulai Sept. 2008 menulis di Kompasiana, "Old Soldier Never Die, they just fade away".. Pada usia senja, terus menyumbangkan pemikiran yang sedikit diketahuinya Sumbangan ini kecil artinya dibandingkan mereka-mereka yang jauh lebih ahli. Yang penting, karya ini keluar dari hati yang bersih, jauh dari kekotoran sbg Indy blogger. Mencintai negara dengan segenap jiwa raga. Tulisannya "Intelijen Bertawaf" telah diterbitkan Kompas Grasindo menjadi buku. Website lainnya: www.ramalanintelijen.net

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Artikel Utama

Blackwater, Constellis Group Ladang Khusus ex Pasus AS

10 Januari 2022   11:17 Diperbarui: 14 Januari 2022   08:01 3942
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Beberapa tahun lalu penulis mendapat hadiah topi loreng dari teman komunitas intelijen dengan logo Blackwater. Kemarin topi dipakai untuk golf dan terinspirasi untuk menulis tentang kontraktor keamanan para ex pasukan khusus AS yang bisa disewa swasta ataupun pemerintah AS maupun negara lain.

Setelah kasus teror WTC (9/11) di New York, operasi kontra teror pemerintah AS yang mengejar Osama bin Laden juga mulai menggunakan kontraktor keamanan untuk operasi khusus termasuk intelijen karena munculnya hambatan HAM.

Selain itu teknologi penyadapan dan penyerangan dengan drones ditingkatkan. CIA meraih sukses besar dalam operasi kontra teror di Irak, Syria, Libya dan Afghanistan.

Salah satu contoh saat terjadinya serangan di konsulat AS dan safe house CIA di Benghazy Libya yang menewaskan Duta Besar J. Christopher Stevens, para penjaga keamanan yang bertempur habis-habisan adalah anggota kontraktor ex angota pasukan khusus AS. Pada saat itu terjadi persaingan antara firma Blackwater dengan kontraktor besar lainnya yaitu Triple Canopy.

Nah, mari kita bahas untuk nambah wawasan kita.

Academy (Blackwater)

Academi adalah perusahaan militer swasta Amerika yang didirikan pada tanggal 26 Desember 1996 oleh mantan perwira Navy SEAL Erik Prince dengan nama Blackwater, yang kemudian berganti nama pada 2009 menjadi Xe Services, dan pada 2011 lebih dikenal dengan nama Academy, setelah perusahaan diakuisisi oleh kelompok investor swasta.

Sejak tahun 2003, grup tersebut telah menerima kontrak dari Central Intelligence Agency (CIA) untuk ops intel di luar negeri. Pada tahun 2013, anak perusahaan Akademi International Development Solutions menerima kontrak sekitar US $92 juta sebagai kontraktor keamanan dari Departemen Luar Negeri Amerika.

Blackwater memberikan layanan angkutan udara, keamanan, logistik, dan transportasi, serta misi kemanusiaan.

Academi (saat bernama Blackwater USA) pada bulan September 2007 adalah satu dari lima perusahaan yang dipilih oleh Kantor Program Teknologi Kontra-Narkotika Departemen Pertahanan, dikontrak lima tahun untuk pengadaan peralatan, bahan dan layanan dalam mendukung kegiatan kontra-narkotika. Kontrak tersebut bernilai hingga US $15 miliar. Perusahaan lain yang dipilih adalah Raytheon, Lockheed Martin, Northrop Grumman, OHI, dan Arinc Inc.

Blackwater USA juga telah dikontrak oleh berbagai pemerintah asing. Program kontra narkotika DEA dan DoD (Department of Defence) juga didukung oleh Blackwater Worldwide di Afghanistan.

"Blackwater terlibat di sisi Departemen Pertahanan" dari program kontra-narkotika di Afghanistan kata Jeff Gibson, wakil presiden untuk pelatihan internasional di Blackwater.

Pada 2008, sekitar 16 personil Blackwater berada di Afghanistan untuk waktu tertentu dalam mendukung upaya DoD dan DEA di fasilitas pelatihan di seluruh negeri.

Blackwater juga terlibat dalam pendampingan pejabat Afghanistan dalam pelarangan narkoba dan kontra narkotika. Seperti yang dijelaskan oleh Richard Douglas, seorang wakil asisten menteri pertahanan.

"Faktanya adalah, kami menggunakan Blackwater untuk melakukan banyak pelatihan polisi kontra narkotika di Afghanistan. Saya harus mengatakan bahwa Blackwater telah melakukan pekerjaan yang sangat baik. Pemerintahan Obama memberi Academi kontrak senilai $250 juta untuk bekerja di Departemen Luar Negeri AS dan Badan Intelijen Pusat di Afghanistan," katanya.

Pada tahun 2005, Blackwater bekerja untuk melatih resimen Komando Laut Angkatan Laut di Azerbaijan, meningkatkan kemampuan lapangan mereka di Laut Kaspia. Di Asia, Blackwater memiliki kontrak di Jepang untuk menjaga sistem radar AN/TPY-2.

Pada bulan Maret 2006, Cofer Black, wakil ketua Blackwater USA, diduga menyarankan pada konferensi internasional di Amman, Yordania, bahwa perusahaan siap untuk menyiapkan personil profesional keamanan hingga ukuran brigade (3.000--5.000) untuk bantuan kemanusiaan dan menghadapi konflik intensitas.

Mark Manzetti, menulis di The New York Times pada tanggal 19 Agustus 2009 dan melaporkan bahwa CIA telah menyewa Blackwater sebagai bagian dari program rahasia untuk menemukan dan membunuh mata-mata top Al Qaeda.

Direktur CIA saat itu, Leon Panetta, telah mengakui program pembunuhan bertarget rahasia yang direncanakan, yang dirahasiakan dari pengawasan Kongres.

Sumber Manzetti, yang mengaitkan program tersebut dengan Blackwater, menolak untuk mengumumkan nama mereka. CIA bertindak berdasarkan pernyataan hukum presiden 2001, yang dikenal sebagai temuan, yang memberi wewenang kepada CIA untuk mengejar upaya tersebut.

Jeremy Scahill melaporkan di The Nation pada November 2009 bahwa Blackwater beroperasi bersama CIA di Pakistan dalam operasi "snatch and grab" yang menargetkan anggota senior Taliban dan Al Qaeda.

Laporan tersebut mengutip sumber yang tidak disebutkan namanya yang telah bekerja pada program rahasia militer AS, yang mengungkapkan bahwa anggota senior pemerintahan Obama mungkin tidak menyadari bahwa Blackwater beroperasi di bawah kontrak AS di Pakistan.

Seorang juru bicara Blackwater membantah klaim tersebut, menyatakan bahwa mereka hanya memiliki satu karyawan di Pakistan.

Kontraktor ini menjadi tenar pada tahun 2007, ketika sekelompok karyawannya membunuh 17 warga sipil Irak dan melukai 20 lainnya di Nisour Square, Baghdad. Empat anggotanya dihukum di AS, tetapi kemudian diampuni pada 22 Desember 2020 oleh Presiden Donald Trump.

Triple Canopy

Triple Canopy, Inc adalah perusahaan keamanan swasta Amerika yang menyediakan layanan keamanan, dukungan misi, dan manajemen risiko terintegrasi untuk klien korporat, pemerintah, dan nonprofit. Perusahaan itu didirikan pada bulan Mei 2003 oleh mantan Pasukan Khusus Angkatan Darat, termasuk mantan operator Delta Force.

Constellis Group

Pada bulan Juni 2014, Triple Canopy bergabung dengan firma kontraktor Academy yang selama ini menjadi saingannya. Keduanya membentuk firma bernama Constellis Group.

Craig Nixon, mantan CEO Academi, dipercaya menjadi CEO Constellis Group. Tempat dan fasilitas pelatihan dikonsolidasikan di fasilitas pelatihan Academi yang ada di Carolina Utara.

Pusat pendidikan itu dikelola oleh, antara lain, sejumlah mantan personel Operasi Khusus US Army (Green Berret, Rangers), SEAL, Operator Keterampilan Kritis MARSOC, personel operasi khusus lainnya, dan beberapa petugas penegak hukum. Pada saat merger, tercatat lebih dari 5.000 karyawan yang bekerja untuk Triple Canopy.

Grup perusahaan Constellis telah berkembang menjadi tim global pemimpin industri termasuk Triple Canopy, Olive Group dan The Development Initiative, serta perusahaan warisan Centerra, ACADEMI, AMK9, OMNIPLEX, Strategic Social, dan Edinburgh International.

Saat ini, Constellis adalah perusahaan spesialis manajemen risiko non-keuangan terbesar dan paling beragam di Amerika Serikat, menawarkan solusi turn-key untuk mengatasi tantangan paling kompleks para pelanggan di mana pun dibutuhkan di seluruh dunia.

Analisis

Ternyata kontraktor keamanan ex pasukan khusus di AS bisa berkembang menjadi besar karena mereka mendapat kontrak yang sangat besar. Operasi lapangan juga diperluas, selain intelijen, dukungan logistik, juga kemanusiaan, bisa dimainkan di belahan dunia mana saja, baik sexara terbuka maupun tertutup.

Muncul sekilas pemikiran penulis, bagaimana bila ada yang mendanai dan kontraktor ini diminta beroperasi di wilayah Indonesia? Pernah ada bisik-bisik (underground), katanya ada ex Tropaz yg ikut main di Papua, handlernya dari luar, sepertinya hoax.

Tapi senjata serbu Kelompok Teroris di Papua yang selama ini disebut KKB cukup modern dan mereka mampu melakukan gerilya serta aksi teror yang terencana.

Menurut Kepala Kepolisian Daerah Papua, Inspektur Jenderal (Irjen) Mathius D Fakhiri, di Jayapura, Kamis (20/5/2021) diketahui ada enam kelompok kriminal bersenjata (KKB) berkumpul di Distrik Ilaga, Kabupaten Puncak, Papua. Kekuatan mereka diperkirakan mencapai 150 orang yang aktif, belum termasuk simpatisan.

"Dari enam kelompok yang sedang berkumpul di Ilaga, yang aktif sekitar 150 orang, tetapi kalau dengan peserta cukup besar," kata Mathius.

3 Kelompok Kriminal Bersenjata atau KKB Papua masih terus melakukan aksi teror penyerangan terhadap warga serta aparat.

Polda Papua merilis sebanyak 44 orang tewas dalam kontak tembak dengan kelompok kriminal bersenjata (KKB) sepanjang 2021. Peristiwa ini terjadi di beberapa lokasi di wilayah Papua.

"Memang benar dari 92 kasus penembakan yang terjadi mengakibatkan 44 orang meninggal. 15 orang di antaranya anggota TNI-Polri," ujar Kapolda Papua Irjen Pol Mathius Fakhiri dalam penyampaian rilis akhir tahun di Jayapura, Kamis (23/12/2021).

Penutup

Mengingat AS sebagai negara besar menggunakan kontraktor keamanan untuk operasi senyap dan pengamanan lainnya, maka ladang seperti Blackwater, Triple Canopy dan Constellis Group akan tetap eksis dan subur. Intelijen Indonesia perlu mendalami kemungkinan mereka dioperasikan oleh pihak tertentu di troble spot seperti Papua. Semoga bermanfast, Pray Old Soldier.

Penulis: Marsda TNI (Pur) Prayitno Wongsodidjojo Ramelan, Pengamat Intelijen

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun