Mohon tunggu...
Prayitno Ramelan
Prayitno Ramelan Mohon Tunggu... Pengamat Intelijen, Mantan Anggota Kelompok Ahli BNPT

Pray, sejak 2002 menjadi purnawirawan, mulai Sept. 2008 menulis di Kompasiana, "Old Soldier Never Die, they just fade away".. Pada usia senja, terus menyumbangkan pemikiran yang sedikit diketahuinya Sumbangan ini kecil artinya dibandingkan mereka-mereka yang jauh lebih ahli. Yang penting, karya ini keluar dari hati yang bersih, jauh dari kekotoran sbg Indy blogger. Mencintai negara dengan segenap jiwa raga. Tulisannya "Intelijen Bertawaf" telah diterbitkan Kompas Grasindo menjadi buku. Website lainnya: www.ramalanintelijen.net

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Optimisme Melawan Virus Delta

18 Juli 2021   05:26 Diperbarui: 18 Juli 2021   05:28 709
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi varian virus corona Delta. Varian ini pertama kali diidentifikasi di India, sebelumnya dinamai B.1.617.2. Virus corona varian Delta. (sumber: Shutterstock/angellodeco via kompas.com)

Sejak tanggal 2 Juli 2021 pemerintahan dibawah Presiden Jokowi menerapkan PPKM Darurat di Pulau Jawa dan Bali, karena menghadapi efek negative arus mudik dan berkembangnya beberapa varian baru virus corona khususnya Delta. Intinya lebih ganas dan mudah menulari.

Penyebaran covid yang ganas menurut Menko Marves Luhut Binsar Pandjaitan sebagai koordinator pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) mikro darurat untuk Pulau Jawa dan Bali, 90 persen kasus di Jakarta adalah varian Delta.

Ada dua pemikiran warga yang berkembang yaitu berfikir optimis atau pesimis. Penularan di Indonesia mencapai rekor 54.000 perhari, dimana DKI Jakarta pernah tembus di angka 14.000 perhari.

Kita banyak termakan pengaruh psikologis kasus India, berita seakan-akan semua akan berantakan. Memang kita terpukul meningkatnya penularan, sehingga BOR RS umumnya diatas 90 persen.

Banyak warga yang harus isolasi mandiri dan menjadi korban. Pasokan oxygen dan obat-obatan terbatas, diberitakan banyak padien covid tergeletak di lantai UGD.

Nah, pemerintah jelas mengambil langkah menambah RS dan pusat Isolasi di Rusun, Wisma Haji serta tenda- tenda. Selain menerapkan PPKM Darurat, pemerintah menerapkan PPKM Mikro ketat di 43 wilayah luar Jawa.

Selain itu pemerintah juga melakukan akselerasi program vaksinasi serta meningkatkan kesiapan sistem kesehatan yaitu fasilitas kesehatan dan tenaga kesehatan.

Hindari Pandangan Pesimis

Dalam menghadapi pressure berat penyebaran covid, seharusnya kita bangsa Indonesia jangan pesimis karena kita akan terbawa arus ke jurang emosional tidak berbatas, curiga, benci, putus asa dan berbagai sikap intoleran.

Dari pemahaman kata optimis dan pesimis dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia digolongkan sebagai nomina. Optimis bermakna 'orang yang selalu berpengharapan (berpandangan) baik dalam menghadapi segala hal.

Makna pesimis ialah orang yang bersikap atau berpandangan tidak mempunyai harapan baik (khawatir kalah, rugi, celaka, dsb); orang yang mudah putus (tipis) harapan'.

Pusat Pertempuran Melawan Covid

Perang melawan covid bagi Indonesia terdiri dari medan tempur utama di Pulau Jawa dan Bali karena 60 persen penduduk terpusat di Pulau Jawa. Selain itu tercatat ada medan tempur kedua di 43 wilayah di luar Jawa.

Nah, pertempuran terberat dan terpenting di Pulau Jawa adalah DKI Jakarta sebagai pusat pemerintahan. Harus disadari Jakarta adalah barometer indonesia dengan penduduk diperkirakan 10,5 juta jiwa.

Memang hingga kini bila dilihat ukuran sejak 2 Juli 2021 Jakarta penyumbang angka tertinggi penularan covid di Indonesia. Ini yang harus segera diredam, Jakarta kunci kepercayaan dunia internasional terhadap Indonesia.

Kalau mendengar berita media kita akan takut dan bisa saja pesimis. Tetapi dari angka penularan walaupun masih tinggi diatas 12 ribu, PPKM Darurat mulai mampu melandaikan.

Data penularan sejak Juli 2021:

1 Juli, Kamis: 7.541 kasus
2 Juli, Jumat: 9.399 kasus
3 Juli, Sabtu: 9.702 kasus
4 Juli, Minggu: 10.485 kasus
5 Juli, Senin.: 10.903 kasus
6 Juli, Selasa: 9.439 kasus
7 Juli, Rabu: 9.366 kasus
8 Juli, Kamis: 12.974 kasus
9 Juli, Jumat: 13.112 kasus
10 Juli, Sabtu: 12.920 kasus
11 Juli, Minggu: 13.133 kasus
12 Juli, Senin: 14.619 kasus
13 Juli, Selasa: 12.182 kasus
14 Juli, Rabu: 12.667 kasus
15 Juli, Kamis: 12.691 kasus
16 Juli, Jumat : 12.415 kasus
17 Juli, Sabtu: 10.168 kasus

Dari data terlihat mulai 1 Juli angka naik terus hingga tertinggi pada tanggal.12 Juli 2021 yaitu 14.619, kemudian mulai turun ke 12 ribuan dan hingga tulisan ini di susun jumlsh kasus positif turun ke 10.168.

Survei Serologi di DKI

Dari hasil survei Pemerintah Provinsi DKI Jakarta melalui Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta berkolaborasi dengan Tim Pandemi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (UI), Lembaga Eijkman, dan Center for Disease Control (CDC) Indonesia melakukan survei serologi di Ibu Kota Jakarta menunjukkan hampir separuh warga DKI Jakarta atau sekitar 44,5% dari 10,6 juta penduduk pernah terinveksi virus corona.

Survei serologi ini secara spesifik bertujuan untuk mengukur proporsi warga Jakarta yang memiliki antibodi terhadap virus Covid-19.

Artinya dari hasil survei serologi sebanyak 4.717.000 orang penduduk jakarta dari berbagai lapisan umur telah terjangkiti virus corona Covid-19.

Kepala Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta, Widyastuti, menjelaskan, survei serologi merupakan teknik berbasis imunologi yang bertujuan untuk mengukur respons imun tubuh terhadap suatu antigen dari sediaan darah seseorang.

Umumnya para penyintas dan kemudian divaksin, antibodinya tinggi. Terbukti beberapa penyintas covid anti bodinya tinggi terlebih setelah divaksin.

Pengecekan antibodi corona virus yang penulis lakukan baik di Prodia atau di Biotes adalah pemeriksaan Anti Sars Cov 2 S-RBD Kuantitatif metode ECLIA (0.8) atau Anti Sars Cov 2 IgG II S-RBD Kuantitatif metode CMIA (50).

Antibodi metode ECLIA yang penting diatas 0,8 berarti sudah terbentuk. Umumnya tiap orang berbeda besarannya. Metode CMIA bila nilai melebihi 50, antibodi terbentuk.

Beberapa penyintas yang penulis kenal setelah divaksin dua kali bahkan bisa mencapai 10.000 dengan metode CMIA.

Ada penyintas yang mencapai 287 dengan metode ECLIA. Penulis di usia 73 tahun setelah dua kali vaksin dengan metode ECLIA nilainya 2,87 dan isteri 47.

Ini berarti bahwa data survei serologi bernilai positif, justru hampir 50 persen penduduk DKI Jakarta paling tidak sudah mempunyai antibodi, karena itu dengan target 7 juta divaksin maka dapat diharapkan terbentuknya herd immunity.

Oleh karena itu bagi warga Jakarta mari kita dukung strategi presiden tentang program percepatan vaksin. Gabungan PPKM Darurat plus percepatan vaksinasi penulis simpulkan sementara akan dapat mengendalikan penyebaran covid.

Dari data beberapa hari terakhir yang tertular mulai turun walau masih di 10.000an, indikadi yang cukup menggembirakan.

Kesimpulan

Dalam menghadapi gempuran virus corona saat ini, kita jangan pesimis, karena pandemi tidak hanya memukul Indonesia sebagai negara dengan penduduk keempat terbanyak di dunia.

Sementara banyak negara lain yang penduduknya lebih sedikit tetapi korbannya lebih banyak. Dari data yang ada memang varian Delta yang ganas sedikit banyak mulai dapat terkendali.

Rasanya sedih tiap hari mendengar kerabat, teman, saudara, kenalan baik yang meninggal dunia. Kita harus smart, jangan membenci, tidak jujur, berniat jahat, ini ujian Allah dan kita ikuti upaya pemerintah, walaupun bagi kita terasa berat, tidak ada jalan lain selain mengendalikan mobilitas masyarakat, mempercepat vaksinasi dan memperketat aturan 5M.

Kita harus bergandeng tangan menghadapi serangan varian Delta, diawali kemampuan mengendalikan dan membatasi penyebaran di Jakarta sebagai barometer Indonesia. Bila kita optimis, In Sya Allah kita bisa. Semoga bermanfaat. Pray Old Soldier.

Penulis: Marsda TNI (Pur) Prayitno Wongsodidjojo Ramelan, Pengamat Intelijen

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun