Pemilihan Umum Presiden Indonesia 2024 adalah proses demokrasi untuk memilih Presiden dan Wakil Presiden
Republik Indonesia periode 2024--2029. Komisi II DPR bersama pemerintah dan penyelenggara pemilihan umum telah menyepakati hari pemungutan suara Pemilihan Umum 2024 (Pemilu Presiden dan Legislatif) akan jatuh pada Rabu (28/2/2024). Pemilihan ini adalah pemilihan presiden langsung kelima di Indonesia. Untuk pemungutan suara Pilkada Serentak 2024 jatuh pada Rabu (27/11/2024).
Walau pilpres baru akan dilaksanakan sekitar tiga tahun dan delapan bulan lagi, publik mulai membicarakan siapa yang diprediksi sebagai calon kuat dan pasangannya.Â
Untuk mengetahui calon kuat kunci jawaban ada di lembaga survei yang dengan sistemnya mampu menemukan gambaran popularitas dan elektabilitas calon pemimpin nasional Indonesia periode 2024-2029.
Menjadi persoalan apabila sebuah lembaga survei saat melakukan survei dibiayai oleh sebuah kelompok, partai atau team sukses calon. Banyak lembaga survei yang telah berkiprah sejak pilpres 2004. Kita tahu ada yang independen dan ada yang berbayar.Â
Nah, walaupun masih dikatakan baru tampil, Lembaga Survei Parameter Politik Indonesia (PPI) cukup menarik diamati, walau belum tentu hasil surveinya benar 100 persen.
PPI menemukan tren penurunan elektabilitas Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto sebagai capres 2024, berbeda dengan tokoh capres lainnya yang cenderung meningkat.Â
"Secara umum ada (survei) bulan Februari dan Mei. Prabowo agak sedikit turun (19,9% jadi 18,3%). Kemudian Ganjar naik dari 13,9% menjadi 15,5%, AHY naik (3,8% jadi 7,5%), kemudian RK (Ridwan Kamil dari 4,1% jadi 6,7%) dan seterusnya," kata Direktur Eksekutif PPI Adi Prayitno dalam rilis survei yang bertajuk "Peta Politik Menuju 2024 dan Peta Politik Mutakhir" secara daring, Sabtu (5/6/2021).
Selain itu PPI membuat simulasi pasangan terkuat, bila pilpres diadakan saat ini, mereka yang di surcri terbaik akan menang. Tetapi banyak faktor yang akan memengaruhi menuju 2024, selain waktu juga dinamika politik dan pengaruh psikologis.
Simulasi pertama PPI menduetkan Prabowo - Anies melawan Puan Maharani - AHY. Dari simulasi ini, Prabowo - Anies unggul dengan 43,8 persen dukungan, sedangkan Puan - AHY 13,9 persen, dan 42,3 persen sisanya ragu atau tidak menjawab.
Simulasi kedua, pasangan Anies - AHY melawan Prabowo - Puan. Hasilnya, Anies - AHY unggul dengan 35,9 persen, sedangkan Prabowo - Puan hanya meraih 21,8 persen dukungan, dan 42,3 persen ragu atau tidak menjawab.
Ketiga, Prabowo bila berpasangan dengan Ganjar melawan Anies - Sandiaga. Dari komposisi ini, Prabowo - Ganjar unggul tipis memperoleh 35,7 persen, Anies-Sandiaga 32,1 persen, dan 32,2 persen ragu/tidak menjawab.
Skenario terakhir ialah Prabowo - Sandiaga melawan Puan - Anies Baswedan. Pasangan Puan - Anies ini sempat dilontarkan oleh politikus PDI Perjuangan Effendi Simbolon, rekan satu partai Puan. Dari simulasi ini, Puan-Anies hanya mendapat 25,1 persen dukungan, kalah dari Prabowo-Sandiaga yang meraih 37,7 persen dukungan.
Duet Prabowo-Anies paling kuat di antara komposisi lainnya dengan dukungan sebesar 42,8 persen.
Survei ini digelar pada 23-28 Mei 2021 melibatkan 1.200 responden. Survei menggunakan metode simple random sampling dan dilakukan melalui wawancara telepon. Margin of error survei diklaim 2,9 persen dengan tingkat kepercayaan 95 persen.
Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia Adi Prayitno mengatakan, dari simulasi ini diketahui bahwa posisi Prabowo kuat sebagai calon presiden. "Secara umum posisi kuat Prabowo Subianto adalah capres, bukan sebagai cawapres," kata Adi Prayitno dikutip dari paparan hasil survei, Ahad, 6 Juni 2021.
Adi mengatakan dukungan terhadap Anies sebagai capres juga terlihat kuat. Namun, kata Adi, dukungan untuk Puan Maharani sebagai capres 2024 tidak signifikan.Â
"Misalnya dalam simulasi duet Puan - Anies Baswedan hanya memperoleh 25,1 persen, begitu pun pasangan Puan-AHY hanya mendapat 13,9 persen," ujar dia.
Dari hasil survei pasangan tersebut terlihat bahwa Prabowo dan Anies terlihat masih mempunyai potensi sebagai capres. Sementara Ganjar Pranowo bukan tidak mungkin bisa menjadi kuda hitam, persoalannya menurut PPI status Puan sebagai pemilik rumah dan Ganjar yang ngekos akan memengaruhi di calon.
Persoalan yang terbaca karena elektabilitas Puan masih rendah, karena itu muncul spekulasi saat peresmian patung Bung Karno di Kemhan oleh Menhan Prabowo dengan Ibu Megawati, pendamping Mega adalah putranya Prananda, bukan Puan. Apakah Prananda yang akan dimunculkan?
Masalah rencana pengadaan Alutsista di Kemhan sedikit banyak akan memengaruhi ektabilitas Prabowo apabila konsep tersebut batal.
Pertanyaannya siapa King Maker capres dan cawapres 2024? Penulis pada artikel terdahulu menulis PDIP, Gerindra dan NasDem diprediksi akan menduduki posisi tiga besar.
Greget pemilihan umum calon presiden dan wakil presiden mulai terasa menghangat.
Kondisi yang perlu diwaspadai oleh Presiden Jokowi, adalah teori Lame Duck (bebek lumpuh). Lame duck mengacu pada sebuah pengertian seekor unggas yang terluka dan tidak mampu merawat dirinya sendiri, menjalani sisa hidupnya tanpa arah, menunggu predator memangsanya atau mati perlahan.
Di Amerika Serikat ungkapan ini biasanya bersifat politis, sedangkan di Inggris ungkapan ini biasanya berhubungan dengan bidang keuangan. Namun baik di Amerika maupun Inggris istilah ini memiliki kesamaan arti.
Secara teori politik, umumnya pada periode kedua jabatan presiden, maka pemerintahan hanya kuat pengaruhnya dalam tiga tahun pertama.Â
Dalam dua tahun terahir para politisi, pebisnis, parpol akan sibuk memikirkan masa depan masing-masing, karena itu kepala negara disebut sebagai bebek lumpuh, karena partai pendukungnya sibuk dengan kepentingan masing-masing. Indikasi ini mulai muncul dengan kesibukan menggadang-gadang pasangan capres-cawapres.
Semoga ini tidak berlaku pada pak Jokowi, penulis masih percaya dalam posisinya ada tiga tokoh bila tidak ada perubahan drastis dan prinsip, melawan teori umum, maka Ibu Megawati, Pak Jokowi dan pak Surya Paloh akan menentukan komposisi calon, bertindak sebagai King Maker. Kira-kira begitu. Semoga bermanfaat, Pray Old Soldier
Penulis : Marsda TNI (Pur) Prayitno Wongsodidjojo Ramelan, Pengamat Intelijen
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H