Keputusan Biden memilih Burns kemungkinan juga memperhitungkan posisi Direktur Intelijen Nasional (ODNI), Avril D. Haines, yang mengawasi 17 badan intelijen negara, termasuk CIA. Meskipun DNI secara teknis lebih senior dari direktur CIA, diperkirakan tidak ada ketegangan dan konflik di antara keduanya, yang telah bekerja sama sebelumnya di Departemen luar negeri AS.
Analis berpendapat, sebagai direktur CIA, Burns kemungkinan akan menghadapi kebijakan luar negeri Rusia yang lebih berani dan China yang menunjukkan sikap siap berkonflik dan bersaing dengan Amerika, di samping ancaman perubahan iklim dan pandemi global yang ditetapkan Biden di jantung agenda keamanan nasionalnya.
Nilai dan Arti Penting bagi Indonesia
Bagi Indonesia, karena Burns non-partisan, dia akan fokus kepada tugas utamanya dalam misi intelijen dengan format diplomasi.
Para pemegang amanah di Indonesia sebaiknya lebih membaca cara berpikir Burns terutama maalah geopolitik dan geostrategi kawasan regional, Asia Tenggara, Laut China Selatan serta kawasan Indo-Pacific secara utuh.
Di bawah Burns Badan Intelijen di Indonesia sebaiknya memperkuat Kemenlu, pendekatan Amerika ke Indonesia walau dalam format diplomasi tetap intinya adalah intelijen.
Maksudnya, para pejabat diplomatik tidak 'bias' membaca kepentingan nasional Amerika yang ada dalam benak pikiran Burns.
Informasi dan analisis Burns dan Haines penulis perkirakan akan menentukan keputusan Biden memilih antara stick and carrot, baik terhadap sekutu, mitra, atau lawannya.
Semoga bermanfaat, Pray Old Soldier.
Penulis : Marsda Pur Prayitno Wongsodidjojo Ramelan,Pengamat Intelijen
Sumber: trtworld, parstoday, wiki dll.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H