Presiden Joko Widodo menyinggung soal kemungkinan Indonesia lockdown sebagai akibat dari pandemi Covid-19 yang belum kunjung membaik.
Survei menunjukkan, tingkat kepatuhan masyarakat terhadap protokol kesehatan semakin menurun sebagaimana disampaikan dalam rapat terbatas bersama menteri dan gubernur yang disiarkan secara live melalui Instagram Sekretariat Presiden, Rabu (6/1/2021).
Analisis
Dari data-data di atas, mestinya masyarakat alert (waspada) dan sadar bahwa Covid-19 bisa semakin meluas, menggila, karena sekarang naiknya rate positif harian dari 4.000-an ke 8.000. Cepat sekali.
Apabila masyarakat cuek dan tetap kurang memperhatikan disiplin "3M" (Masker, Menjaga jarak, dan Mencuci tangan) nampaknya angka harian 10.000 yang terpapar bisa tercapai dalam waktu tidak lama lagi.
Masalah yang perlu kita khawatirkan ini bersama akan juga berpengaruh terhadap RS rujukan/bed occupancy yang akan semakin terbatas.
Dari penjelasan Epidemiolog Dicky Budiman bahwa jumlah yang terpapar diperkirakan beberapa kali, ini harusnya membuat masyarakat semakin alert. Informasi ini yang perlu disikapi pemerintah.
Satu hal yang penting kita perhatikan yaitu makin banyaknya klaster keluarga, di mana anggota keluarga yang keluar rumah (bekerja, belanja, kegiatan lain di luar rumah), ada yang kurang paham ancaman Covid-19, baik droplet ataupun aerosol.
Beberapa kasus yang penulis kenal, teman baik Purn AU, meninggal dunia, sekeluarga terpapar setelah berkumpul saat acara keagamaan di rumahnya.
Ada juga teman istri setelah belanja ke pasar, meriang dan hanya empat hari setelahnya meninggal dunia, ditambah tiga anak dan cucu-cucunya positif.
Ada juga mantan petinggi, mayoritas pembantu, anak, mantu, dan cucunya terkena karena pembantu tertular di pasar. Tetapi karena kemampuan dan pengetahuannya menangani Covid-19, tidak jatuh korban di keluarga dan pekerjanya yang berjumlah belasan.