Departemen Luar Negeri AS mengumumkan, Secretary (Menlu) Pompeo akan melakukan perjalanan luar negeri ke India, Kolombo, Sri Lanka, Maladewa, dan terakhir ke Indonesia dalam rentang waktu 25 hingga 30 Oktober mendatang.
"Menlu Pompeo akan melakukan perjalanan ke Jakarta untuk menyampaikan sambutan publik dan bertemu dengan mitranya dari Indonesia untuk menegaskan visi kedua negara tentang Indo-Pasifik yang bebas dan terbuka," kata pernyataan tersebut.
Menurut Retno, selain melakukan pertemuan bilateral dengannya, Pompeo akan hadir dalam forum gerakan Pemuda Ansor, dimana Pompeo akan membahas mengenai dialog agama dan peradaban.
"Komitmen kuat peningkatan kemitraan ini tercermin dengan intensifnya saling kunjung pejabat kedua negara bahkan di masa pandemi ini," ujar Menlu Retno.
Dia menyebutkan saling kunjung di antaranya, wakil Menteri Pertahanan AS telah berkunjung ke Indonesia, kunjungan Menteri Pertahanan Indonesia Prabowo ke AS, delegasi US International Development Finance Corporation juga direncanakan akan berkunjung ke Indonesia pekan ini, dan Menlu Pompeo berkunjung pekan depan.
"Saya yakin pembicaraan saya dengan Secretary Pompeo akan berjalan dengan baik dan sekali lagi dapat memperkokoh hubungan bilateral kita dengan AS," ujar Menlu.
Analisis
Dinamika geopolitik di kawasan Asia Pasifik, khususnya meningkatnya suhu di Laut China Selatan antara AS dengan China kini semakin serius. Pada dasarnya strategi OBOR dan BRI China adalah prosperity, memengaruhi negara lain dengan pinjaman.
AS menilai bagi negara yang tidak mampu membayar akan masuk dalam jebakan utang, membayar dengan kompensasi khusus.
Negara-negara di jalur OBOR menjadi ajang perebutan pengaruh untuk mendapat dukungan penguasaan LCS. AS menilai China semakin meningkatkan dan memodernisasi kemampuan tempur maritimnya.
Ben Bland seorang analis dalam bukunya Man of Contradictions: Joko Widodo and the struggle to remake Indonesia seperti yang dikutip dari The Sydney Morning Herald, menulis bahwa Presiden Jokowi "tertarik untuk menarik investasi dari negara manapun yang memiliki uang tunai paling banyak demi mencapai tujuan ekonomi domestiknya”.