Hari Jumat (21/8/2020), penulis dapat kiriman video, terlihat ada seorang wanita yang tidak menggunakan masker berdebat dengan beberapa Satpam di sebuah toko kawasan Melawai. Akhirnya ia dipaksa keluar oleh Satpam, walau teriak-teriak.Â
Dari kasus itu ada dua sudut pandang, kok sampai dipaksa begitu, mestinya bicara baik-baik (ini kata penganut HAM). Dari sisi lain, Satpam itu dinilai bagus karena menerapkan aturan protokol kesehatan.
Dalam kondisi perang melawan Covid, kita harusnya berpikir positif. Video itu hanya kasus kecil, tetapi prinsip, menginspirasi penulis, mengonkritkan yang abstrak dalam pikiran, agar bermanfaat untuk menambah wawasan.Â
Kita semua setuju, saat ini sedang perang melawan mahluk yang besarnya 1.000 kali lebih kecil dari titik debu, namanya Covid-19. Virus baru ini penuh misteri yang mampu membuat sengsara dan mampu mematikan manusia .
Kasus Covid di Indonesia Terus Naik
Dari update kasus Covid di Indonesia, hingga Minggu (20/8/2020) pukul 12.00 WIB, terdapat 147.211 kasus positif (Satgas Penanganan Covid-19).Â
Dalam 24 jam terakhir, tercatat ada penambahan 2.266 kasus baru. Pasien yang dinyatakan sembuh bertambah 2.017 orang, total pasien sembuh 100.674 orang. Jumlah pasien Covid-19 yang meninggal bertambah 72; total pasien Covid-19 yang meninggal dunia 6.418 jiwa. Pada worldometer Indonesia berada pada ranking-23 dunia.
Update kasus Covid dunia di tanggal sama, Coronavirus Cases: 22,848,046, Deaths : 796,331, Recovered: 15,500,463 (worldometer).
Update AS (ranking terbanyak-1), total kasus 5.700.931, tambahan kasus dalam 24 jam +44.957 orang; total meninggal 176.334, tambahan meninggal +1.260, total sembuh 3.062.331, jumlah penduduk 331.272.237 jiwa.
Update Brazil (ranking-2), total kasus 3.460.413, tambahan kasus dalam 24 jam +48.541, total meninggal 111.189, tambahan meninggal dalam 24 jam +1.170 jiwa, jumlah penduduk 212.768.400 jiwa.
Update India (ranking-3), total kasus 2.835.822, tambahan dalam 24 jam +69.196 orang, total meninggal 53.994, tambahan meninggal dlm 24 jam +980 jiwa, jumlah penduduk 1.381.863.561 jiwa.
Update New Zealand (ranking-139), total kasus 1.654 , tambahan dalam 24 jam +5 orang, total meninggal 22 (tidak ada tambahan yang meninggal dalam 24 jam), jumlah penduduk 5.002.100 orang.
Analisis Kasus Covid di India
Kasus Amerika Serikat dan Brazil pernah penulis bahas pada artikel terdahulu, keduanya belum dapat lepas dari lilitan covid. Pada topik bahasan BBC News Indonesia, pada 21 Juli, enam bulan setelah kasus pertama, India menduduki ranking tiga, nyalip Rusia.
Survei pemerintah melalui sampel acak mengatakan 23,48% dari 21.387 orang yang sampel darahnya diuji memiliki antibodi Covid-19. Ini menunjukkan bahwa infeksi di New Delhi tinggi (satu di antara empat orang terinfeksi). Delhi mencatat 123.747 kasus, setara dengan kurang dari 1% dari populasi 19,8 juta. Sementara hasil survei 23,48% bisa bermakna 4,65 juta warga terpapar untuk ukuran kota sebesar Delhi.
Siaran pers pemerintah mengatakan, "sejumlah besar orang yang terinfeksi tetap tidak menunjukkan gejala".
Para ahli mengatakan survei yang pertama dalam jenisnya di India itu sangat penting karena akan membantu pihak berwenang memahami penyebaran virus dengan lebih baik. Dengan meningkatnya kasus sebanyak dua kali lipat setiap 20 hari, maka dengan indikator itu diperkirakan jumlah kasus antara 30 sampai 40 juta.
New Zealand Sukses Menangani Covid, Patut Kita Contoh
Dari data Worldometer, New Zealand pada kasus Covid menduduki peringkat 139, total kasus 1.654 dengan jumlah penduduk 5.002.100 orang. Pada 20 Agustus, tercatat tambahan dalam 24 jam hanya +5 orang, dimana total meninggal (akumulasi) sebanyak 22 jiwa dan dalam 24 jam tidak ada tambahan yang meninggal.Â
PM New Zealand seorang wanita, Jacinda Kate Laurell Ardern, lahir 26 Juli 1980 (40 tahun) adalah seorang politikus Selandia Baru yang menjabat sebagai PM ke-40 dan pemimpin Partai Buruh sejak 2017. Ardern yang muda, smart didukung sistem dan  hukum yang ketat mampu menaklukkan Covid-19. Mari kita lihat fakta pendukungnya.
Penulis pernah selama tiga tahun saat pangkat Mayor bertugas di KBRI NZ, sebagai PBU ( Asisten Athan) tahun 1986-1990. Di NZ (Selandia Baru), penerapan hukum dan aturan pemerintah (law enforcement) sangat tegas.
Saat itu penulis dan keluarga nyaman sekali tinggal di Wellington, ada rasa aman dilindungi hukum yang jelas, ditaati semua warga. My wife (Uti), ke mana-mana nyopir sendiri di Wellington.Â
Ini negara dengan faham demokrasi seperti AS, Brazil dan India, tetapi semua warganya disiplin, takut berbuat salah, kalau salah pasti dihukum. Mulai denda kasus sepele, parkir yang melewati 30 cm saja garis batas kuning sampai hukuman berat kasus korupsi/kriminal. Berat dan ngeri, bisa-bisa ketemu jegger Maori dipenjara, wassalam.
Nah, dalam kasus covid, dengan penduduk 5 juta, ada 1.649 kasus, kemarin ada 6 kasus baru. Total meninggal 22. Sekarang di NZ sudah aman, tetapi aturan protokol tetap, walau longgar. Bayangkan negara dengan penduduk 5 juta, negara bersih, dengan aturan ketat, korupsi tidak ada, toh masih saja kena covid.Â
Bagaimana dengan negara kita yang berpenduduk 267 juta? Kasus tidak disiplin, 'ngeyel' seperti mbak-mbak itu, yang dandannya bukan model orang tidak terpelajar, dan tidak ngerti bahaya covid jelas memprihatinkan.Â
Bukankah pemerintah daerah sudah mengeluarkan Perda tentang pelanggaran protokol kesehatan beserta sanksinya, apakah dilaksanakan law enforcement itu? Maka yang benar aturan, disiplin harus tambah diketatkan, terapkan sanksi. Naiknya jumlah kasus terinfeksi jelas karena ada yang cuek, "sak karepe dewe".
Kita pasti tahu bahwa akar masalah saat ini adalah perang melawan covid, dampaknya terutama ke perekonomian. Setelah berjalan beberapa bulan, nampaknya sulit bila keduanya dikerjakan paralel. Bisa berbahaya bila akar masalah terus disejajarkan dengan dampak. Dampak satu selesai bisa muncul dampak kedua, tetapi akar masalah tetap ada dan bertambah besar.
Perlu diingat, kalau perang kita siaga satu, semua harus menggempur musuh. Tapi kondisi saat ini siaga tiga juga sepertinya belum, Presiden Jokowi dua kali marah ke pembantunya (maaf bukan 'bedinde' tapi menteri).Â
Ada yang terhambat birokrasi, penyerapan anggaran keciiill, kejadiannya di kantor Menkes, ujung tombak pasukan elit pelenyap covid. (Ada apa Sir?).
Belum lagi ada parpol mulai sibuk dengan Pilkada, bahkan ada yang sudah ancang-ancang nyari panggung persiapan tahun 2024 sehingga langkahnya "gerubak-gerubuk".Â
Ada pula yang deklarasi membangun kekuatan politik, sebagai oposan mau melengserkan pak Jokowi. Jadi siapa yang berpikir utuh untuk NKRI? Medan tempur sudah meluas di 34 provinsi dan 454 Kabupaten.Â
Mestinya semua bersatu, kita hajar bersama, kok tidak sadar sih? Kita bisa kalah lawan Covid kalau kondisi dan perilaku tidak berubah. Sabar, nunggu Vaksin, masih lama itu, Januari kata Ketua team Prof Kusnandi yamg adil lesas penulis di SMA, Â bila minimal 540 orang di tahap tiga sukses, baru diproduksi.Â
Coba abang pikir, kapan vaksin selesai untuk 200 juta dahulu? Ayo, kita coba selesaikan dengan jalan disiplin, hukum, mengubah perilaku, jangan kita pasrah, menunggu selesainya vaksin yang masih beberapa bulan. Jangan sampai seperti ranking satu hingga tiga, Â berdarah-darah menunggu harapan.Â
Kesimpulan
Persoalan intinya, kita sedang perang melawan covid, orang di sini tidak takut, tidak peduli karena musuh tidak kasat mata akibatnya disiplin rendah, tidak taat aturan pemerintah. Kesehatan warga terinfeksi covid adalah akar masalah, terus menyebar dan menulari, masalah perekonomian adalah dampak.Â
Setelah dicoba beberapa bulan secara paralel, justru kasus covid terus naik, tidak turun, sementara anggaran terus tergerus, dampak ekonomi juga bertambah.Â
NZ adalah contoh kasus yang bagus, sistim demokrasinya sama dengan kita, tetapi mampu dan sukses menerapkan law enforcement. Sementara AS, Brazil dan India terlihat makin terlilit belalai gurita Covid.Â
Di sinilah peran si Panglima Perang lawan covid yang juga menangani persoalan ekonomi di organisasi baru. Begitu keliru dalam mengambil keputusan, fokus menyelesaikan dampak, akar masalah tidak selesai, maka dampak akan berulang, sementara akar masalah tidak selesai siklusnya akan terus berulang. Kerusakan akan terus terjadi.
Saran
Pemerintah jangan berkompromi masalah penerapan hukum dan soal disiplin. Karena masalah covid di lapangan ditangani para Kepala Daerah, posisi Mendagri sebaiknya lebih diberdayakan. Polri dan TNI jelas perlu menerapkan law enforcement lebih tegas. Menteri Kesehatan sebaiknya lebih maju kedepan sebagai ujung tombak.
Peran Badan intelijen dan para psikolog mestinya bekerjasama lebih erat, hingga mampu menemukan formula melaksanakan operasi intelijen 'conditioning' mengubah perilaku masyarakat agar mau berpikir, berbuat dan memutuskan seperti yang dipikirkan pemerintah untuk memenangkan perang ini.
Penutup
Penulis mendoakan para pemegang amanah itu tetap tabah dengan hati bersih dan tulus untuk memenangkan perang ini, maju terus, jangan menyerah, jangan ambisi.Â
Kepada para tokoh-tokoh masa lalu yang ada di persimpangan jalan dengan deklarasinya, sebaikya colling down. Kita selesaikan Covid ini, habis itu mau bagaimana ya "monggo". Salah-salah nanti dituduh makar atau terbuka "aibnya", bisa dobel rugi. Siapa yang tidak punya aib?
"Ya Allah kami mohon, lindungi Bangsa, Negara dan Masyarakat Indonesia, dengan barokahmu, kami mohon keselamatan dunia dan akhirat, Aamiin". Pray Old Soldier Never Die, just Fade Away
Penulis : Marsda TNI (Pur) Prayitno Wongsodidjojo Ramelan, Pengamat Intelijen
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H