Mohon tunggu...
Prayitno Ramelan
Prayitno Ramelan Mohon Tunggu... Tentara - Pengamat Intelijen, Mantan Anggota Kelompok Ahli BNPT

Pray, sejak 2002 menjadi purnawirawan, mulai Sept. 2008 menulis di Kompasiana, "Old Soldier Never Die, they just fade away".. Pada usia senja, terus menyumbangkan pemikiran yang sedikit diketahuinya Sumbangan ini kecil artinya dibandingkan mereka-mereka yang jauh lebih ahli. Yang penting, karya ini keluar dari hati yang bersih, jauh dari kekotoran sbg Indy blogger. Mencintai negara dengan segenap jiwa raga. Tulisannya "Intelijen Bertawaf" telah diterbitkan Kompas Grasindo menjadi buku. Website lainnya: www.ramalanintelijen.net

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Indonesia Perlu Putus Rantai Penularan Covid-19

15 Maret 2020   15:02 Diperbarui: 17 Maret 2020   16:43 176
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Selama waspada merabahnya virus corona masuj ke Indonesia, khususnya Batam, Kepulauan Riau (Kepri). Petugas imigrasi yang berada dipintu masuk paling depan, yang kemungkinan terkontaminasi karena memeriksa warga negara asing (WNA) yang masuk ke Batam dihimbau menggunakan masker dan sarung tangan, Jumat (13/3/2020)(KOMPAS.COM/HADI MAULANA)

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan pada Jumat (13/3/2020) bahwa Eropa sekarang adalah "pusat" pandemi global coronavirus dan memperingatkan bahwa tidak mungkin untuk mengetahui kapan wabah akan memuncak (channelnewsasia).

Benua Eropa sekarang "lebih banyak melaporkan kasus dan kematian lebih banyak dibandingkan gabungan seluruh dunia, selain dari China", kata Dirjen WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus.

Tedros berbicara di sebuah konferensi pers yang diadakan untuk menghindari potensi penyebaran virus di kalangan wartawan.

"Lebih banyak kasus sekarang dilaporkan setiap hari daripada yang dilaporkan di China pada puncak epidemi," katanya, merujuk pada jumlah global.

Indonesia versus Covid-19

Indonesia melaporkan ke WHO, jumlah yang terinfeksi Covid-19 sebanyak 96, sehari sebelumnya 69 orang hingga kini yang meninggal dunia 5 orang dan sembuh 8 orang. Presiden mengeluarkan inpres menunjuk Kepala BNPB Letjen TNI Doni Monardo (Kepala BNPB) sebagai Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19.

Sementara Gubernur DKI Anies Baswedan mengeluarkan peta sebaran COVID-19 di DKI Jakarta, meliburkan sekolah selama dua pekan dan menutup tempat-tempat rekreasi.

Sementara mantan Wapres Jusuf Kalla menyarankan Jakarta Lock Down, dengan alasan kenaikan yang terinfeksi sekitar 40 persen/hari. Bila kondisi serta strategi tidak berubah, dalam seminggu bisa mencapai 1.000 orang kata JK, yang penting menyelamatkan orang/nyawa, soal ekonomi dam lainnya nomor dua.

Presiden Jokowi beberapa waktu yg lalu telah disurati DirjenWHO, Tedros Adhanom dan juga menelponnya. WHO memberikan beberapa rekomendasi, di antaranya agar Indonesia menyatakan darurat nasional dan memperbaiki komunikasi.

Thedros menyarankan bagi negara yang terdapat kasus tak terdeteksi untuk mengikuti sejumlah langkah rekomendasi dari WHO. Di antaranya dengan mendeklarasikan darurat nasional.

 Mengedukasi dan aktif berkomunikasi dengan publik soal risikonya, juga melibatkan masyarakat. Indonesia prihatin Menhub Budi Karya Sumadi akhirnya positif terinfeksi COVID-19, kini dirawat di RSPAD Gatot Soebroto, sebagai plt ditunjuk presiden adalah Menko Maririm Luhut Panjaitan.

Jangan Biarkan Api Menyala

Peringatan WHO tentang demikian berbahayanya virus itu, pertama kali muncul di China pada Desember 2019, yang hingga kini telah menewaskan lebih dari 5.000 orang dengan kasus di seluruh dunia melampaui 134.000, menurut hitungan AFP.

Korban tewas melewati 5.000 adalah "tonggak tragis" kata Tedros.

Bagian penting pernyataan Tedros, "Anda tidak dapat melawan virus jika Anda tidak tahu di mana itu," katanya. Dia menyerukan kepada negara-negara untuk "menemukan, mengisolasi, menguji dan menangani setiap kasus, untuk memutus rantai penularan."

"Jangan biarkan api ini menyala," katanya.

"Setiap negara yang melihat pengalaman negara lain dengan epidemi besar dan berpikir, 'Itu tidak akan terjadi pada kita' adalah membuat kesalahan yang mematikan." tegas Tedros.

Michael Ryan, yang memimpin program darurat WHO, menekankan yang paling penting adalah bertindak. "Kesalahan terbesar adalah tidak bergerak, kesalahan terbesar saat dilumpuhkan oleh ketakutan akan kegagalan," lanjutnya.

WHO juga mengumumkan pembentukan dana baru yang ditargetkan untuk menarik sumbangan dari perusahaan, organisasi dan individu untuk membantu memerangi pandemi.

Dana Respons Solidaritas COVID-19 yang akan dijalankan oleh Yayasan PBB di Amerika Serikat dan Yayasan Filantropi Swiss, dimulai Jumat dengan sejumlah sumbangan multi-juta dolar dari Facebook, Google, dan lainnya.

"Kami membutuhkan semua tangan di atas geladak," kata kepala Dana PBB Elizabeth Cousens kepada wartawan.

"Ini belum terlambat, jadi di mana pun Anda tinggal, kami membutuhkan bantuan Anda untuk memerangi virus ini untuk semua komunitas kami." katanya. Semoga bermanfaat. (PRAY)

By: Prayitno Wongsodidjojo Ramelan

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun