Pembaca pasti masih ingat Jenderal Leonardus Benjamin Moerdani (LBM), Almarhum, dengan nick name Benny, yaitu mantan Menhankam/Pangab. Tetapi almarhum  lebih dikenal sebagai tokoh intelijen, saat memimpin Badan Intelijen Strategis (Bais ABRI), kini  bernama Bais TNI.Â
Saat itu Bais ABRI demikian powerful dalam menjaga keamanan dan keselamatan negara. Perkembangan sembilan komponen Intelijen Strategis dalam dan luar negeri diawasi Bais dengan ketat, diangani secara sistematis.
Nah, saat dipimpin LBM itu, paham demokrasi bebas belum dikenal seperti saat ini, baru populer di negara-negara Barat.Â
Pada waktu itu di sini, jangankan orang berencana mau makar, ngomong jelek ke pemerintah saja langsung dicokok.
5 anggota Komando Jihad pada 28 Maret 1981 membajak pesawat Garuda dan membawa kabur ke Thailand, mereka dikejar LBM dan disikat di Don Muang. Den-81 Kopassus dimainkan, menyelesaikan ops Woyla hanya  dalam hitungan menit, empat hijacker ditembak mati.
Dalam opsintel yang sudah terbuka, saat TNI AU membutuhkan pesawat tempur, LBM sukses mengatur jalur intelijen, membeli pesawat tempur A-4 Sky Hawk dari Israel, musuh bebuyutan beberapa kalangan di Indonesia, dengan cover story USAF, semua berjalan lancar. Banyak lagi operasi-operasi intelijen besar lainnya yang tidak bisa dan tidak boleh boleh diungkapkan.
Pak Benny jadi legenda intelijen Indonesia, penulis pernah menjadi bagian, terlibat dalam operasi clandestine Luar Negeri dari Bais yang beliau design, sukses, hebat, rapih dan sukses. Jaringannya luas dan dipercaya serta disegani badan intelijen negara lain.
Kekaguman penulis terus melekat kepada almarhum, bangga karena tiga ijazah sekolah intelijen yang penulis ikuti, ditandatangani dalam seri tiga pangkat beliau, Brigjen, Mayjen dan Letjen. Rest in Peace Chief, Pray.
Kisah Prabowo Akan Ditangkap Kabais