Dari informasi serta data intelijen yang masuk, kasus Nduga jangan diremehkan, kenapa? Karena ada indikasi gerakan, taktik dan strategi Egianus Kogoya itu adalah raid and terror. Jelasnya mereka hanya pelaksana lapangan. Ada handler, pengatur strategi yang sudah berinteraksi.Â
Telah dilaporkan juga, senjata yang mereka gunakan standard NATO. Tujuan pemain luar itu bisa bisnis kelompok khusus atau pesanan bikin kacau. Yang kemudian menjadi pertanyaan intelijen, mereka mau ganggu proyek Infrastruktur atau aksi teror pesanan?Â
Menurut penulis lebih kepada pesanan untuk teror, memanipulasi Egianus untuk melakukan aksi untuk bagaimana caranya menuju merdeka. Itu pesan pihak-pihak yang berkepentingan kepada pemerintah sebagaimana aksi teror umumnya.
Aksi-aksi serupa bisa saja terjadi di tempat lain, baik OPM yang di gunung maupun di pantai. Lantas bagaimana mengatasinya? Counter insurgency adalah langkah yang tepat, potong jalur komando dengan handler mereka. Pertempuran gunung-hutan adalah spesialis beberapa pasukan khusus TNI yang memang dilatih.Â
Sementara itu Kemlu mesti mampu meyakinkan negara-negara seperti Vanuatu, PNG dan negara-negara lain di Pasifik Selatan serta negara lainnya supaya tidak mencampuri urusan dalam negeri kita. Kesejahteraan dan pendidikan penduduk juga tetap diperhatikan oleh pejabat yang pegang amanah.
Kita menyelesaikan Aceh yang mau merdeka saja bisa, apa Papua tidak bisa? Padahal GAM itu lebih cerdas, galak dan cerdik serta jauh berbahaya dibandingkan OPM. Nah, masih ributkah kita dengan istilah? Ini masalah nasional, masalah integritas nasional dan bangsa ini perlu satu sikap, bukan sebaliknya. Semoga bermanfaat. (PRAY)
Marsda Pur. Prayitno Ramelan (Pengamat Intelijen)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H