Oleh karena itu Presiden Jokowi memosisikan Ryamizard sebagai Jenderal pemikir dalam mengantisipasi kemungkinan terburuk berupa  imbas yang akan muncul. Sebagai contoh, konflik yang terjadi di Irak dan Suriah, kini mengimbas tidak hanya negara-negara di Timur Tengah, seperti Turki, Iran, Arab Saudi, Lebanon, tetapi juga akan mengimbas jauh hingga ke garis belakang negara-negara Barat seperti AS, Inggris, Canada, Australia. Oleh karena itu Menhan di era Jokowi haruslah seorang tokoh dengan latar belakang pengetahuan militer strategis, memahami intelijen strategis agar mampu mengarahkan kapal besar Republik Indonesia tidak menjadi sasaran tembak, rusak atau ditenggelamkan mereka yang berkonflik. Di sinilah Ryamizard akan berperan banyak.
Bagaimana kaitan Ryamizard dengan politik? Sebagaimana kita tahu bahwa sejak awal pemilu di Indonesia terdapat dua kubu, yaitu  Koalisi Indonesia Hebat (KIH) dengan Koalisi Merah Putih (KMP). Presiden Jokowi berada pada kubu KIH, di mana KMP di bawah pimpinan Prabowo. Dari komposisi jumlah kursi, kini KMP menguasai DPR dan juga MPR. Dalam DPR nampak dominasi KMP dengan kekuatan kursi, pimpinan DPR yang berasal dari KMP. Banyak yang memperkirakan bahwa eksekutif akan banyak mengalami hambatan dalam mengelola roda pemerintahan.
Upaya isap pipa perdamaian telah dilakukan antara Jokowi dengan Prabowo, dan Prabowo juga ikut hadir dalam pelantikan presiden. Apakah dengan demikian semuanya selesai? Nampaknya tidak juga. Â Dalam politik tidak ada sesuatu yang pasti, harus diwaspadai pergeserannya dengan akurat. Dalam pemilihan ketua-ketua komisi di DPR misalnya, KMP tetap merajai dan nampaknya kubu KIH berada dalam bayang-bayang ditekan.
Nah, di sinilah Ryamizard dengan posisi kuatnya akan mendapat bagian kue kerja, melakukan pembicaraan dan komunikasi dengan Prabowo yang Letnan Jenderal Purnawirawan. Di kalangan militer banyak yang tahu bahwa Mizar (Ryamizar) adalah seorang tokoh perwira tinggi yang disegani oleh Bowo (Prabowo). Karena itu komunikasi efektif (politik) akan mudah terjadi antara Mizar dengan Bowo.
Jadi dengan demikian dengan mengambil resiko ditentang oleh LSM-LSM, Presiden Jokowi dengan tenang mempercayai Ryamizard sebagai Menhan. Kalau terus ditentang, ya LSM harus siap-siap berhadapan dengan rakyat yang demikian militan mendukung Jokowi.
Nah, itulah menurut pengamatan penulis dari sisi intelijen strategis, mengapa Ryamizard menjadi Menhan. Tantangan dan ancaman di masa depan akan semakin berbahaya dan besar, terlebih kini kelompok militan Islamic State sudah mampu menggabungkan antara tindakan terorisme dengan Perang Gerilya serta Perang Konvensional yang membuat negara-negara teluk serta Barat menjadi pusing sakit kepala. Tidak mudah memahami perkembangan bidang pertahanan, belum lagi apabila dikaitkan dengan persoalan lainnya seperti perebutan ruang hidup. Ini hanya difahami oleh mereka-mereka yang memang cukup lama bergelut dan terdidik di bidang pertahanan. Semoga bermanfaat.
Penulis : Marsda TNI (Pur) Prayitno Ramelan, Analis Intelijen www.ramalanintelijen.net
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H