Mohon tunggu...
Prayitno Ramelan
Prayitno Ramelan Mohon Tunggu... Tentara - Pengamat Intelijen, Mantan Anggota Kelompok Ahli BNPT

Pray, sejak 2002 menjadi purnawirawan, mulai Sept. 2008 menulis di Kompasiana, "Old Soldier Never Die, they just fade away".. Pada usia senja, terus menyumbangkan pemikiran yang sedikit diketahuinya Sumbangan ini kecil artinya dibandingkan mereka-mereka yang jauh lebih ahli. Yang penting, karya ini keluar dari hati yang bersih, jauh dari kekotoran sbg Indy blogger. Mencintai negara dengan segenap jiwa raga. Tulisannya "Intelijen Bertawaf" telah diterbitkan Kompas Grasindo menjadi buku. Website lainnya: www.ramalanintelijen.net

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Artikel Utama

Dalami Keganjilan Air Asia di Juanda, di situ Awal Musibah QZ8501

4 Januari 2015   04:18 Diperbarui: 17 Juni 2015   13:52 3113
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Fakta lain adalah saat Menhub Ignasius Jonan mengunjungi kantor Air Asia di Cengkareng pada hari Jumat (2/1/2014). Menurut Staf Khusus Menhub Hadi M Djuraid yang ikut dalam sidak tersebut, Jonan sempat marah besar lantaran salah satu Direktur AirAsia menganggap briefing pilot sebelum penerbangan sebagai cara tradisional alias kuno. "Itu yang sudah berlaku secara internasional, mengambil info cuaca secara fisik dari BMKG itu cara tradisional," kata Hadi sembari menirukan kata-kata salah satu Direktur AirAsia.

Mendengar jawaban tersebut Jonan memarahi sang direktur tersebut. "Kalau ada aturan Anda harus patuh, jangan coba-coba melawan. Bisa saya cabut izin Anda," katanya seperti disampaikan Hadi. Setelah itu lanjut dia, Jonan langsung menanyakan kepada pilot yang juga berada di tempat tersebut apakah lebih suka di-briefing fisik mengenai cuaca sebelum terbang atau membaca sendiri cuaca dari BMKG. Para pilot pun menjawab lebih senang apabila diberikan briefing langsung oleh Flight Operation Officer (FOO). Jonan pun meminta agar AirAsia melakukan prosedur yang seharusnya. Permintaan menhub itu pun disanggupi oleh pihak AirAsia dan berjanji akan segera menindaklanjuti perintah tersebut.

Dari Fakta tersebut, nampaknya crew Air Asia (selama ini?) tidak memberikan data weather dari perusahaan yang sangat penting serta tertera dalam rencana penerbangan (flight plan). Current Weather Forecast merupakan salah satu dasar pembuatan rencana penerbangan yang dibuat oleh perusahaan penerbangan, biasa dikerjakan oleh FOO. Dasar pembuatan flight plan diantaranya, kondisi kelayakan pesawat terbang, informasi penerbangan, fasilitas di Bandara keberangkatan, informasi sepanjang penerbangan (termasuk weather dan kondisi keamanan), berapa load, bahan bakar, departure, destination, alternate base. Secara prinsip rencana penerbangan yang baik dan layak akan mendukung keselamatan penerbangan. Flight plan di-briefingkan kepada penerbang satu jam sebelum penerbangan oleh FOO.

Dalam sebuah diskusi di CNN dengan narasumber CNN, panelnya pilot Australia, pilot Amerika, meteorologist ahli, crash investigator dari NTSB (AS), menganalisa kecelakaan QZ8501. Menurut meteorologist nya, terdapat intertropical convergence storm cukup besar dengan radius 10 miles. Dan storm nya itu storm cell by storm cell, radius by radius. The biggest and worst storm cell itu ada diatas laut Jawa juga terdapat saat pesawatnya akan takeoff. Kalau situasi seperti ini di AS, penerbangan pasti di delay. Alasan nya adalah, karena storm cell by storm cell itu, ruang diantara dua storm cells itu yang di radar itu kelihatan tenang, sebenarnya adalah super bahaya. Ini karena pada ruang diantara dua storm cells itu terjadi down draft. Karena down draft, suhu nya super cold dan mendadak turun.

Saat pesawat mulai masuk satu storm cell, Capt. pilot nya minta belok ke kiri untuk menghindar, tetapi justru daerah di kiri itulah yang ruang antara storm cells yang super berbahaya. Waktu dia masuk daerah ini, super cold air terjadi, terjadi down draft, thinner air, pesawat nya susah di kontrol. Karena kemungkinan besar masuk daerah itu ada hail (es batu) atau moisture, kemungkinan besar radar nya mendadak rusak dan/atau pilot tube nya yang mengukur air speed mendadak beku. Dalam kondisi ini pilot menjadi tidak tahun posisi (in terms of storm) dan karena itu speed nya hanya 105, dibawah normal karena dia sudah tidak mengetahui air speed. Karena speed nya rendah, akhirnya pesawat nya stall dan jatuh.

Pada hari Jumat (2/1/2014) pukul 23.00 KRI Bung Tomo berhasil menemukan dua obyek dengan alat sonarnya, menurut Kabasarnas diperkirakan bagian dai pesawat yang dicari. Kedalaman laut sekitar 30 meter, dan lokasi berada tidak jauh dari penemuan jenazah.

Fokus Penyelidikan Intelijen

Perhatian pertama adalah pada detik-detik terjadinya kecelakaan. QZ8501 hilang dari pengamatan radar (Kohanudnas yang terintegrasi dengan Radar Sipil), diketahui pada pukul 06.17 WIB. Pada pukul 06.16 WIB, menurut Pangkohanudnas Marsda TNI Rahadian kepada media, QZ8501 masih terlacak radar dengan transponder bernomor 7001, flight level 320 (32.000 kaki). Mendadak pada 06.17 WIB data pesawat termasuk transponder dan ketinggian menghilang dari radar Kohanudnas. Pesawat menghilang di atas laut, diantara Tanjung Pandang dengan Pangkalan Embun (127 Nm ke lokasi).

Menurut ATC Jakarta, pada pukul 06.17 WIB pesawat hanya tampak signal ADS-B (Automatic Dependent Surveillance-Broadcast), pesawat sekaligus hilang contact dengan ATC Pukul 06.18 WIB. ATC Jakarta menyebutkan tidak adanya distress call dari pilot. Ini dapat dinilai sebagai sebuah keganjilan, mengingat Capt Pilot Iriyanto adalah penerbang senior dengan total jam terbang diatas 20.000 jam dan mantan penerbang tempur TNI AU (F5E Tiger II) yang terlatih bereaksi cepat dalam menghadapi masalah emergency saat terbang.

Jadwal keberangkatan QZ 8501 ternyata maju dari waktu semestinya, rencana semula jadwal pesawat pada pukul 08.00 WIB, namun dimajukan pada pukul 05.00 WIB. Hal ini diakui oleh Presdir PT Air Asia Indonesia, Sunu Widyatmoko. “Perubahan jadwal tidak berhubungan dengan kondisi pesawat. Itu perubahan jadwal biasa setiap 6 bulan sekali, terlebih ini masuk peak season (musim liburan) jadi jadwal penerbangan juga padat," kata Sunu saat di Crisis Centre Terminal 2 Bandara Juanda, Minggu (28/12) malam.

Dari penilaian beberapa pakar pengamat penerbangan, cuaca buruk adalah fitur umum di Indonesia pada waktu ini, memang terdapat cuaca buruk di beberapa wilayah. Tetapi dikatakan hampir tidak pernah terjadi pada sebuah pesawat komersial modern mengalami kecelakaan disebabkan karena turbulensi di ketinggian. "Ini situasi yang berbeda ketika pesawat terbang rendah, tetapi saat terbang di ketinggian, bahkan apabila pesawat mengalami stall ketinggiannya cukup bagi aircrew untuk memulihkan situasi dan mengembalikan kontrol," kata Pakar Penerbangan Peter Stuart Smith. "Tampaknya tidak mungkin bahwa cuaca buruk yang sederhana bisa menyebabkan pesawat tersebut jatuh," katanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun