Mohon tunggu...
Prayitno Ramelan
Prayitno Ramelan Mohon Tunggu... Tentara - Pengamat Intelijen, Mantan Anggota Kelompok Ahli BNPT

Pray, sejak 2002 menjadi purnawirawan, mulai Sept. 2008 menulis di Kompasiana, "Old Soldier Never Die, they just fade away".. Pada usia senja, terus menyumbangkan pemikiran yang sedikit diketahuinya Sumbangan ini kecil artinya dibandingkan mereka-mereka yang jauh lebih ahli. Yang penting, karya ini keluar dari hati yang bersih, jauh dari kekotoran sbg Indy blogger. Mencintai negara dengan segenap jiwa raga. Tulisannya "Intelijen Bertawaf" telah diterbitkan Kompas Grasindo menjadi buku. Website lainnya: www.ramalanintelijen.net

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Artikel Utama

Dalami Keganjilan Air Asia di Juanda, di situ Awal Musibah QZ8501

4 Januari 2015   04:18 Diperbarui: 17 Juni 2015   13:52 3113
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="" align="aligncenter" width="544" caption="Pesawat Airbus AirAsia Indonesia, A320-200 (foto : tribunnews.com)"][/caption]

Kasus yang menyangkut kecelakaan pesawat Air Asia Indonesia jenis Airbus A320-200 Flight Number QZ8501 sejak Minggu pagi (28/12/2014), hingga kini sudah mencapai enam hari, dimana dari total 162 penumpang dan crew yang onboard, pada hari Jumat (2/1/2014) telah ditemukan 30 jenazah. Basarnas merilis sudah ada 30 jenazah yang ditemukan dalam pencarian hari keenam, dengan perinciannya 10 jenazah dikirim dari Pangkalan Bun ke Surabaya, 4 jenazah masih berada di Pangkalan Bun , 7 jenazah masih berada di KRI Bung Tomo, 1 jenazah berada di KD Pahang dan 8 jenazah di Surabaya. Kendala pencarian jenazah terutama buruknya cuaca di kawasan laut di sekitar Pangkalan Bun.

Seperti yang penulis juga pernah sarankan pada saat terjadinya kasus Malaysia Airlines MH370, upaya mencari penyebab atau latar belakang sebuah kasus kelakaan pesawat sebaiknya dilakukan melalui dua pendekatan, disamping prioritas menemukan penumpang adalah yang utama. Pendekatan tehnis penerbangan akan menyangkut soal pesawat itu sendiri, pengaruh cuaca (weather) serta kemungkinan human error.

Pendekatan standard dari teknis penerbangan di fokuskan mencari pesawat untuk menemukan black box yang berisi data VCR (Voice Cockpit Recorder) dan FDR (Flight Data Recorder).

Ini merupakan kunci karena akan merupakan bukti A-1 tentang yang terjadi menyangkut penerbangan itu sendiri di samping pembicaraan yang dilakukan crew (pilot) baik internal maupun dengan ATC. Apabila black box dapat ditemukan, biasanya akan dapat menggugurkan beberapa pendapat atau analisa penyebab kecelakaan yang dibuat sebelumnya. Sebagai contoh, black box pesawat Air France AF447 yang jatuh di Samudera Atlantik, membuktikan penyebab kecelakaan adalah karena capt Pilot Dubois tidak on seat saat pada awal pesawat memasuki badai.

Dengan demikian maka upaya mencari black box walau kadang sulit didapatkan akan tetap diusahakan. Sebagai catatan, black box AF447 ditemukan setelah dua tahun, sementara black box MH370 sudah sekitar delapan bulan belum dapat ditemukan.

Pendekatan kedua yang penulis sarankan adalah pendekatan dari sudut pandang intelijen, yaitu menarik kebelakang, mencari informasi terkait dengan pesawat yang mengalami kecelakaan. Nah, dalam kaitan ini aparat intelijen sebaiknya melakukan pulbaket (pengumpulan bahan keterangan). Dalam kasus QZ8501 dicari dan dikumpulkan informasi dasar Indonesia Air Asia tersebut. Pulbaket dikordinasikan diantara Intelijen, Kemenhub, Mabes Polri.

Data-data tersebut diantaranya tentang operasi penerbangan Air Asia, data crew dan penumpang (latar belakang), data barang yang diangkut, pelaksana ground handling serta dukungan terhadap operasi penerbangan, sistem keamanan Bandara Juanda. Pihak keamanan memang selalu berfikir suatu yang terburuk, terlebih apabila mencium adanya keganjilan-keganjilan dalam kasus kecelakaan. Semua data tersebut kemudian diolah oleh analis intelijen untuk disimpulkan dan diserahkan kepada end user.

Fokus Penyelidikan dari Teknis Penerbangan

Fakta yang perlu dicermati adalah pembekuan sementara penerbangan Air Asia dari Juanda ke Singapura oleh Kemenhub. Menurut Kapuskom Publik Kemenhub JA Barata dalam rilisnya disebutkan bahwa salah satu alasannya, Air Asia QZ8501 ternyata melanggar izin terbang yang diberikan. Ijin diberikan (sejak 24 Oktober 2014) untuk menerbangi rute Juanda-Singapura pada hari Senin, Selasa, Kamis dan Sabtu. Pembekuan dikeluarkan sejak tanggal 2 Januari 2015 sampai selesainya evaluasi dan investigasi.

"Namun pada pelaksanaannya penerbangan PT. Indonesia Air Asia rute Surabaya -Singapura pp dilaksanakan di luar izin yang diberikan, yaitu antara lain pada hari Minggu (QZ8501 terbang dan menghilang pada hari Minggu, 28 Desember 2014). Dan pihak Indonesia Air Asia tidak mengajukan permohonan perubahan hari operasi kepada Direktorat Jenderal Perhubungan Udara. Hal ini merupakan pelanggaran atas persetujuan rute yang telah diberikan," jelas Barata. AirAsia yang bisa terbang di hari Minggu itu karena ada kesalahan komunikasi di lapangan, menurut Barata karena ada oknum Kemenhub yang teledor.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun