Mohon tunggu...
Prayitno
Prayitno Mohon Tunggu... Tentara - Blog pribadi

Marsma TNI (Purn) Prayitno.

Selanjutnya

Tutup

Hukum Pilihan

Rafale F-3: Alutsista Udara Andalan RI

10 September 2023   15:07 Diperbarui: 10 September 2023   15:27 674
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Indonesia mulai dperhitungkan kembali oleh dunia, utamanya dalam kekuatan Alusista udara terkini yang akan dimiliki dalam waktu dekat, sehingga kekuatan matra udara seperti masa dasawarsa 60-an yang dijuluki Macan Asia akan muncul lagi.  

Dinamika tersebut diawali dengan kunjungan Menteri Angkatan Bersenjata Perancis Florence Party ke Jakarta dan mengadakan pertemuan dengan Menhan RI Prabowo Subianto di Kemenhan RI pada awal Februari 2022.  

Kedua pihak sepakat bahwa Perancis akan memasok pesawat tempur (pespur) jenis Rafale sebanyak 6 (enam) unit dan direncanakan 36 unit lainnya kemudian. 

Diperkirakan gelombang pertama akan tiba di Indonesia awal 2026 mendatang.  Sebenarnya, pespur sejenis pernah mendarat di Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta pada tahun 2015 dan 2023. 

Paris International Air Show. Pada kunjungan Menhan RI ke pameran udara dua tahunan  Paris International Air Show ke-54 yang dikenal sebagai Le Bourget, pada 19-25 Juni 2023 di utara Perancis, Menhan RI dan Chaiman & CEO Dassault Aviation, Eric Trapper, sepakat  menandatangani pengadaan sejumlah pesawat tempur modern jens Rafale sebagai  kelanjutan tahapan akuisisi, yakni kontrak pertama yang ditandatangani sejumlah 6 (enam) unit per September 2022 dan kontrak tahap kedua untuk 18 unit yang ditandatangani pada Agustus 2023.  

Dalam sambutannya, Eric Trapper menegaskan bahwa langkah tersebut mengkonsolidasikan kemitraan jangka panjang otoritas Indonesia dan apresiasi Perancis terhadap kepercayaan dari Indonesia.

Alasan Memilih Rafale. Indonesia memandang pesawat tempur (pespur) F-16 Fighting Falcon  telah mendekati usia udzur dan masih berteknologi Generasi 4, sedangkan pespur F-5 Tiger telah diganti Sukhoi SU-27 dan SU-30.  

Upaya pengadaan pespur baru Generasi 4.5 dilakukan dengan rencana pembelian pespur Sukhoi SU-35 buatan Rusia sebagai pelengkap dari pespur SU-27 dan SU-30 yang telah ada.  

Namun kesepakatan antara Indonesa dan Rusa tidak pernah terwujud, terlebih Amerika-Serikat di bawah Presiden Donald Trump mengeluarkan  kebijakan CAATSA (Countering America's Adversaries Through Sanctions Act)   yang melarang pengadaan Alutsista dari Rusia, Cina dan Iran) oleh negara-negara mitra AS selain buatan AS.  Sejumlah negara, seperti Turki yang merupakan sekutu AS, telah dikenai kebijakan sepihak AS.  

Namun lucunya, India yang memiliki arsenal beragam dari AS, Rusia dan Perancis, tidak terkena embargo kebijakan tersebut. Indonesia sempat ditawari pespur F-16 Viper yang merupakan peningkatan blok dari F-16 lama serta F/A-18 Hornet, namun Indonesa tidak berminat.  

Justru Indonesia mengajukan pespur super canggih F-35 Lighting II yang diketahui sebagai pespur Generasi 5.0.  Namun ditolak AS karena Indonesia harus melewati Alutsista Generasi 4.5 terlebih dahulu.  Juga harus menunggu waktu 9 (sembilan) tahun, sementara dinamika tantangan dan ancaman keamanan semakin meningkat.   

Kekhawatiran Indonesia atas kekosongan Alutsista udara modern mendorongnya mencari pespur Generasi 4.5 yang modern dan canggih untuk melindungi kedaulatan negara.

Puncaknya, Indonesa memilih Rafale buatan Dassault Aviation, Perancis.  Kontrak pengadaan pesawat pun berlangsung sejak awal 2022 dan tahap pertama pespur Rafale F-3 milik Indonesia direncanakan baru akan mendarat di Indonesia pada awal 2026.

Keunggulan Pespur Rafale.  Pespur Rafale buatan Dassault Aviation Perancis merupakan jenis omnirole atau pespur multiperan yang handal dalam melaksanakan beragam misi, antara lain dalam pertahanan udara, keunggulan udara, serangan darat, perang anti kapal selam,  serangan ke wilayah musuh, pengintaian udara, pengisian bahan bakar di udara, dan pengeboman strategis.   

Pada kunjungannya ke Indonesa dalam rangka Program Pegassus 2023, penerbang TNI AU  telah menyaksikan kemampuaan air combat maneuver dengan perangkat beyond visual range untuk air-to-air dan air-to-ground, bahkan pada kunjungan awalnya, dua penerbang TNI AU telah ikut menerbangkan pesawat jenis tersebut. 

Selain itu, Rafale juga dilengkapi dengan tampilan radar dan helm yang dipermodern, sedangkan sistem pencarian dan lacak infra merah (IRST)  ditambahkan ke sistem optronik jarak jauh.  Sistem warfare Rafale juga ditingkatkan dengan modernisasi bandwidth untuk transfer data dan komunikas (SATCOM).  

Dijelaskan juga bahwa Rafale mampu melacak 60 (enam puluh) sasaran berbeda dan dapat melumpuhkan 4 (empat) sasaran berbeda di udara sekaligus.  Karena keunggulan tersebut, pespur Rafale telah melakukan perannya dan teruji dalam peperangan di Afghanistan, Libya, Mali, Irak dan Republik Afrika Tengah. 

Dewasa ni, tercatat sejumlah negara telah menggunakan Rafale, yakni Mesir, Qatar, India, Yunani dan Indonesia.  Pespur Rafale dengan sayap delta   memiliki kecepatan 1.8 Mach dan dibandrol dengan harga USD 115 juta atau setara Rp. 1.6 trilyun per unit.

Pesawat Tempur Mirage.    Kekosongan menunggu pespur Rafale dari Perancis  dan semakin menipisnya jam terbang pespur F-16 mendorong Indonesia mencari pespur modern untuk menutup gap kesiapan tempur TNI AU dengan mengakuisisi pespur buatan Perancis jenis Mirage-5 dari Qatar dan Mirage-9 dari Uni Emirat Arab (UEA).  Kedua jenis pespur tersebut dinilai masih memiliki sekitar 30.000 jam terbang yang dapat menutupi kekosongan waktu seraya menunggu kehadiran pespur  Rafale dari Perancis pada awal 2026.

Pada Paris International Air Show Le Bourget tahun 1997, juga ditampilkan secara statis N-250 pesawat terbang buatan PT Nurtanio (sekarang PTDI dan sebelumnya IPTN) dan menampilkan lintas pesawat angkut CN-212. 

Pada pertemuan dengan Menhan Perancis di Kemenhan Perancis, Indonesa dipimpin Menristek RI/Dirut PT Nurtanio dan didampingi Pangab RI, Dubes RI serta Kasau Marsekal TNI Sutria Tubagus. 

Pada pertemuan, Menhan Perancis menawarkan pespur Mirage-2000 untuk menggantikan pespur F-5 Tiger dengan opsi akuisisi pespur jenis Jaguar  yang masih memiliki 2000 jam terbang dan berada di dua negara mitra di luar Perancis. 

Saat berbincang mengenai harga, ternyata harga satu unit Mirage-2000 setara dengan 3 (tiga) unit F-16 Fighting Falcon.  Ditambah belum tersedianya perangkat pendukung pespur buatan Perancis.  Dibutuhkan anggaran besar dan waktu yang relatif lama. Akhirnya, rencana pembelian pespur Mirage batal. Jika tahun 1997 Indonesia setuju membeli Mirage-2000, mungkin kita telah menerbangkan pespur Mirage-2000 sejak awal tahun 2000.

Spesifikasi Singkat.  Kecanggihan pespur Rafale terwujud dengan perangkat peralatan modern yang dimilikinya yang menjadikan pespur tersebut gahar atau mungkin juga sangar.  

Secara singkat, ciri-ciri umum atau spesifikasi pespur Rafale adalah diawaki satu atau dua orang.  Panjang pespur 15.27 meter dengan rentang sayap 10.80 meter dan luas sayap 45.7 meter, sedangkan tinggi 5.34 meter. 

Tercatat berat kosong bervariasi yakni 9500 kg (varian C untuk AU), 9.770 kg (varian D untuk AU) dan 10.196 kg (varian M untuk AL).  Saat lepas landas, berat maksimum  tercatat 24.500 kg (C/D) dan 22.200 kg (varian M).  

Pespur Rafale menggunakan dua buah mesin turbofan Snecma M88-2 dengan kemampuan dorong 50.04 kN dan dorongan mesin dengan afterburner 75.62 kN.    

Rafale memiliki jangkauan terbang 3.700 KM dan radius terbang 1.852 KM pada satu misi tempur.  Diketahui masih banyak keunggulan fitur khas lainnya dari Rafale.

Penutup.  Dengan kehadiran pespur canggih Rafale pada awal 2026 mendatang sebagai Alutsista andalan terbaru Indonesia di wilayah kedaulatan udara, maka TNI AU akan memiliki beragam jenis pespur dari berbagai negara yang berbeda, seperti F-16 Fighting Falcon (buatan AS), Sukhoi SU-27 dan SU-30 (buatan Rusia) serta T-50 Golden Eagle (buatan Korsel), bahkan akan dilengkapi dengan F-15EX (AS) dan KF-21 Boramae (Korsel) di samping Mirage-5 dan Mirage-9 (Perancis) yang walau menua namun dapat diandalkan. 

Sebelumnya masih ada Hawk  (Inggris).  Jumlah dan ragam pespur canggih yang dimiliki akan menimbulkan the deterrence of power (daya tangkal) Indonesia di dunia internasional.   

Dengan kata lain, semboyan TNI AU Swa Bhuana Paksa atau Sayap Tanah Air sebagai garda terdepan negara di udara NKRI akan berjaya kembali dalam menghadapi dinamika tantangan dan ancaman di tanah air, kawasan dan dunia. Semoga!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hukum Selengkapnya
Lihat Hukum Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun