Pagi itu dari Medan kami berangkat pukul 6.00 sesuai appointment yang sudah disepakati dengan groupku yang terdiri dari delapan orang dari berbagai Negara ada yang dari Canada, Amerika dan dua orang dari mexico bahkan ada yang dari Spanyol.
Tujuan kami adalah kota Takengon dari mana kopi gayo berasal.
Kami harus berangkat cepat takut kemalaman karena jarak antara Medan dan Takengon lebih dari 380 km kalau dihitung dengan waktu lebih kurang 12 s/d 14 jam.
Sebelum sampai di Takengon kami ada berhenti beberapa kali sekali di Langsa dan sekali lagi Lhokseumawe untuk makan siang.
Orang orang didalam group ini adalah para roaster sekaligus mereka juga pengusaha kede kopi di negeri asalnya. Semuanya Dari ke delapan orang ini adalah mereka yang tergabung dalam sebuah koperasi yang disebut Cooperative coffee yang berpusat di Montreal Canada yang sudah sejak lama menjalin kerjasama dengan koperasi kopi disekitar kabupaten gayo lues,  Takengon dan Bener meriah.
Tugasku kali ini adalah sebagai penterjemah, antara anggota beberapa koperasi kopi disini dengan Cooperative Coffee.
Awalnya aku agak kaku juga menghadapi wajah wajah polos para petani kopi disini tapi kemudian setelah meminum kopi pertamaku disebuah gedung koperasi dimana pertemuan diadakan akhirnya perasaan rileks itu muncul juga mungkin dikarenakan effect kafein yang kuminum.
Didalam gedung pertemuan kulihat ada beberapa Mangkok atau Cawan besar berwarna putih yang sudah berisi Kopi yang awalnya kupikir untuk dihidangkan kepada para tetamu yg juga adalah calon buyers.
Tak taunya ternyata itu adalah untuk sampel "Coffee Cupping" atau uji rasa kopi.
Dari sinilah awal pertama kali aku tahu ternyata kegiatan"Coffee Cupping" ini adalah sebuah prosesi untuk mengetahui kualitas dan karakter rasa kopi dan berbagai aspek  lainnya.
Dari  sini pula kemudian, para roaster sekaligus calon pembeli bisa langsung memesan jenis kopi yang yang diinginkan karena kulihat setelah mereka mengujinya dengan cara mencicipi kopi sampel tadi kemudian memuntahkannya balik.