Mohon tunggu...
prawinda anzari
prawinda anzari Mohon Tunggu... Dosen - Pemerhati gender dan media. Dosen Sosiologi Universitas Negeri Malang

Meluangkan waktu untuk menulis

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pentingnya Edukasi Pemilahan Sampah bagi Anak di Kota Malang

11 September 2024   10:37 Diperbarui: 11 September 2024   10:39 70
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kota Malang, sebuah kota dengan pertumbuhan pesat di Jawa Timur, tengah menghadapi tantangan serius terkait pengelolaan sampah. Berdasarkan data dari Dinas Lingkungan Hidup Kota Malang, volume sampah di kota ini mencapai sekitar 600 ton per hari. Dari jumlah tersebut, hanya sekitar 60% yang berhasil tertangani dengan baik, sementara sisanya berakhir di tempat pembuangan akhir (TPA) atau berserakan di lingkungan. Situasi ini tentu menjadi perhatian besar bagi pemerintah setempat, masyarakat, dan para pegiat lingkungan yang mengkampanyekan pengelolaan sampah yang lebih baik. Salah satu solusi yang mulai dikedepankan adalah pentingnya edukasi pemilahan sampah sejak usia dini, khususnya bagi anak-anak Sekolah Dasar (SD).

Mengapa Pemilahan Sampah Penting?

Pemilahan sampah, khususnya antara sampah organik dan anorganik, merupakan langkah awal yang krusial dalam upaya pengelolaan sampah yang berkelanjutan. Sampah organik, seperti sisa makanan dan daun-daunan, dapat diolah menjadi kompos yang bermanfaat bagi pertanian dan penghijauan. Di sisi lain, sampah anorganik, seperti plastik, kaleng, dan kaca, bisa didaur ulang sehingga mengurangi volume sampah yang harus dibuang ke TPA. Namun, tanpa pemilahan yang tepat, sampah-sampah ini bercampur, sehingga sulit untuk didaur ulang dan sering kali berakhir mencemari lingkungan.

Pentingnya edukasi pemilahan sampah bagi anak-anak tak dapat diabaikan. Pada usia sekolah dasar, anak-anak berada pada fase di mana mereka mudah menyerap pengetahuan dan membentuk kebiasaan baru. Dengan mengajarkan mereka cara memilah sampah sejak dini, diharapkan mereka akan tumbuh menjadi generasi yang lebih sadar lingkungan dan berperan aktif dalam menjaga kebersihan kota.

Kondisi Sampah di Kota Malang

Kota Malang, yang terkenal sebagai salah satu kota pendidikan di Indonesia, juga dikenal memiliki lingkungan yang sejuk dan hijau. Namun, seiring dengan pertumbuhan penduduk dan urbanisasi, masalah sampah semakin menjadi sorotan. Sampah plastik, misalnya, menjadi salah satu masalah terbesar karena sifatnya yang sulit terurai dan sering kali menyumbat saluran air, menyebabkan banjir di musim hujan. Sampah organik pun tak kalah menjadi tantangan, terutama ketika tidak dikelola dengan baik dan menimbulkan bau tak sedap serta masalah kesehatan.

Kampanye-kampanye lingkungan sudah banyak dilakukan di Malang, namun pemahaman dan partisipasi masyarakat, terutama generasi muda, masih perlu ditingkatkan. Oleh karena itu, pemerintah setempat bersama sekolah-sekolah mulai gencar memberikan edukasi tentang pentingnya memilah sampah kepada siswa-siswi SD.

Anak-Anak sebagai Agen Perubahan

Anak-anak memiliki potensi besar untuk menjadi agen perubahan di lingkungan mereka. Saat mereka belajar mengenai pemilahan sampah, mereka tidak hanya mendapatkan pengetahuan untuk diri sendiri, tetapi juga dapat menjadi duta kecil di rumah dan lingkungan sekitar. Mereka bisa mengajarkan orang tua, saudara, dan teman-teman mereka tentang pentingnya memisahkan sampah organik dan anorganik. Hal ini akan membantu menciptakan budaya memilah sampah yang dapat terus berkembang di masyarakat.

Mengapa anak-anak SD perlu memahami perbedaan antara sampah organik dan anorganik? Salah satu alasan utamanya adalah untuk membiasakan pola pikir kritis tentang lingkungan sejak dini. Dengan memahami bahwa sampah memiliki kategori yang berbeda dan cara penanganannya pun berbeda, anak-anak dapat tumbuh dengan kesadaran bahwa mereka memiliki tanggung jawab terhadap lingkungan mereka. Ini adalah langkah kecil yang bisa membawa dampak besar dalam jangka panjang.

Program Edukasi Pemilahan Sampah di Sekolah

Di Kota Malang, beberapa sekolah sudah mulai menerapkan program pemilahan sampah sebagai bagian dari kurikulum pendidikan lingkungan. Sekolah-sekolah ini melibatkan siswa dalam berbagai kegiatan seperti lomba daur ulang, pembuatan kompos dari sampah organik, serta diskusi kelas mengenai bahaya sampah plastik bagi lingkungan. Salah satu contoh program yang cukup sukses adalah "Sahabat Sampah" yang mengajak siswa SD untuk mengumpulkan sampah plastik di sekolah dan rumah, yang kemudian disetorkan ke bank sampah untuk didaur ulang.

Selain itu, sekolah-sekolah juga mulai menyediakan tempat sampah yang dipisah berdasarkan kategori sampah organik dan anorganik, sehingga siswa dapat langsung mempraktikkan apa yang mereka pelajari. Guru dan orang tua pun berperan aktif dalam memberikan arahan dan contoh mengenai pentingnya memilah sampah.

Tantangan dan Harapan

Meskipun program edukasi ini sudah mulai berjalan, tantangan besar masih menghadang. Banyak sekolah yang masih minim fasilitas, seperti tempat sampah terpisah atau program daur ulang yang terstruktur. Selain itu, pemahaman dan dukungan dari orang tua juga perlu ditingkatkan agar kebiasaan memilah sampah tidak hanya dilakukan di sekolah, tetapi juga di rumah.

Namun, harapan tetap ada. Dengan kerja sama antara pemerintah, sekolah, dan masyarakat, Kota Malang dapat menjadi salah satu kota percontohan dalam hal pengelolaan sampah yang berkelanjutan. Anak-anak sebagai generasi penerus diharapkan dapat menjadi pilar utama dalam menciptakan budaya bersih dan sehat di kota mereka.

Edukasi pemilahan sampah bagi anak-anak bukan hanya soal menjaga kebersihan kota, tetapi juga tentang membentuk karakter peduli lingkungan yang akan terus mereka bawa hingga dewasa. Dengan demikian, Kota Malang bisa tetap indah, hijau, dan bersih untuk generasi yang akan datang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun