Tentu saja tidak.
Ketidakbajikan atau pikiran buruk muncul begitu saja ibarat air dari atas gunung yang mengalir ke dasar lembah. Demikianlah kondisi batin kita jika menyangkut ketidakbajikan.
Batin kita saat ini sangat kaku dan tak mau menuruti perintah kita. Apa yang kita inginkan, batin tak mengikutinya. Apa yang kita tak inginkan, batin juga tak mengikutinya.
Singkat kata, batin bergerak ke arah yang tak sesuai dengan apa yang kita inginkan.
Masalahnya adalah: selama kita masih berada dalam kondisi seperti ini, maka tak ada jalan, sama sekali tak ada harapan untuk mencapai pembebasan ataupun kebahagiaan, berhubung batin kita senantiasa dirongrong dan dikendalikan oleh klesha.
Kita saat ini dikendalikan oleh batin kita, bukan sebaliknya.
Dengan kata lain, batin kita saat ini menguasai kita.
Dengan cara seperti ini, kita menciptakan karma-karma untuk terlahir kembali di dalam samsara, dan secara khusus, di alam-alam rendah. Dengan demikian, kita terpaksa harus mengalami segala bentuk penderitaan di dalam samsara.
Sebaliknya, kalau kita berupaya untuk mengendalikan dan menguasai batin kita sendiri, masih ada harapan untuk mengubah kondisi saat ini.
Apa yang dimaksud dengan mengendalikan batin kita? Yaitu upaya untuk menggerakkan batin sesuai dengan yang kita inginkan.
Misalnya, jika kita memilih untuk memfokuskan batin kita pada objek tertentu, batin akan menurut. Ketika kita memutuskan untuk menganalisis sesuatu, mencerap sesuatu, atau memikirkan sesuatu, kita bisa melakukannya dengan bantuan batin kita.
Raja Dharma Agung, Je Tsongkhapa, mengatakan, "Ketika terpusat, batin tak tergoyahkan laksana raja para gunung." Kalau kita memilih untuk memusatkan batin pada objek, batin tak akan tergoyahkan laksana raja para gunung, dan ketika diarahkan, batin berpaling pada objek bajik apa pun. Batin yang seketika terarah pada objek bajik akan membangkitkan kebajikan yang kita inginkan. Inilah kondisi batin yang terkendali, yang harus kita miliki dalam batin kita saat ini.