Mohon tunggu...
Praviravara Jayawardhana
Praviravara Jayawardhana Mohon Tunggu... Wiraswasta - Hanya seorang praktisi Dharma

Semoga seluruh alam semesta berbahagia

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Jika Sudah Bersalah, Masih Bisakah Dimaafkan?

27 Juni 2016   14:29 Diperbarui: 27 Juni 2016   15:53 418
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Pada mulanya, mungkin pemaparan ini akan sedikit sulit dipahami. Namun memang di dalam Buddhisme dikenal adanya tiga objek pengetahuan.

  • Yang pertama adalah pengetahuan yang terlihat secara langsung dalam bentuk fenomena-fenomena yang bermanifestasi. Pengetahuan ini dapat dengan mudah dan langsung kita ketahui melalui persepsi indera.
  • Kemudian yang kedua adalah fenomena yang sedikit tersembunyi, yaitu pengetahuan yang tidak dapat dipersepsi secara langsung oleh indera namun perlu dideduksi dengan kekuatan logika berdasarkan keterhubungan antar satu hal dengan yang lain. Contohnya adalah ketika kita melihat asap mengepul dari balik sebuah bukit, maka kita dapat menyimpulkan bahwa ada api di sana meskipun kita tidak dapat melihat api itu secara langsung.
  • Terakhir adalah pengetahuan jenis ketiga yaitu fenomena yang sangat tersembunyi, yang sangat sulit dipahami oleh orang-orang biasa seperti kita. Contoh pengetahuan yang masuk ke dalam kategori ini antara lain adalah prinsip kerja karma secara detil. Karena kompleksitasnya, kita sangat sulit memahami dengan pasti bagaimana keterkaitan antara sebuah akibat dengan berbagai aspek penyebabnya yang saling mempengaruhi, kecuali tentu saja apabila kita sudah memiliki suatu pencapaian tertentu seperti halnya Buddha.

Karena itu pulalah, di dalam tradisi Tahapan Jalan Menuju Pembebasan, biasanya diajarkan agar kita sebaiknya tidak mengandalkan persepsi kita yang sangat tidak bisa diandalkan ini untuk menilai dan merendahkan ataupun mengabaikan ucapan-ucapan Buddha yang mungkin belum bisa kita pahami pada saat ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun