Mohon tunggu...
Emanuel Pratomo
Emanuel Pratomo Mohon Tunggu... Freelancer - .....

........

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Selamat Tak Terpapar Radiasi Nuklir

3 Oktober 2018   20:59 Diperbarui: 4 Oktober 2018   21:10 1066
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Logo BAPETEN (Foto:Prattemm)

PRSG-GAS merupakan reaktor nuklir ketiga yang ada di Indonesia, setelah sebelumnya telah beroperasi Reaktor Triga-2000 di Bandung Jawa Barat (1965) dan Reaktor Kartini di Sleman DIY (1979). PRSG-GAS merupakan sebuah reaktor nuklir fluks neutron cukup tinggi. Ini sangat ideal sebagai sarana iradiasi untuk produksi radioisotop, pengembangan elemen bahan bakar & komponen reaktor, serta riset sains bidang industri nuklir lainnya.

Setelah mendapatkan penjelasan sejarah dan fasilitas teknologi PRSG-GAS dari Poerwadi, rombongan segera diajak untuk memasuki bunker yang menjadi jantungnya reaktor nuklir. Sekali lagi demi kebaikan bersama, harus melepaskan atribut yang dapat jatuh hingga dapat mengganggu keamanan dan keselamatan. Topi, jam tangan, kartu pengunjung, semuanya harus dititipkan di konter lobi PRSG-GAS.


Rombongan BAPETEN terbagi menjadi tiga kelompok, ketika memasuki area reaktor nuklir yang sesungguhnya. Hari Prijanto merupakan salah satu anggota Tim Perawatan PRSG-GAS yang menjadi pemandu bagi kelompok kedua. Sepatu diberikan sarung penutup, sementara jaslab berwarna kuning menutupi sebagian besar tubuhku. Satu lift yang hanya mampu menampung kisaran 8 orang, mengantarkan rombongan ke lantai tiga. Bagaikan di film-film yang mengisahkan kecanggihan instalasi laboratorium berteknologi tinggi, rombongan hendak memasuki pintu besi berdiameter tebal. Hari Prijanto melalui akses kartu digital, meminta izin operator untuk dapat masuk.

Setelah melewati pintu besi pertama tersebut, masih ada satu pintu besi tebal lagi yang harus dilewati. Sambil menanti pintu besi kedua dibuka, terlihat semacam alat untuk mendeteksi apakah orang tersebut terpapar radiasi atau tidak. Kemudian Hari Prijanto mulai memandu kelompok kedua di instalasi reaktor nuklir. Alumni dari Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir (STTN) BATAN di Yogyakarta ini, menjelaskan bahwa PRSG-GAS didesain dan dibangun dalam pengawasan Interatom GmbH dari Jerman. Untuk pengerjaan prasarana fisik dan bangunan sipil, dilakukan pihak kontraktor dalam negeri.

Kapasitas pengayakan uranium di PRSG-GAS hanyalah 10 kikogram, yang berfungsi sebagai reaktor riset.  Ini berbeda dengan Reaktor Nuklir di negara lain yang beroperasi untuk kegiatan multifungsi, dengan kapasitas ribuan kilogram. Kokohnya bangunan PRSG-GAS dapat terlihat dengan diameter dinding yang berukuran 1,5 meter. Jadi seandainya PRSG-GAS mengalami guncangan gempa bumi berskala tinggi pun, tingkat kerusakan yang timbul tak kan semasif reaktor yang berkapasitas ribuan kilogram.

Hari Prijanto menginformasikan bahwa reaktor dalam keadaan libur beroperasi (shutdown) pada hari Rabu tersebut. Operasional normal reaktor dilakukan pada hari Jumat hingga hari Selasa.

"Puji Tuhan," ucap syukurku dalam hati, setelah mengetahui reaktor lagi beristirahat. Seandainya reaktor lagi bekerja, bisa saja kan dapat terjadi sesuatu pada diriku...

Hari Prijanto kemudian menunjukan kolam reaktor, yang ternyata di dalamnya terdapat batu-batu topaz. Nah, bagi yang mengerti, topaz memiliki rumus kimia AI2SiO4(F,OH)2 ("aluminium silicate fluoride hydroxide").

"Batu topaz dicemplungin ke dasar kolam?," pikirku dalam hati.

Hari Prijanto menjelaskan bahwa batu topaz ini merupakan milik perusahaan permata asal Jerman. Sejauh ini memang hanya batu topaz yang mengalami kesesuaian mendapatkan perlakuan iradiasi. Sementara batu lain yang pernah dicoba diiradiasi seperti kalsedon dan agate, tak menunjukkan hasil yang jauh lebih baik dibandingkan dengan topaz.

Prosedur iradiasi dimulai dengan dimasukkannya batu topaz seberat 2,5 kg dalam tabung aluminium setinggi 100 mm yang berdiameter 60 mm ke dalam pipa pengarah target (stringer). Kemudian pipa di teras mencuat enam meter di atas kolam reaktor, dalam posisi iradiasi di atas lubang lempeng nozzle grid. Proses iradiasi batu topaz dinyatakan selesai dalam beberapa jam (maksimal 10 jam), ketika tabung dikeluarkan dari pipa di teras reaktor.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun