Pekan Raya Jakarta (PRJ) di JIExpo Kemayoran Jakarta Pusat, masih akan terus berlangsung hingga 1 Juli 2018 mendatang. Kemeriahan suasana PRJ dapat pula dikunjungi pada 19 Juni 2018 lalu. Setelah beberapa menit melangkah dari gerbang pemeriksaan tiket masuk PRJ, ada sebuah booth yang kental dengan demam sepakbolanya.Â
Sedang terlihat tiga anak muda yang beraksi bersama bola, menunjukkan kepiawaiannya sebagai seorang freestyler. Lalu beberapa penonton ditantang untuk turut bermain bola. Setelah itu ada atraksi utama dari mantan bintang klub Paris Saint Germain (PSG) Iya Traore, yang unjuk kebolehan sebagai freestyler berkelas dunia. Pengunjung PRJ benar-benar terhibur akan aksi Iya Traore yang dilakukan pada tiang tinggi.Â
Ini berkat filosofi Kaizen bahwa sebelum membuat produk berkualitas, maka SDM yang membuatnya harus ditingkatkan terlebih dahulu kompetensinya. Semangat Kaizen menekankan perbaikan terus menerus tanpa kunjung henti dilakukan, yang diimplementasikan dalam wujud kegiatan gugus kendali mutu (QCC- Quality Control Circle).Â
Filosofi ini diadaptasi dari slogan Toyota Way, yaitu We Make People before We Make Product. Konsep ini dikenal pula dengan istilah Monozukuri wa Hitozukuri, yang bermakna melakukan Monozukuri melalui Hitozukuri. Makna dari istilah Monozukuri adalah semangat membuat produk bermutu tinggi, serta dapat memperbaiki proses sistem produksi secara konstan. Sementara Hitozukuri bermakna peningkatan kualitas sumber daya manusia dengan berbagai macam ketrampilan secara konsisten.Â
Segera kaki melangkah berjalan cepat menuju arena Pasar Malam di area Gambir Expo PRJ Kemayoran. Untunglah saat tiba di arena nobar ini, masih dalam hitungan waktu kurang dari dua menit jelang kick-off Kolombia versus Jepang. Pertandingan baru berlangsung tiga menit, bek Carlos Sanchez harus terkena kartu merah akibat berusaha menghalau bola dengan lengan kanannya di dalam kotak penalti.Â
Sambil menonton, tak lupa menyempatkan ngobrol dengan beberapa penonton nobar. Seorang bapak tua yang akrab dipanggil Son dan enggan menyebutkan usianya, ternyata sangat menjagokan Jepang.Â
Son adalah seorang pensiunan teknisi sebuah perusahaan yang saham mayoritas dimiliki pihak korporasi Jepang. Lingkungan kerja dengan disiplin tinggi ala Jepang ini, telah begitu merasuki ritme kehidupannya.Â
Sementara seorang ibu muda dengan kedua putrinya terlihat asyik menyantap jajanannya. Mereka sangat kompak menjagokan Kolombia, karena ada si ganteng James Rodriguez. Lalu ada segerombolan anak baru gede (ABG) yang baru duduk di kelas 1 dan 2 SMP, juga sangat menjagokan David Ospina dan James Rodriguez.Â
Tak ketinggalan arena bermain (playground) bagi anak-anak yang bertemakan bola maupun kendaraan (motor/mobil) mini. Sebuah pasar malam nan unik bertemakan Piala Dunia, dimana seluruh anggota keluarga dapat diajak menikmati kemeriahannya sesuai dengan minat masing-masing.Â
Hebatnya timnas Jepang saat ini, tak terlepas dari filosofi Kaizen yang diterapkan dalam pengelolaan sepakbolanya. Keberhasilan Jepang menjadi semifinalis Piala Dunia 2002 di kandangnya sendiri, tak terlepas dari semangat perbaikan terus menerus terhadap sistem kompetisi sepakbola nasionalnya J-League sejak era 1990-an.Â
Bahkan skuat Samurai Biru dalam Piala Dunia 2018 ini, diperkuat para bintang yang merumput di kompetisi liga-liga Eropa maupun non-Eropa. Ada yang bermain dalam Liga Jerman,Liga Inggris, Liga Prancis, Liga Turki, bahkan dalam Liga Meksiko.Â
Jepang dapat dengan segera mengejar kualitas prestasi sepakbolanya dari rivalnya Korea Selatan (Korsel). Negeri ginseng sendiri telah tampil pertama kali dalam Piala Dunia 1986 di Meksiko, serta pionir mengekspor talentanya untuk bermain di kompetisi benua biru. Negeri Matahari Terbit pun saat ini tak hanya dapat mengejar ketertinggalannya, namun dapat dikatakan jauh lebih mentereng prestasi sepakbolanya di kawasan Asia.Â
Semangat Kaizen ala Japan Football Association (JFA) ini, telah membuktikannya dengan keberhasilan Timnas Sepakbola Wanita Jepang menjadi kampiun Piala Dunia Wanita FIFA pada tahun 2011. Sepertinya sepakbola pria Jepang akan segera berusaha dapat mewujudkan target yang dicanangkan ole JFA sejak 2005, untuk dapat menjadi kampiun Piala Dunia sebelum tahun 2050.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H