Mohon tunggu...
Emanuel Pratomo
Emanuel Pratomo Mohon Tunggu... Freelancer - .....

........

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Merasakan Getaran Semangat Kaizen

28 Juni 2018   14:59 Diperbarui: 28 Juni 2018   15:01 668
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pekan Raya Jakarta (PRJ) di JIExpo Kemayoran Jakarta Pusat, masih akan terus berlangsung hingga 1 Juli 2018 mendatang. Kemeriahan suasana PRJ dapat pula dikunjungi pada 19 Juni 2018 lalu. Setelah beberapa menit melangkah dari gerbang pemeriksaan tiket masuk PRJ, ada sebuah booth yang kental dengan demam sepakbolanya. 

Sedang terlihat tiga anak muda yang beraksi bersama bola, menunjukkan kepiawaiannya sebagai seorang freestyler. Lalu beberapa penonton ditantang untuk turut bermain bola. Setelah itu ada atraksi utama dari mantan bintang klub Paris Saint Germain (PSG) Iya Traore, yang unjuk kebolehan sebagai freestyler berkelas dunia. Pengunjung PRJ benar-benar terhibur akan aksi Iya Traore yang dilakukan pada tiang tinggi. 

Aksi Iya Traore (Foto:Prattemm)
Aksi Iya Traore (Foto:Prattemm)
Seusai melihat hebatnya atraksi dari Iya Traore, diriku segera  beranjak ke Hall B1. Melewati Anjungan Pemerintah Propinsi DKI Jakarta, akhirnya tiba di deretan booth pemerintah daerah. Mata ini tertuju ke booth No. 41 di Hall B1 yang bernama Yayasan Dharma Bhakti Astra ( YDBA), dimana terlihat berbagai produk kerajinan dan kuliner dari usaha mikro kecil menengah (UMKM). 

Booth YDBA (Foto:Prattemm)
Booth YDBA (Foto:Prattemm)
Dari perbincangan dengan beberapa pelaku UMKM binaan YDBA, intisarinya adalah mereka dapat melakukan produksi barang berkualitas terbaik dengan sumber daya manusia (SDM) berkompetensi tinggi. Hebatnya UKM ini, tak terlepas dari semangat Kaizen yang ditumbuhkan dengan berkelanjutan oleh YDBA. 

Ini berkat filosofi Kaizen bahwa sebelum membuat produk berkualitas, maka SDM yang membuatnya harus ditingkatkan terlebih dahulu kompetensinya. Semangat Kaizen menekankan perbaikan terus menerus tanpa kunjung henti dilakukan, yang diimplementasikan dalam wujud kegiatan gugus kendali mutu (QCC- Quality Control Circle). 

Filosofi ini diadaptasi dari slogan Toyota Way, yaitu We Make People before We Make Product. Konsep ini dikenal pula dengan istilah Monozukuri wa Hitozukuri, yang bermakna melakukan Monozukuri melalui Hitozukuri. Makna dari istilah Monozukuri adalah semangat membuat produk bermutu tinggi, serta dapat memperbaiki proses sistem produksi secara konstan. Sementara Hitozukuri bermakna peningkatan kualitas sumber daya manusia dengan berbagai macam ketrampilan secara konsisten. 

Booth YDBA (Foto:Prattemm)
Booth YDBA (Foto:Prattemm)
Seusai berbincang sesaat dengan para pelaku UMKM, baru teringat akan Nonton Bareng (Nobar) Piala Dunia 2018. Pas banget dengan semangat Kaizen, empunya yakni Jepang yang tengah menghadapi Kolombia. Jagoan Asia yang hanya berperingkat 61-FIFA, berhadapan dengan jagoan Amerika Latin berperingkat 16-FIFA. 

Segera kaki melangkah berjalan cepat menuju arena Pasar Malam di area Gambir Expo PRJ Kemayoran. Untunglah saat tiba di arena nobar ini, masih dalam hitungan waktu kurang dari dua menit jelang kick-off Kolombia versus Jepang. Pertandingan baru berlangsung tiga menit, bek Carlos Sanchez harus terkena kartu merah akibat berusaha menghalau bola dengan lengan kanannya di dalam kotak penalti. 

Suasana Nobar di PRJ Kemayoran (Foto:Prattemm)
Suasana Nobar di PRJ Kemayoran (Foto:Prattemm)
Tendangan penalti bagi Jepang, berhasil dieksekusi menjadi gol oleh Shinji Kagawa. Namun enam menit jelang turun minum, Kolombia berhasil menyamakan kedudukkan lewat tendangan bebas Juan Quintero. 

Sambil menonton, tak lupa menyempatkan ngobrol dengan beberapa penonton nobar. Seorang bapak tua yang akrab dipanggil Son dan enggan menyebutkan usianya, ternyata sangat menjagokan Jepang. 

Son adalah seorang pensiunan teknisi sebuah perusahaan yang saham mayoritas dimiliki pihak korporasi Jepang. Lingkungan kerja dengan disiplin tinggi ala Jepang ini, telah begitu merasuki ritme kehidupannya. 

Sementara seorang ibu muda dengan kedua putrinya terlihat asyik menyantap jajanannya. Mereka sangat kompak menjagokan Kolombia, karena ada si ganteng James Rodriguez. Lalu ada segerombolan anak baru gede (ABG) yang baru duduk di kelas 1 dan 2 SMP, juga sangat menjagokan David Ospina dan James Rodriguez. 

Booth Kuliner Nasi Goreng (Foto:Prattemm)
Booth Kuliner Nasi Goreng (Foto:Prattemm)
Sebenarnya datang ke arena nobar, hanya ingin melihat suasana nobar tanpa berfokus melihat jalannya pertandingan melalui layar raksasa. Ada begitu banyak aneka sajian kuliner yang dapat menjadi teman pengisi perut sambil menyaksikan duel seru. Segala kuliner Indonesia khas pasar malam hampir dipastikan ada, seperti bakso, mie ayam, nasi goreng. Akan terasa kriuk yang menggugah selera, jika ditemanikriukan kacang Garuda. 

Tak ketinggalan arena bermain (playground) bagi anak-anak yang bertemakan bola maupun kendaraan (motor/mobil) mini. Sebuah pasar malam nan unik bertemakan Piala Dunia, dimana seluruh anggota keluarga dapat diajak menikmati kemeriahannya sesuai dengan minat masing-masing. 

Arena bermain (Foto:Prattemm)
Arena bermain (Foto:Prattemm)
Arena bermain (Foto:Prattemm)
Arena bermain (Foto:Prattemm)
Jangan nonton bola tanpa kacang garuda. Oh tiba-tiba Mordovia Arena (Saransk) bergemuruh menyambut gol dari bintang FC Koeln Yuya Osako di menit ke-73. Lompatan tinggi Osako menyambut bola hasil sepakan pojok dari Keisuke Honda, disusul dengan meliuk bagaikan seekor burung Garuda. Lalu kepala Osako menyundul bola untuk mengarahkannya jauh ke sudut kanan gawang Kolombia. Kiper David Ospina hanya terpana melihat bola masuk ke jala tanpa dapat menjangkaunya.

Sundulan gol Yuya Osako (Foto:AFP)
Sundulan gol Yuya Osako (Foto:AFP)
Semangat Kaizen semakin terasa getaran gelombangnya, setelah melihat unggahan video maupun foto di media sosial. Ada sesuatu yang menarik seusai pertandingan di deretan bangku penonton stadion. Dalam rekaman yang telah viral tersebut, ternyata para pendukung tim Jepang tengah berusaha memunguti sampah yang tergeletak di sudut bangku dan lantai tribun penonton.

Suporter Jepang memunguti sampah di tribun penonton (Foto: Instagram @InjuaticiasFutbol)
Suporter Jepang memunguti sampah di tribun penonton (Foto: Instagram @InjuaticiasFutbol)

Hebatnya timnas Jepang saat ini, tak terlepas dari filosofi Kaizen yang diterapkan dalam pengelolaan sepakbolanya. Keberhasilan Jepang menjadi semifinalis Piala Dunia 2002 di kandangnya sendiri, tak terlepas dari semangat perbaikan terus menerus terhadap sistem kompetisi sepakbola nasionalnya J-League sejak era 1990-an. 

Bahkan skuat Samurai Biru dalam Piala Dunia 2018 ini, diperkuat para bintang yang merumput di kompetisi liga-liga Eropa maupun non-Eropa. Ada yang bermain dalam Liga Jerman,Liga Inggris, Liga Prancis, Liga Turki, bahkan dalam Liga Meksiko. 

Jepang dapat dengan segera mengejar kualitas prestasi sepakbolanya dari rivalnya Korea Selatan (Korsel). Negeri ginseng sendiri telah tampil pertama kali dalam Piala Dunia 1986 di Meksiko, serta pionir mengekspor talentanya untuk bermain di kompetisi benua biru. Negeri Matahari Terbit pun saat ini tak hanya dapat mengejar ketertinggalannya, namun dapat dikatakan jauh lebih mentereng prestasi sepakbolanya di kawasan Asia. 

Semangat Kaizen ala Japan Football Association (JFA) ini, telah membuktikannya dengan keberhasilan Timnas Sepakbola Wanita Jepang menjadi kampiun Piala Dunia Wanita FIFA pada tahun 2011. Sepertinya sepakbola pria Jepang akan segera berusaha dapat mewujudkan target yang dicanangkan ole JFA sejak 2005, untuk dapat menjadi kampiun Piala Dunia sebelum tahun 2050. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun