Teknologi konvensional produksi garam saat ini tandon berketinggian hanya 30 cm, masih menggunakan terpal, belum ada unsur panas, masih menempel bumi, dialirkan menggunakan parit.
Solusi yang ditawarkan Sarwono antara lain tandon air pertama empang-empang dibuat dari aluminium atau galvalum, yang berketinggian lebih dari 60 cm dan 90 cm. Manakala aluminium dibuat berketinggian 1,5 meter, maka bagian 3/4 meter akan cepat memanasi air laut. Otomatis volume produksi akan lebih besar dibandingkan teknologi konvensional.
Bahan baku air laut yang terhubung dengan kompor listrik dalam sistem pembangkit tenaga surya / tenaga angin, akan dapat beroperasi meskipun dalam musim penghujan. Kepastian pendapatan petani garam dapat naik dan tetap konstan dalam musim penghujan sekalipun. Kedaulatan produksi garam dapat diwujudkan ketika diaplikasikan secara massal.
Inovasi kombinasi dua jenis maupun tiga jenis pembangkit yang menjadi satu kesatuan sistem ini, akan dapat mempercepat pengembangan energi terbarukan dalam pemenuhan kebutuhan tenaga listrik yang ramah lingkungan dengan harga yang kompetitif. Inovasi berkelanjutan ini dapat menerangi negeri tanpa henti dan meningkatkan daya usaha bersaing tinggi.
#EnergiUntukInovasiBerkelanjutan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H