Aktivitas lokasi wisata dipastikan akan menghasilkan limbah padat dan cair, maka diperlukan mekanisme dan sarana pengelolaannya. Namun yang terpenting adalah adanya edukasi pada mitra wisata & pengunjung dalam pengelolaan sampah dan limbah cair. Berbagai edukasi semua diatas akan efektif jika dikembangkan dalam program menarik seperti program wisata yang peduli lingkungan, program wisata untuk menumbuhkan apresiasi terhadap estetika alam, program wisata untuk menanamkan kepedulian konservasi sumber daya alam, program edukasi terhadap pengunjung terkait wisata ramah lingkungan. Akhirnya dengan kepedulian terhadap pelestarian lingkungan hidup & sumber daya alam wisata, diharapkan pengunjung akan memiliki pengetahuan serta komitmen untuk turut memecahkan masalah lingkungan hidup.Â
Usaha pengelolaan pariwisata alam sudah seharusnya melibatkan peran serta masyarakat setempat. Tentunya ini diperlukan pelatihan & pendampingan masyarakat untuk siap terlibat dalam pengelolaan wisata. Salah satu contoh melibatkan peran serta dan pemberdayaan masyarakat setempat lokasi wisata adalah Desa Wisata Petroleum Geoheritage Wonocolo di Kabupaten Bojonegoro Jawa Timur yang dikelola oleh Pertamina EP. Desa wisata yang baru soft-launching bulan April 2016 lalu itu merupakan langkah konkret terjaganya kelestarian lingkungan hidup tanpa mengorbankan kesejahteraan rakyat di wilayah sumur tua.Â
Pada peringatan Hari Bumi 2016 lalu bersama komponen berbagai komunitas masyarakat dan para pemangku kepentingan, berkesempatan mengikuti Susur Sungai Ciliwung di kawasan Ancol dan melaksanakan program pelestarian lingkungan hidup. Dalam kegiatan susur sungai yang diprakarsai oleh Palang Merah Indonesia (PMI) dan Palang Merah AS (AmRedCross), mulai terlihat kejernihan air dan adanya bau yang tidak menyengat kembali. Tentu saja ini merupakan kerja nyata normalisasi kali/sungai secara masif sejak era kepempimpinan Jokowi-Ahok di wilayah DKI Jakarta. Para pekerja kebersihan yang identik dengan seragam oranye bekerja dengan total dan upah yang sangat layak. Semua komponen masyarakat saling bahu membahu membersihkan sampah di aliran sungai, juga di pinggir sungai dilakukan penanaman pohon & tanaman bertingkat (vertical garden), pembuatan lubang biopori/ sumur resapan, pemilahan sampah, pengelolaan sampah daur ulang bernilai ekonomis.
Selain terciptanya lingkungan bersih dan peluang bisnis dari sampah daur ulang, juga dilakukan pembenahan sanitasi dan rumah ramah lingkungan di pinggir kali anak Ciliwung. Ada komunitas anak muda yang ikut berperan dalam pengembangan rumah sehat ramah lingkungan di pinggir kali/sungai.
Terlihat anak-anak sangat antusias bermain terutama sepatu roda di area yang cukup menyejukkan ini. Sementara di area jalanan tanah kavling Villa Anggrek, banyak juga orang dewasa datang berolahraga maupun sekedar duduk melepas kepenatan. Fasilitas RPTRA ini tentunya bukan sekedar tempat bermain aman & nyaman bagi anak, Â namun juga dapat menjadi tempat bersosialisasi antar warga serta para pemangku kepentingan. Program-program GBBS sangatlah tepat jika diperkenalkan secara dini pada anak balita yang disertai oleh para orang tuanya. Pemahaman anak mengenai arti pentingnya kebersihan dan pelestarian lingkungan hidup akan lebih mudah diserap, karena sang anak telah secara langsung dapat merasakan fasilitas RPTRA & lingkungan sekitar yang bersih dan asri.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H