Mohon tunggu...
Emanuel Pratomo
Emanuel Pratomo Mohon Tunggu... Freelancer - .....

........

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Restorasi Gambut dengan Sukacita Tanpa Ada Dusta, Saling Fitnah dan Adu Nyawa

20 Oktober 2016   15:26 Diperbarui: 20 Oktober 2016   15:35 303
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saat ini berstatus hutan kepemilikan desa. Meski ada yang menanam sawit hanya dalam waktu relatif pendek, namun dengan sadar dan sukarela secara swadaya menanam dengan prinsip tanpa ada penebangan (hanya mengambil hasil berupa getah dan buahnya saja). 

Untuk kebutuhan sehari-hari jangka pendek mereka menanam nanas dan sayur-sayuran. Kopi dengan diselingi merica merupakan tanaman komoditas jangka menengah. Sementara komoditas unggulan jangka panjang adalah pinang dan jelutung. Kebun bibit serta budidaya madu di lahan gambut pun turut dikembangkan.

Warga desa pun aktif swadaya membangun saung/pondok kecil sebagai pos pengawasan terhadap penebangan liar (illegal logging) dan pencegahan kebakaran hutan. Pembuatan pupuk organik menggunakan bahan sisa pertanian (bonggol pisang, kulit pinang). Agar gambut tidak terbakar, warga juga membuat sekat kanal dengan swadaya.


Pemanfaatan komoditas lokal yang potensial dan terbukti adaptif pada lahan gambut, menurut Hesti Lestari Tata sangat bermanfaat langsung bagi masyarakat setempat yang memiliki ketergantungan hidup dalam ekosistem rawa gambut (ada petani, perambah hutan, pengumpul kayu bakar, nelayan, penangkap ikan). Selain tanaman/tumbuhan ramah gambut, juga ada berbagai jenis ikan bernilai jual tinggi. Baru diketahui sekitar 40% saja dari 1476 jenis tumbuhan tersebut yang memiliki nilai manfaat komoditas sebagai sumber perekonomian. Pemilihan jenis vegetasi yang tumbuh dalam ekosistem gambut haruslah dapat diterapkan secara teknik, menguntungkan secara ekonomi, berkeadilan & dapat diterima masyarakat secara sosial, ramah lingkungan (tidak invasi & adaptif di lahan basah). 

Jenis flora sebagai penghasil pangan (termasuk buah, sumber karbohidrat, protein, bumbu, lemak/minyak) antara lain adalah Sagu (metroxylon spp), Rambutan (nephelium spp), mangga kueni (mangifera odorata), mangga kasturi (mangifera casturi), pepaken (durio kutejensis), kerantungan (durio oxleyanus), asam kandis (garcinia xanthochymus), kelakai (stenochlaena palustris), tengkawang (shorea stenoptera, S. macrophylla), nipah (nypa fruticans). Untuk substitusi bahan baku pulp & kertas dapat dihasilkan dari jenis flora penghasil serat seperti Geronggang (cratoxylum arborescens), gelam (melaleuca cajuput), terentang (campnosperma auriculatum). 

Untuk jenis flora penghasil getah/lateks yaitu Jelutung (dyera polyphylla), nyatoh (palaquium leiocarpum), sundi (payena spp, madhuca spp). Untuk sumber obat-obatan jenis floranya yaitu pulai (alstonia pneumatophora), akar kuning (coscinium fenestratum). Jenis flora sebagai sumber bio-energi (briket, bio-ethanol, wood pellet) yaitu nipah (nypa fruticans), sagu (metroxylon sago), gelam (malaleuca cajuputi). Untuk hasil hutan ikutan lainnya ada pada jenis gaharu (aquifaria sp), gemor (alseodaphne sp), purun tikus (elaeochans dulcis), rotan int (calamus trachycoleus). Sementara kayu bernilai konservasi terdapat pada jenis ramin (gonystylus bancanus), meranti merah (shorea macrantha, shorea balangeran).

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun