Mohon tunggu...
Emanuel Pratomo
Emanuel Pratomo Mohon Tunggu... Freelancer - .....

........

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Restorasi Gambut dengan Sukacita Tanpa Ada Dusta, Saling Fitnah dan Adu Nyawa

20 Oktober 2016   15:26 Diperbarui: 20 Oktober 2016   15:35 303
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hadir narasumber Haris Gunawan (Deputy Penelitian & Pengembangan Badan Restorasi Gambut), Nyoman Suryadiputra (Direktur Wetlands International Indonesia), Hesti Lestari Tata (Puslitbang Kementerian Lingkungan Hidup & Kehutanan), Abdul Hamid (Kelompok Pengelola Hutan Desa Kabupaten Tanjung Jabung Timur Jambi), dengan moderator Prita Laura (Jurnalis Televisi).

Gambar: presentasasi NyomanSuryadiputra
Gambar: presentasasi NyomanSuryadiputra
Gambar: Presentasi Nyomann Suryadiputra
Gambar: Presentasi Nyomann Suryadiputra
Menurut Haris Gunawan tragedi kabut asap tak kan terjadi jika lahan gambut dapat basah kembali, sesuai keadaan alami gambut berawa yang memang 80% berair. Konsep perlindungan pada kubah gambut merupakan perlindungan total fungsi hidrologi air lahan gambut. Tempat berkumpulnya berada di kubah gambut, dimana saat musim kemarau akan mengeluarkan air dan memasok ke wilayah sekelilingnya.

Alih fungsi lahan gambut (dengan pengeringan) demi kegiatan perekonomian dilakukan tanpa memperhatikan tata hidrologisnya. Upaya penataan hidrologis dilakukan dengan pembasahan kembali (rewetting), penanaman kembali (revegetasi) dengan tanaman ramah gambut (paludikultur). 

Jika para petani lokal (masyarakat adat) membakar lahan & hutan secara terkendali itu hanyalah sekedar pengusir nyamuk dan penyubur tanah. Namun jika sudah dalam tahap tragedi kabut asap, maka teknologi secanggih apapun sangat sulit mengatasinya. Bahkan telah mengorbankan salah satu prajurit militer yang diperbantukan dalam penanganan bencana asap, dimana terperosok dalam kesunyian lahan gambut terbakar dan hampir tujuh hari baru diketemukan jasadnya.

Diperlukan kompromi ditengah kemasifan agar gambut tidak berair oleh kepentingan ekonomi, agar sukacita dapat dirasakan semua pihak tanpa saling memfitnah dan mengorbankan nyawa. Program pemulihan lahan gambut diperlukan gerakan riil bersama masyarakat dan dunia usaha.

Ditengah permisif dan sikap pasif masyarakat sangat dibutuhkan peran ahli rekayasa sosial (sosiolog, antropolog) dalam membentuk gerakan komunal yang masif seperti pengumpulan bibit/anakan pohon lokal, agar nantinya dapat menikmati romantisme kembalinya banyak air dalam gambut berawa. Ada sekitar 7 propinsi yang harus pro aktif menggerakkan komunitas masyarakat agar pengembalian fungsi lahan gambut dapat efektif. 

BRG juga menyiapkan program klaster unggulan komoditas tanaman lokal. Potensi tanaman lokal yang merupakan ekosistem hutan rawa gambut ada sekitar 1376 jenis. Sekitar 534 jenis telah diketahui manfaatnya dan sekitar 81 jenis hasil hutan bukan kayu dapat menjadi sebagai sumber utama perekonomian. Beberapa diantaranya seperti sagu (bahan pangan yang cocok untuk diet), pinus (getahnya bernilai hingga 25 juta rupiah per kilogram), kayu medang (bahan baku obat nyamuk). 

Nantinya kedepan program unggulan komoditas sagu dan kelapa dalam, akan dilakukan pengembangan oleh BRG dengan tanpa sistem monokultur. Dalam restorasi gambut kedua tanaman ini akan dikombinasikan dengan berbagai jenis tanaman lainnya. Sehingga ekonomi semakin berlapis tanpa tergantung pada satu jenis komoditi.

Haris Gunawan yang juga menghadiri Kongres Masyarakat Gambut Dunia di Sarawak Malaysia beberapa waktu lalu, mengingatkan bahwa telah terjadi pertempuran opini antara pro sawit-akasia versus pro konservasi. Banyak ilmuwan yang melakukan kampanye utilisasi gambut HTI (hutan tanaman industri), terutama kompaksi merupakan teknologi terbaik dalam pemanfaatan lahan gambut bagi sawit.

Memang sawit itu sangat menguntungkan, namun tak pernah menghitung biaya dampak sosial dan lingkungan. Jika ada ilmuwan Indonesia bermazhab ke sana, kemungkinan dikarenakan belum merasakan sendiri bagaimanakah menghirup asap dalam jangka waktu berbulan-bulan. 

Nyoman Suryadiputra juga mengamini bahwa terindikasi ilmuwan Malaysia  mem-backup salah satu BUMN Malaysia yang merupakan produsen sawit terbesar di berbagai forum ilmiah, dan saat ini BUMN Malaysia itu telah masuk merambah ke wilayah Sumatera.

Gambut merupakan danau yang tertimbun bahan organik selama ribuan tahun. Di berbagai belahan dunia sumber air tawar ada di sekitar rawa dan danau. Nyoman Suryadiputra menjelaskan bahwa sumber air tawar di Indonesia kebanyakan ada di lahan gambut. Sungai-sungai di Sumatra, Kalimantan, Sulawesi dan Papua mendapatkan pasokan air justru dari lahan gambut. Jika diasumsikan luas gambut sebanyak 20 juta hektar dengan ketebalan gambut 5 meter, maka ada sekitar 1 trilyun meter kubik air. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun