Setelah sesi perkenalan singkat jenis kaca film V-KOOL™, maka kemudian dilakukan demo ketahanan kaca film di area parkir lantai bawah (basement) V-KOOL™ Flagship Outlet. Mobil pertama yang diuji adalah MPV sejuta umat yang memakai kaca film merek-X. Beberapa Kompasianer bersedia masuk ke dalam mobil untuk menjadi kelinci percobaan,  diantaranya Topik Irawan,  Muthiah Alhasany, Dewi Puspasari.
Saatnya dilakukan pengujian pada mobil MPV premium yang telah dilapisi kaca film V-KOOLâ„¢ , yang masih memiliki kekerabatan dengan MPV sejuta umat. Kali ini saya beserta Dewi Puspasari, Asih Setyaningrum, Rushans Novaly, Topik Irawan, Muthiah Alhasany. Saat ditembakkan sorot lampu berkekuatan besar, saya hanya merasa kehangatan saja pada kabin. Sementara mereka semua yang tadi masuk di MPV sejuta umat pun merasakan suhu lebih hangat, Â tidak panas seperti 'neraka jahanam' pada mobil sebelumnya. Ini membuktikan kembali bahwa produk V-KOOLâ„¢ mampu menolak panas berlebih dengan lebih baik.
Setelah sesi perkenalan dan demo aplikasi kaca film V-KOOL™, maka rombongan 20 Kompasianer menuju Customer Lounge untuk mengikuti sesi talkshow interaktif bersama Ella (Staf Pemasaran PT V-KOOL™ Indo Lestari) dan Billy Susanto (Kepala Layanan Purna Jual PT V-KOOL™ Indo Lestari).
Produk premium berkualitas internasional dengan berbagai penghargaan prestisius, menjadikan produk V-KOOL telah merefleksikan arti kebanggaan akan sukses yang terbaik dalam hidup. Layanan purna jual dengan jaringan dealer yang merata ke seluruh wilayah tanah air plus instalatur/teknisi profesional sesuai standar tinggi V-KOOL. Kartu garansi selama lima tahun yang menjamin layanan purna jual terbaik. Meskipun kartu fisik garansi hilang, para pengguna tak usah kuatir karena masih dapat secara otomatis diakses melalui mobile apps / jaringan internet. Â
Billy Susanto mengatakan bahwa sinar matahari melepaskan cahaya dalam bentuk inframerah sebesar 53% yang dirasakan sebagai panas pada kulit manusia. Inframerah ini yang akan berinteraksi dengan kaca melalui masuk bertahan dalam kaca, masuk diserap kaca serta masuk untuk ditolak keluar dari kaca. 3% cahaya ultraviolet yang dapat memberikan gangguan kesehatan pada tubuh manusia seperti peningkatan kerutan kulit yang mengakibatkan penuaan dini, gangguan kesehatan kornea mata yang mengakibatkan katarak. 44% cahaya tampak yang bermanfaat baik bagi fungsi penerangan.Â
Billy Susanto juga menegaskan bahwa kaca film hitam tidak selalu berarti terbaik dalam penolakan energi panas sinar matahari. Di Indonesia dalam menentukan kejernihan maupun tidaknya jenis kaca film, selalu diukur melalui tingkat kegelapan. Sementara standar internsional mengukurnya dalam satuan persentase ukuran Visible Light Transmission (VLT). Semakin kecil nilai VLT, semakin besar nilai kegelapannya. VLT merupakan kapabilitas kesatuan anatara kaca dengan filmnya dalam meneruskan cahaya tampak yang melewatinya. Â
Untuk menguji/komparasi kualitas antar produk kaca film itu haruslah memakai tipe dan spesifikasi yang sama. Jika kaca film tipe 60% ingin dikomparasi, haruslah juga dengan kaca film merek lain yang bertipe 60% sesuai Total Solar Energy Rejection (TSER). TSER merupakan kapabilitas kesatuan kaca dan film dalam menolak panas energi matahari dalam bentuk cahaya tampak serta radiasi infra merah. Semakin besar nilai TSER, maka semakin besar pula energi matahar yang ditolak. Komparasi TSER antar produk harus sesuai nilai VLT. Nilai VLT dengan prosentase 2-10% akan menandakan prosentase kegelapan 80%, VLT 11-29% berkegelapan 60%, VLT 30-49% berkegelapan 40%, VLT 50-59% berkegelapan 30% dan VLT 60-75% berkegelapan 20%,Â