Bounce rate dinyatakan dalam angka presentase, dan semakin besar angka presentasenya maka semakin besar pula pengunjung yang "memantul" dari halaman tersebut. Misalnya, sebuah tulisan saya mendapat jumlah pengunjung sebanyak 1.500 tapi bounce rate-nya mencapai angka 98%, artinya harus ada yang diperbaiki lagi dalam tulisan kita. Berbeda jika misalnya sebuah artikel saya mendapat jumlah visitor hanya 500 namun bounce ratenya 45%, ini dianggap jauh lebih baik daripada artikel saya yang sebelumnya.
Bagaimana cara menghitung bounce rate ini? Saya sendiri tidak bisa menghitungnya secara manual. Tapi biasanya, jika kita menggunakan layanan statistik dari Google atau perusahaan analitik lainnya, perhitungan ini bisa secara instan kita dapat hanya dalam beberapa kali klik.
Apakah bounce rate ini bisa dipercaya? Saya kira ya, karena dalam menghitung rating ini, para penyedia jasa statistik memiliki alogaritma masing-masing.
Dalam alogaritma tersebut ada banyak sekali variabel yang dipertimbangkan. Misalnya seberapa lama Anda bertahan dalam satu halaman website atau sebuah artikel. Kemudian seberapa lama waktu yang dibutuhkan untuk melakukan scroll dari halaman teratas (top) hingga terbawah (bottom page).
Jika Anda bertahan dalam sebuah halaman selama beberapa waktu (misalkan 5 menit) dengan melakukan scrolling ke bawah secara terus menerus dalam jangka waktu tertentu, maka analitik akan menyimpulkan bahwa artikel tersebut dibaca dari awal hingga akhir. Maka dari itu bagi kita yang mendapatkan statistik jumlah pengunjung yang besar pada artikel kita, jangan jumawa dulu!
Bisa jadi dari banyaknya jumlah pengunjung tersebut hanya sedikit yang membaca tulisan kita. Bisa juga dengan jumlah pengunjung yang kecil, tapi tulisan kita seluruhnya dibaca oleh pengunjung tersebut. Oleh karena itu sekali lagi, bagi penulis yang jumlah visitor artikelnya besar jangan cepat puas! Ayo terus menulis dan produktif. Bagi yang pengunjungnya masih kecil jangan berkecil hati dahulu. Siapa tahu dengan angka yang kecil itu artikel Anda malah dibaca seluruhnya.
Toh, kita akan lebih bangga saat tulisan kita banyak yang membaca bukan? Bukan sekadar bangga akan jumlah pengunjung yang kemudian hanya membaca judul artikel kita saja.
------------------------
“No tears in the writer, no tears in the reader. No surprise in the writer, no surprise in the reader.”
― Robert Frost
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H