Momen idul fitri alias lebaran adalah saat yang paling ditunggu oleh umat muslim di seluruh dunia. Sebagai salah satu umat muslim, saya juga menanti saat-saat ini.
Ya, lebaran seringkali dijadikan waktu yang tepat untuk berkumpul seluruh keluarga dengan lengkap. Waktu yang tepat untuk melepas kangen dengan saudara-saudara yang tinggal nun jauh di sana. Dan tentu saja waktu yang tepat untuk berwisata bersama keluarga.
Tinggal di perbatasan antara Bogor dan Banten tentu menjadi sebuah keuntungan buat saya, karena cukup banyak objek wisata yang bisa saya dan keluarga datangi di antara kota dan provinsi ini.
Tahun lalu, Garut menjadi daerah tujuan wisata kami dan untuk lebaran tahun ini setelah melakukan diskusi singkat, kami putuskan untuk pergi ke Pantai Carita. Selain pertimbangan jarak yang lebih dekat, kami juga sudah cukup lama tidak berkunjung ke pantai ini.
Saya coba mengingat ingat kapan terakhir kali pergi ke pantai ini dan hasilnya, saya lupa. Ha ha. Hari kedua Idul Fitri jam 7 pagi kami berangkat.
Awalnya kami perkirakan bisa tiba di pantai sebelum pukul 12 siang. Dan memang normalnya perjalanan hanya ditempuh selama 3-4 jam dari rumah saya. Ternyata seperti biasa, kemacetan pun mendatangi kami. Kami tiba di Pantai Carita sesaat setelah adzan ashar. Amsyong memang.
Okeh, setelah sampai, tentu gak pakai ba-bi-bu lagi saya langsung buka baju, buka celana, terus lari-lari gak jelas sambil kayang di pinggir pantai. Boong deng enggak. Sampai di Carita saya coba untuk sekadar berjalan-jalan sejenak. Melihat pantai sekeliling yang penuh dengan orang-orang, melihat kondisi Pantai Carita yang sudah cukup lama tidak saya singgahi.
Sebuah kondisi yang miris saat saya menyusuri garis pantai. Entah memang sudah lama atau karena hanya momen lebaran ini saja Pantai Carita dipenuhi sampah-sampah plastik bekas makanan. Mulai dari bekas mi instan, minuman ringan, sampai bungkus kondom pun saya temukan di pinggir pantai. Ajib memang.
![Sampah berserakan di pinggir pantai. Miris ya. Dokpri](https://assets.kompasiana.com/items/album/2016/07/09/img-1172-jpg-5781075d1fafbdb804889dfa.jpg?t=o&v=770)
![Bayangkan, anak-anak Anda bermain dengan sampah seperti ini. Jorok kan? Dokpri](https://assets.kompasiana.com/items/album/2016/07/09/img-1157-jpg-5781077cf59273711463a542.jpg?t=o&v=770)
Sebenarnya bukannya tidak ada upaya untuk mengurangi sampah di pantai ini, tapi menurut saya mereka melakukan upaya tersebut dengan cara yang salah. Ya iyalah, mereka hanya mengubur sampah tersebut di dalam pasir.
![Sampah dikubur di pasir. Yakali! Dokpri](https://assets.kompasiana.com/items/album/2016/07/09/img-1183-jpg-5781079e2b7a61ee093651db.jpg?t=o&v=770)
"Iya soalnya ga ada tempat lagi buat buang sampah. Mau dibakar juga kan gak boleh," kata penjaga tersebut.
"Lah emang gak ada petugas kebersihan yang ngangkut sampah gitu?"
"Yah begitulah," ucapnya sambil pergi.
Miris juga, pikir saya. Sebuah objek wisata yang bisa menghidupkan masyarakat sekitar tidak diimbangi dengan kesadaran untuk merawat.
Coba bayangkan kalau karena sampah yang bertebaran seperti itu kemudian objek wisata ini tidak laku dan sepi pengunjung. Pasti yang rugi juga masyarakat setempat bukan?
![Masyarakat diuntungkan, alam dirugikan. Dokpri](https://assets.kompasiana.com/items/album/2016/07/09/img-1173-jpg-578107b5f592737a1463a532.jpg?t=o&v=770)
Tapi jangan sampai karena masalah sampah ini Pantai Carita kemudian tinggal cerita. Cerita tentang keindahannya di masa lampau, di masa saya masih kecil. Berlari di atas pasir yang halus dengan desiran ombak melantun sebagai suara latar.
![Pantai Carita. Dokpri](https://assets.kompasiana.com/items/album/2016/07/09/img-1194-jpg-578107d3a223bd2107a71c03.jpg?t=o&v=770)
Sekian terimakasih.
---------------------------
"Look deep into nature, and then you will understand everything better," - Albert Einstein
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI