Mohon tunggu...
Yudha Pratomo
Yudha Pratomo Mohon Tunggu... Jurnalis - Siapa aku

is typing...

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Pantai Carita yang Tinggal Cerita

9 Juli 2016   21:19 Diperbarui: 9 Juli 2016   21:34 360
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Momen idul fitri alias lebaran adalah saat yang paling ditunggu oleh umat muslim di seluruh dunia. Sebagai salah satu umat muslim, saya juga menanti saat-saat ini.

Ya, lebaran seringkali dijadikan waktu yang tepat untuk berkumpul seluruh keluarga dengan lengkap. Waktu yang tepat untuk melepas kangen dengan saudara-saudara yang tinggal nun jauh di sana. Dan tentu saja waktu yang tepat untuk berwisata bersama keluarga.

Tinggal di perbatasan antara Bogor dan Banten tentu menjadi sebuah keuntungan buat saya, karena cukup banyak objek wisata yang bisa saya dan keluarga datangi di antara kota dan provinsi ini.

Tahun lalu, Garut menjadi daerah tujuan wisata kami dan untuk lebaran tahun ini setelah melakukan diskusi singkat, kami putuskan untuk pergi ke Pantai Carita. Selain pertimbangan jarak yang lebih dekat, kami juga sudah cukup lama tidak berkunjung ke pantai ini.

Saya coba mengingat ingat kapan terakhir kali pergi ke pantai ini dan hasilnya, saya lupa. Ha ha. Hari kedua Idul Fitri jam 7 pagi kami berangkat.

Awalnya kami perkirakan bisa tiba di pantai sebelum pukul 12 siang. Dan memang normalnya perjalanan hanya ditempuh selama 3-4 jam dari rumah saya. Ternyata seperti biasa, kemacetan pun mendatangi kami. Kami tiba di Pantai Carita sesaat setelah adzan ashar. Amsyong memang.

Okeh, setelah sampai, tentu gak pakai ba-bi-bu lagi saya langsung buka baju, buka celana, terus lari-lari gak jelas sambil kayang di pinggir pantai. Boong deng enggak. Sampai di Carita saya coba untuk sekadar berjalan-jalan sejenak. Melihat pantai sekeliling yang penuh dengan orang-orang, melihat kondisi Pantai Carita yang sudah cukup lama tidak saya singgahi.

Sebuah kondisi yang miris saat saya menyusuri garis pantai. Entah memang sudah lama atau karena hanya momen lebaran ini saja Pantai Carita dipenuhi sampah-sampah plastik bekas makanan. Mulai dari bekas mi instan, minuman ringan, sampai bungkus kondom pun saya temukan di pinggir pantai. Ajib memang.

Sampah berserakan di pinggir pantai. Miris ya. Dokpri
Sampah berserakan di pinggir pantai. Miris ya. Dokpri
Miris melihat kondisi ini. Padahal pantai seringkali menjadi objek wisata orang-orang yang berasal dari luar kota seperti saya. Jika Anda melihat langsung ke sana mungkin bisa jadi Anda malah merasa jijik dan enggan untuk berenang atau sekadar menceburkan diri.

Bayangkan, anak-anak Anda bermain dengan sampah seperti ini. Jorok kan? Dokpri
Bayangkan, anak-anak Anda bermain dengan sampah seperti ini. Jorok kan? Dokpri
Mungkin ada dua pihak yang patut disalahkan atas kondisi ini. Pertama tentu saja kita sebagai pengunjung yang seharusnya ikut bertanggung jawab atas kebersihan lingkungan pantai. Kedua pastinya pengelola, seharusnya ada tempat sampah yang cukup dan mudah dijangkau oleh para pengunjung. Sehingga setidaknya bisa mengurangi jumlah sampah yang bertebaran di sini.

Sebenarnya bukannya tidak ada upaya untuk mengurangi sampah di pantai ini, tapi menurut saya mereka melakukan upaya tersebut dengan cara yang salah. Ya iyalah, mereka hanya mengubur sampah tersebut di dalam pasir.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun