Mohon tunggu...
Yudha Pratomo
Yudha Pratomo Mohon Tunggu... Jurnalis - Siapa aku

is typing...

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Maaf, Harga Diri Saya Bukan Sebatas Goodie Bag

24 Juni 2016   01:42 Diperbarui: 24 Juni 2016   15:07 650
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi goodie bag lucu kinyis-kinyis. Sumber: nikkietutorial.com

Setelah beberapa lama meninggalkan dunia jurnalis, tentu ada rasa rindu yang muncul. Rindu akan aktivitas di lapangan dan rindu rekan-rekan yang sering bercengkrama sambil mengetik laporan.

Memang tidak begitu lama saya dahulu menjadi seorang wartawan di sebuah media daring mainstream, hanya kurang dari dua tahun. Tapi itu bukan waktu yang sedikit untuk melupakan kawan-kawan seperjuangan.

Sekitar dua minggu lalu salah satu teman wartawan mengontak saya. Mengajak 'temu kangen' sambil buka bersama dengan yang lain. "Kebeneran, gue juga kangen sama lu," saya membalas pesan Whatsapp darinya.

Akhirnya ditentukanlah hari dan tempat untuk berkumpul. Tentu saja, hari yang dipilih disesuaikan dengan jadwal atau shift kerja masing-masing dan tempat yang dipilih adalah yang paling mudah dijangkau oleh semua.

Hari yang ditentukan tiba. Tentu saya sangat bersemangat karena sudah sekian lama kami tidak 'bergosip ria' seperti dulu ketika selesai liputan. Satu tempat ngopi di daerah jalan Sabang, Jakarta jadi destinasi tepat.

Sampai di sana, saya "disambut" (re: ditoyor-toyor) oleh beberapa teman dekat. "Kemana aja lu? Gimana di tempat baru?" pertanyaan ini jadi kata hangat pertama yang mereka lontarkan. Selain wartawan, ada juga rekan saya yang bekerja di PR agency. Pertanyaan yang sama pun dia tanyakan.

Obrolan ngalor-ngidul terjadi di sana. Mulai dari kenangan sewaktu masih liputan, cerita konyol pernikahan teman, hingga satu kata sakti yang menakutkan; resign. Ah, tapi bukan itu yang akan saya bahas dalam tulisan singkat ini sekarang.

Obrolan panjang itu kemudian berujung pada cerita seorang kawan saya. Ia bercerita, ketika ia meliput sebuah peluncuran gadget terbaru ada beberapa wartawan (sepertinya bodrek alias dari media gak jelas) terlibat sedikit adu mulut dengan penyelenggara. Alasannya sepele, ternyata hanya karena dia tidak mendapat goodie bag.

Bahkan menurut kesaksian rekan saya yang sempat mengobrol dengan pewarta yang protes itu, si pewarta tersebut bilang bahwa ia akan "memelintir" berita yang dibuat.

"Brengsek," spontan kata itu terucap ketika saya mendengar cerita ini.

Satu masalah yang sepele memang, tapi kenapa harus diperdebatkan sampai sebegitunya. Apa hanya karena tidak dapat goodie bag kita kemudian bisa marah-marah dan menyalahkan PR ahensi penyelenggara?

Memang sih goodie bag adalah hak kita yang sudah meluangkan waktu untuk datang dan capek-capek memutar otak mencari angle yang seksi untuk sebuah berita. Tapi tidak usah sampai sebegitunya bukan?

Kalau buat saya, mengemis goodie bag seperti ini malah seakan merendahkan harga diri sendiri. Masa' cuma gara-gara satu tas berisi pernak-pernik pelengkap liputan, kemudian kita malah marah-marah. Perilaku seperti ini malah terkesan bahwa kita sangat butuh isi dari goodie bag itu dan mau melakukan apa saja demi sebuah goodie bag. What the f***

Toh kalo menurut saya, dengan datang ke sebuah undangan peliputan, kita sudah mendapat hal yang jauh lebih mahal dari pada goodie bag. Yaitu informasi yang orang lain belum tahu, networking, juga relasi dengan orang lain.

Cerita seperti ini sebetulnya bukan yang pertama kali saya dengar, tapi sejujurnya dengan perilaku yang model macam begini, saya sangat tidak setuju. Goodie bag bukan hadiah yang harus kita dapat ketika liputan. Goodie bag hanya sebatas bonus.

Sekali lagi, goodie bag hanya sebatas bonus. Lebih dari itu, buat saya pribadi dengan menghadiri sebuah undangan liputan saja sudah mendapat banyak hal yang jauh lebih berharga. So, buat apa sih marah-marah cuma karena tidak dapat goodie bag? Apa harus kita mengemis dan merendahkan harga diri sampai seperti itu? Yah kalau goodie bagnya satu unit mobil Lamborghini sih beda lagi ceritanya.

Yasuda ah.

Segitu saja curhatan saya menjelang sahur ini.

Sekian, aura kasih.

Oya, mohon maap jika ada yang merasa tersindir atau apapun itu. Tulisan ini sekadar curahan hati saya saja. Tidak bermaksud menyindir siapapun karena bulan Ramadan bukan bulan buat sindir-sindiran, tapi buat banyak ibadah dan beramal.

Selamat sahur buat Admin!

Awas kipas angin nyala sendiri.

---------------

"Anybody can become angry - that is easy, but to be angry with the right person and to the right degree and at the right time and for the right purpose, and in the right way - that is not within everybody's power and is not easy," Aristotle.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun