[caption caption="Ilustrasi kecerdasan buatan. Sumber: Guardian.com"][/caption]Perkembangan teknologi di dunia semakin gila dan seolah sulit untuk dibendung. Memang seiring majunya peradaban manusia, teknologi juga mengikuti dan ini adalah hukum yang mutlak. Tidak dapat dipungkiri.
Teknologi yang semakin maju membuat manusia semakin mudah mengerjakan berbagai pekerjaannya. Contoh kecilnya saja adalah ponsel pintar (smartphone). Dengan satu perangkat kita bisa melakukan banyak hal. Pekerjaan, hiburan, interaksi, dll. sudah menjadi paket komplit pada sebuah smartphone.
Atau contoh lain yaitu perkembangan perangkat dan komponen komputer. Ya, komponen komputer, dewasa ini semakin mumpuni. Mampu digunakan untuk mengerjakan banyak hal. Pekerjaan berat dan ringan, sulit dan mudah, mampu dilibas dengan komputer dengan cepat.
Tidak heran, jika perkembangan peradaban manusia berbanding lurus dengan perkembangan teknologi. Jika kemudian ada pertanyaan, "lebih dahulu mana? perkembangan teknologi atau peradaban manusia?" mungkin jawabannya seperti pertanyaan "ayam atau telur duluan".
Sebenarnya dalam perkembangan teknologi ada satu hal lagi yang sangat menarik untuk disoroti. Mungkin tidak banyak orang yang sadar atau tertarik dengan teknologi ini, padahal banyak sekali perusahaan teknologi yang tengah berlomba untuk mengembangkannya.
Adalah kecerdasan buatan atau artificial intelligence yang kini tengah menjadi primadona di kalangan penggila teknologi. Kecerdasan buatan sejatinya adalah perangkat lunak komputer yang dibuat untuk melayani kebutuhan manusia. Bahkan lebih jauh, kecerdasan buatan bisa berperilaku seperti manusia yang dapat berinteraksi.
Anda pasti tahu film Terminantor bukan? Aktor laga kawakan, Arnold Schwarzenneger berperan melawan perangkat lunak bernama Skynet yang ingin menghancurkan manusia. Dalam film ini sebenarnya software Skynet dibuat untuk melindungi bumi dari kehancuran. Sayangnya, Skynet malah menilai manusia adalah salah satu faktor yang membuat bumi hancur sehingga perangkat lunak ini melakukan berbagai cara untuk memusnahkan manusia.
Atau kalian pasti pernah menonton film Iron Man. Dalam film itu Tony Stark memiliki asisten virtual bernama Jarvis yang menjadi "pelayannya" sehari-hari. Jarvis dapat berinteraksi dengan Tony dan menyediakan apapun yang ia butuhkan dengan cepat dan mudah.
Skynet dan Jarvis adalah dua contoh kecerdasan buatan dalam cerita fiksi. Namun jika kalian berpikir artificial intelligence atau kecerdasan buatan hanya ada dalam cerita fiksi, kalian salah besar.
Perkembangan teknologi cerdas ini ternyata jauh lebih cepat dari yang dibayangkan. Kecerdasan buatan yang tergolong sederhana dapat dengan mudah kita jumpai sehari-hari. Jika kalian adalah pengguna iPhone, aplikasi Siri adalah salah satu contohnya. Atau jika kalian menggunakan Microsoft, perangkat lunak Cortana adalah bentuk dari pengembangan kecerdasan buatan tersebut.
Berguna dan Berbahaya untuk Manusia
Sebenarnya teknologi seperti ini memang dibuat untuk memudahkan manusia. Di masa depan, diperkirakan kecerdasan buatan ini akan digunakan pada robot-robot untuk membantu aktivitas manusia sehari-hari.
Lihat saja Google. Raksasa teknologi ini kini tengah melakukan riset dan pengembangan untuk membuat sebuah mobil tanpa sopir yang dapat mengantarkan penumpangnya secara mandiri. Tentu saja proyek Google ini juga salah satu pengembangan kecerdasan buatan.
Meski demikian ternyata kecerdasan buatan memiliki dua sisi yang bertolak belakang. Satu sisi akan sangat membantu manusia, sisi lain dapat membahayakan umat manusia.
[caption caption="Elon Musk, pemilik perusahaan SpaceX dan Tesla Motor. Sumber: Bussinesinsider"]
"Ini bukan masalah yang tidak saya pahami. Saya sudah tidak asing dengan teknologi dan sering membahas isu ini," kata Musk dilansir dari Mashable November 2014 lalu.
Ini bukanlah kali pertama ia menentang keras perkembangan teknologi kecerdasan buatan. Sebelumnya bahkan ia pernah memberikan komentar bahwa kecerdasan buatan akan sangat jauh lebih berbahaya dari pada senjata nuklir.
Elon Musk bukan sosok tunggal yang menentang teknologi ini. Fisikawan jenius, Stephen Hawking juga seringkali mengungkapkan kecemasannya soal perkembangan kecerdasan buatan yang begitu cepat.
Ia bahkan memprediksi bahwa pada suatu saat nanti robot yang memiliki kecerdasan buatan akan bisa menandingi, bahkan melampaui kemampuan manusia. Jika itu terjadi, maka datanglah hari kiamat.
Survey Ketakutan
Melihat adanya dua sisi yang bertolak belakang ini membuat salah satu lembaga riset membuat penelitian soal persepsi masyarakat atas perkembangan kecerdasan buatan ini.
Lembaga Tech Pro Research pada akhir tahun 2015 lalu mmerilis hasil riset yang bertajuk "Artificial Intelligence and IT: The good, the bad and the scary." Riset ini melibatkan sebanyak 534 responden yang paham dan mengetahui seluk beluk teknologi kecerdasan buatan.
Hasilnya sangat mengejutkan. Sebanyak 34 persen responden penelitian mengaku takut dengan konsep serta perkembangan kecerdasan buatan di masa depan. Hal ini menunjukan memang ada hal yang patut dikhawatirkan pada teknologi ini.
Bisakah Dikendalikan?
"Sebuas-buasnya hewan, bisa saja dijinakkan jika berada dalam tangan yang tepat,"
Kutipan perkataan dari seorang wildlife expert, Steve Irwin ini mungkin bisa saja diaplikasikan pada perkembangan kecerdasan buatan.
Kecerdasan buatan tentu dapat dikendalikan, asalkan pembuatannya memang tidak ditujukan untuk membuat komputer menjadi "lebih cerdas" dari manusia itu sendiri.
Bahkan salah satu pakar kecerdasan buatan, Rollo Carpenter memercayai bahwa teknologi ini akan menjadi satu kekuatan positif di masa datang. Ia juga menilai bahwa manusia masih berada dalam tahap yang jauh untuk membuat kecerdasan buatan yang hebat, sehingga tidak perlu merisaukan perkembangan teknologi ini.
Memang sebenarnya jika dilihat lebih jauh, ada banyak sekali manfaat yang bisa didapatkan manusia dengan teknologi ini. Kemudahan, adalah salah satu bagian kecil yang bisa kita dapatkan.
[caption caption="Ilustrasi kecerdasan buatan. Sumber: activistpost.com"]
Jika kecanggihan ini tidak dapat dikendalikan, maka manusia akan terancam oleh teknologi buatannya sendiri. Manusia bisa saja dimusnahkan keberadaannya seperti dalam film Terminator.
Tapi yang jelas, saat ini manusia memang telah benar-benar rusak karena perkembangan teknologi. Bukan soal populasi, melainkan soal etika dan kebiasaan.Â
Seringkali kita tidak memedulikan lingkungan sekitar hanya karena berhadapan atau memainkan sebuah smartphone. Artinya kepedulian kita sudah mulai dirusak oleh perkembangan teknologi. He he.. Betul bukan?
--
Tulisan ini sekadar berbagi informasi dan pemikiran. Tidak untuk menjadi bahan perdebatan :)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H