Mohon tunggu...
Yudha Pratomo
Yudha Pratomo Mohon Tunggu... Jurnalis - Siapa aku

is typing...

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Gerhana Matahari dan Kekuatan Rezim Soeharto

9 Maret 2016   09:02 Diperbarui: 9 Maret 2016   09:34 630
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption caption="Presiden Soeharto beberapa tahun silam. Sumber : Tribunnews.com"][/caption]33 tahun silam, tepatnya 11 Juni 1983. Kala itu Indonesia disinggahi oleh Gerhana Matahari Total. GMT ini terjadi di pulau dengan jumlah populasi paling banyak di Indonesia yaitu pulau Jawa. Pada saat itu kondisi yang terjadi sangat berbanding terbalik dengan sekarang. Pada zaman ini euphoria menyambut GMT sangat marak. Hingar bingar dan segala persiapan dilakukan guna menyambut fenomena alam yang terjadi dalam puluhan tahun sekali ini. Sangat jauh berbeda dengan kondisi 33 tahun silam.

Kala itu pemerintah orde baru masih berkuasa. Soeharto sebagai pemangku kekuasaan membuat fenomena alam yang seharusnya disambut baik masyarakat malah menjadi mencekam. Seolah bencana akan terjadi dan memusnahkan umat manusia.

Memang, saat itu saya belum dilahirkan. Saya tidak tahu kondisi riil yang terjadi. Namun, kedua orang tua saya merekam dengan baik dalam memori mereka saat GMT 33 tahun silam terjadi.

Kedua orang tua saya lahir sekitar tahun 60an. Saat GMT terjadi, mereka mulai menginjak usia remaja menuju dewasa, usia di mana pertama kali mendapatkan pekerjaan. Mungkin seusia saya sekarang yang tengah menuliskan pengalaman mereka ini.

Ibu saya bercerita, ketika itu ia baru beberapa bulan mendapatkan pekerjaan di Kota Hujan. Beberapa hari sebelum GMT terjadi, pemerintah melakukan perintah yang sangat instruktif. Melalui media, pemerintah mengumumkan bahwa Gerhana Matahari Total yang akan terjadi berdampak buruk bagi manusia bahkan kabarnya cahaya yang terpancar bisa membutakan mata. Sampai-sampai kantor tempat ibu saya bekerja memberikan hari libur khusus agar karyawannya tetap berada di rumah.

Sangat jelas, jika kita ulas kembali dengan mengedepankan ilmu pengetahuan dan sains hampir mustahil jika manusia hanya dengan terkena cahaya gerhana matahari bisa menjadi buta secara tiba-tiba. Kecuali orang tersebut memang melihat secara langsung tanpa kacamata khusus pada gerhana matahari. Tapi itulah kekuatan rezim Soeharto. Semua orang seolah terhipnotis dan mengikuti imbauan pemerintah.

Kekuatan Rezim Soeharto 33 Tahun Silam

Ayah dan Ibu saya tinggal di Kabupaten Bogor. Tepatnya wilayah Jasinga, termasuk dalam wilayah Bogor Barat. Ayah saya bercerita, kala itu saat gerhana akan terjadi, terlihat beberapa petugas masyarakat (seperti hansip) mengamankan lingkungan sekitar. Jika ada yang nekat keluar rumah akan mendapat teguran saat itu juga dan diminta kembali masuk ke dalam rumahnya.

Semua itu dilakukan agar orang-orang terlindung dari marabahaya terutama dari kebutaan. Memang benar cahaya matahari yang sedang terjadi gerhana dipercaya membahayakan mata tapi saat itu terjadi distorsi informasi yang membuat keadaan malah jadi mencekam.

Sangat berbeda dengan kondisi yang terlihat sekarang. GMT disambut dengan baik oleh seluruh masyarakat dunia. Bukan hanya karena peristiwa langka, tetapi juga ini adalah kesempatan bagi para peneliti dan astronom untuk mendapatkan data-data terbaru mengenai studi yang mereka lakukan.

33 tahun berlalu Ayah saya mengatakan hampir tidak ada memori indah ketika menghadapi gerhana. Bahkan hanya meninggalkan ketakutan dan kenangan mengerikan. Menurutnya saat itu Presiden Soeharto melalui Harmoko sebagai Menteri Penerangan menyebarkan informasi bahaya gerhana secara besar-besaran. Dan tentu saja masyarakat dengan mudah tunduk pada instruksi pemerintah yang menurut saya melenceng itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun