Mohon tunggu...
Pratiwi Cristin Harnita
Pratiwi Cristin Harnita Mohon Tunggu... dosen -

Seorang ibu rumah tangga yang kadang mengajar mahasiswa. Happy blogging anyway^^

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Ngutang di Warteg vs Utang Negara

14 Februari 2019   10:32 Diperbarui: 14 Februari 2019   10:42 291
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Tulisan ini sebelumnya saya posting di laman facebook saya.

Kemaren nonton televisi, beberapa orang ditanya pendapat tentang utang pemerintah. Nampaknya berada di kawasan kampus.

" ya ga setuju sih kalo utang banyak. Triliunan banyak dan itu uang rakyat. Saya aja mahasiswa ngutang di warteg aja uda berasa berat...apalagi ini negara" ujar mahasiswa itu.

"Negara harusnya jangan utang. Lagi2 rakyat yang diberi beban. Harusnya pemerintah pro rakyat" ujar lainnya. Ini dosen.

Jadi, baik dosen dan mahasiswa sama-sama memahami utang itu sesuatu beban dan sudah pasti sekarat. Biasanya utang jadi pilihan hidup saat seseorang gak punya apa2 lagi. Kalau dalam kacamata itu tentunya negara kita dianggap sedang bangkrut maka kudu ngutang. Perkara bayarnya gimana urusan belakangan. Yang penting survive dulu. Jadi masyarakat yang ga ngerti ekonomi makro dan mikro jadi meng-analogikan utang negara dengan pengalaman tragis hidupnya.

Saya mau sampaikan ke otong...(sebut saja begitu)

Itu analogi orang miskin kepepet utang ya tong! Ini negara jadi beda dong hehehe...walau memang ada jg yang ngutang2 ga sanggup bayar kyk beberapa negara di eropa contohnya Yunani yg jadi beban bagi unieropa. Nah kalo ini faktornya banyak. Silahkan belajar sendiri.

Dalam sudut pandang pengusaha, utang justru bisa jadi strategi membangun yang positif. Anggap aja presiden itu CEO perusahaan bernama Indonesia.

Orang boleh berutang dengan standar dan kelayakan tertentu. Tentunya ga lebih dari pendapatannya. Seseorang bisa simpan uangnya lebih banyak tapi bisa punya aset yg produktif dan asiknya aset itu bisa dicicil pula. Jadi ga berat, ibaratnya kita punya fresh money lebih banyak dan bisa dialokasikan ke hal lain.

Utang pengusaha sukses ga kayak orang ga punya duit sembarang nembak orang terdekatnya pinjem duit entah balikinnya kapan. Pikirannya bukan yang penting kita "bisa makan" tapi keputusan jangka panjang yang juga harus memberi hasil bagi dirinya. Juga utang pengusaha sukses belom tentu mereka ga punya duit.

Jadi mereka bisa beli macem2 aset lalu mereka usahakan aset itu menjadi penghasilan baru. Jadi aset itu bisa bayar utangnya sendiri. Bayangin dong infrakstruktur yg baik dan geliat ekonomi semakin bagus. Negara sama kantongmu beda ya tong!

Ada namanya PDP dan GDP. Dalam bidang ekonomi, produk domestik bruto (PDB) adalah nilai pasar semua barang dan jasa yang diproduksi oleh suatu negara pada periode tertentu. PDB merupakan salah satu metode untuk menghitungpendapatan nasional. Kalau GDP itu dalam setahun. Kita aja di tahun 2018 PDP sudah tembus 1 T dolar, kita masuk G20. Urutan 15 negara kaya di dunia. So?sebenernya sudah saatnya kita mulai membantu negara lain.

Kalau negara yang sehat indeks GDPnya stabil, utangnya dijaga biar tetep sustain. bolehlah ngutang buat hal-hal strategis. Apalagi utang kecil, tidak lebih besar dari GDPnya. Meremlah...cicilan ringan hasil maksimal.

Lihat saja banyak infrakstruktur dibangun, negara bisa nyekolahin orang2 sampe ke negeri lain, benar2 investasi human capital (HC) jangka panjang. Segala infrakstruktur dibangun karena itu basic needs.

Indeks HC kita itu cuma 0.5 dari skala 0-1. Nah ini bahaya...karena rendah bgt. Walau pertumbuhan ekonomi bagus tapi ....orang2nya itu lo tong! Perlu dibenahi kualitas SDMnya!takutnya enggak siap jadi bangsa maju.

Jadi sebenernya negara ini point terparahnya bukan lagi "perut" tapi sumber daya manusianya. Orang miskin tdk bs benar2 hilang dari bumi ini tapi program yang tepat guna bisa membantu hidup mereka lebih baik dari sebelumnya. Hanya saja butuh peran pemerintah mendistribusikan kesejahteraan itu. Ada program yg kurang bagus, ya dievaluasi...bukan nyinyir doang.

PDP dan GDP itu pendapatan negara. Ibarat kamu yang bergaji tiap bulan. Kalo kamu pinter, pastinya bisa menghitung kemampuan finansial dan manajemen resiko. Kamu juga ga mau kan terlilit utang?atau karena belanja ga cerdas jadinya uang kamu banyak berkurang trus kelabakan pas sakit biayanya gede karena cash kamu dikit.

Pernah punya kartu kredit?

sebenarnya jadi salah satu cara pembayaran yang efektif dan cerdas asal tahu diri ga kalap dengan barang tidak berguna. Utang harus rasional dan tidak lebih besar dari pendapatan. Gawat kalo besar pasak dr pada tiang kan???

Gimana negara indonesia ????pemerintah belanja hal tidak berguna kah???

Kabar baiknya tong, di era Jokowi ini GDP kita lebih besar. Bahkan dari tahun ke tahun duitnya nambah banyak. Utang negara ini dibawah 30% dari pendapatannya. Jadi aman banget. Bahkan utang2 itu dicicil dalam 8 tahun. Kenapa ? bunganya jauh lebih kecil drpd di cicil lama2. Kita aja nyicil rumah 20th plafon terlama cicilan rendah tp bunga tinggi hehehe...kecuali kamu beli rumah subsidi. Biar lama nyicil tapi bunga flat! Eh...malah promo.

Yang panik tuh pasti belom pernah punya kartu kredit. Atau pernah punya tapi ga tahu diri, belanja ga penting jadi kelilit utang. Hehehehe yang begini ga bakal jadi menteri.

Saya baru kali ini punya kartu kredit. Saya sebelumnya anti kartu kredit karena menurut saya itu  utang. Sukanya "cash" yang kadang membuat tabungan saya berkurang banyak. Setelah berumah tangga, baru merasakan sekali bahwa operasional rumah tangga itu ga sedikit. Kadang ada pengeluaran tak terduga, entah anak sakit, mesin cuci rusak, dll.

Kartu kredit akhirnya membuat lebih ringan dalam beberapa hal. Saya jadi tahu mana yang pantas di kredit atau di cash. Lalu kemaren ditelpon bank. Kata bank plafon kartu saya naik karena saya dianggap tidak pernah mangkir bayar. Nah ini berarti kita dipercaya.

Sama dengan negara. Kalau kita lihat utangnya makin nambah, pendapatan juga makin banyak berarti negara itu sebenarnya dalam kondisi keuangan yang baik dan kepercayaan tinggi. Ada utang / pinjaman yg sifatnya investmen.

Kalau kita solid, dan mau belajar memahami kebijakan2 maka kita ga akan mudah nyinyir.

Kita lihatlah...utang yang ga seberapa itu (iyalah! GDP 70%) bisa bangun macam2 yang memajukan negeri ini. duit yang lain kemana?ya untuk alokasi lain bisa nambah ke post strategis. Contoh :Dana desa yang besar itu sudah banyak membantu lo, beasiswa pendidikan banyak bgt, dll.

Jadi...sebenarnya negara kita itu engga miskin kelaparan kyk kamu yang mesti nge bon ke warteg. Hehehe

Ah udah. Selama perjalanan tol bawen semarang kutulis uneg2 ini. Ga usah di tanggapi wong sama2 kurang pinter. Urusan negara jauh melampaui apa yg kita pikir.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun