Mohon tunggu...
Pratiwi Cristin Harnita
Pratiwi Cristin Harnita Mohon Tunggu... dosen -

Seorang ibu rumah tangga yang kadang mengajar mahasiswa. Happy blogging anyway^^

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Ngutang di Warteg vs Utang Negara

14 Februari 2019   10:32 Diperbarui: 14 Februari 2019   10:42 291
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Saya baru kali ini punya kartu kredit. Saya sebelumnya anti kartu kredit karena menurut saya itu  utang. Sukanya "cash" yang kadang membuat tabungan saya berkurang banyak. Setelah berumah tangga, baru merasakan sekali bahwa operasional rumah tangga itu ga sedikit. Kadang ada pengeluaran tak terduga, entah anak sakit, mesin cuci rusak, dll.

Kartu kredit akhirnya membuat lebih ringan dalam beberapa hal. Saya jadi tahu mana yang pantas di kredit atau di cash. Lalu kemaren ditelpon bank. Kata bank plafon kartu saya naik karena saya dianggap tidak pernah mangkir bayar. Nah ini berarti kita dipercaya.

Sama dengan negara. Kalau kita lihat utangnya makin nambah, pendapatan juga makin banyak berarti negara itu sebenarnya dalam kondisi keuangan yang baik dan kepercayaan tinggi. Ada utang / pinjaman yg sifatnya investmen.

Kalau kita solid, dan mau belajar memahami kebijakan2 maka kita ga akan mudah nyinyir.

Kita lihatlah...utang yang ga seberapa itu (iyalah! GDP 70%) bisa bangun macam2 yang memajukan negeri ini. duit yang lain kemana?ya untuk alokasi lain bisa nambah ke post strategis. Contoh :Dana desa yang besar itu sudah banyak membantu lo, beasiswa pendidikan banyak bgt, dll.

Jadi...sebenarnya negara kita itu engga miskin kelaparan kyk kamu yang mesti nge bon ke warteg. Hehehe

Ah udah. Selama perjalanan tol bawen semarang kutulis uneg2 ini. Ga usah di tanggapi wong sama2 kurang pinter. Urusan negara jauh melampaui apa yg kita pikir.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun