Mohon tunggu...
Pratiwi Cristin Harnita
Pratiwi Cristin Harnita Mohon Tunggu... dosen -

Seorang ibu rumah tangga yang kadang mengajar mahasiswa. Happy blogging anyway^^

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Setujukah Anda, Ruang Publik Hanya Sebuah Taman?

30 September 2015   23:14 Diperbarui: 1 Oktober 2015   01:54 109
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya tergelitik menulis opini tentang ruang publik yang pada dasarnya merupakan upaya dari pemerintah untuk menciptakan tempat berkumpul dan rekreasi setiap warganya. Ruang publik ini sangat perlu, dan merupakan HAK MASYARAKAT.

 

Pemerintah menyediakan tempat-tempat yang bisa direvitalisasi untuk berbagai macam ruang rekreasi misalnya sarana olah raga, tempat anak bermain dengan aman, dll. Saya begitu menikmati berada di Singapura walau hanya dalam beberapa hari. Disana ada banyak taman-taman dan anak-anak mudah menemukan tempat bermain.

 

Semoga arah ruang publik di negara kita paling tidak seperti Singapura. Kotanya pun sama panasnya dengan Indonesia, namun bersih, rapi dan nyaman untuk bersantai dan berjalan kaki. Pemerintahnya nampak sangat memperhatikan tata kota dan ruang publik untuk masyarakatnya.

 

Ruang publik yang nyaman akan membuat masyarakat menjadi lebih rileks, dan merasakan perhatian pemerintah secara langsung karena upaya untuk mensejahterakan masyarakat tak hanya dalam hal ekonomi, namun secara psikologis  menciptakan ruang kehidupan yang terpisah dari urusan negaran dan pasar. Masyarakat bebas berekreasi di ruang publik yang disediakan pemerintah.

 

Menurut saya, ruang publik terbuka hijau sangat cocok di Indonesia, dan marilah contoh negara tetangga di Singapura, sangat bersih, rapi, dan fasilitas ruang publiknya membuat nyaman. Bahkan di hari yang terik akan mudah menemukan air minum penyegar dahaga. Tapi apakah ruang publik itu hanya sekedar taman yang indah?


Sumber foto : ross-srb.blogspot.com. taman kota palangkaraya

Dalam lingkup lebih kecil, di Kalimantan Tengah khususnya Palangkaraya, pemerintah kota sudah berupaya dengan baik membuat ruang publik. Di sisi -sisi jalan besar yang dulunya di desain Presiden Soekarno itu, terdapat taman-taman kecil  yang cukup indah serta tempat duduk yang nyaman. Selain itu ada pula tempat yang paling saya sukai yaitu taman kota di dekat kantor Gubernur.

 

Di taman kota yang kecil itu anak-anak bisa belajar sejarah perjuangan dengan relief-relief perjuangan. Ada juga simbol-simbol dayak dan yang membuat hati "adem" kala duduk santai disana adalah taman air terjun yang indah.  Ruang publik yang tak kalah menarik adalah dibuatnya semacam teater di bawah jembatan. Sambil menikmati suasana sungai Khahayan, sekilas nampak sedang bermain di pinggir pantai karena pasir kalimantan berwarna putih.

 

Saya salut dengan pemerintah kota untuk perhatian merevitalisasi tempat - tempat resebut. Ruang publik pun menciptakan peluang ekonomi. Dimana banyak warga berkumpul, disitu da kesempatan untuk melakukan aktifitas jual beli, sehinga tak heran akan ditemui banyak PKL di sekitarnya. Hingga sekarang, menurut pandangan saya, kota Palangakaraya masih menjadi kota paling rapi yang pernah dikunjungi.

Saya memuji Inisiatif pemerintah memberikan ruang bagi tenda-tenda tersebut berjualan diruang publik Palangkaraya khsusunya di jl. G. Obos, dan bawah jembatan. Tapi hal ini juga jadi masalah karena PKL-PKL ini kadang seenaknya membangun tenda, bahkan terlihat kumuh.

 

Selain itu minim penerangan, dan sangat tidak membuat nyaman. Seharunya pemerintah bisa secara kreatif mengatur bahkan merancang konsep PKL yang menarik dan merusak pandangan mata. Contoh yang baik di Kota Semarang yaitu di daerah simpang lima, pemerintah menyulap gerobak-gerobak kumuh menjadi kios-kios yang rapi.

 

Kota lain yang ruang publiknya nyaman adalah Solo. Saya selalu suka berjalan-jalan disana semenjak banyak revitalisasi dilakukan kala Jokowi menjadi pemimpinnya. Ada lagi, kota Bandung yang menjadi favorit banyak orang, menurut saya beberapa tahun ini ruang publiknya jadi bertambah banyak walau nampaknya kurang untuk jumlah penduduknya.

 

Saya sebagai orang luar yang plesir, melihat kreatifitas pemerintah kota Bandung menciptakan ruang publik disana sangat patut di contoh.

 

Kota Solo pun bisa dicontoh karena banyak menekankan sisi-sisi budaya dalam ruang publiknya sehingga menajadi khas kota, Bandung memiliki bermacam macam taman seperti taman film, taman musik, dll.

 

Kembali lagi membahas ruang publik di Palangkaraya, Kalimantan tengah, pemerintah perlu lebih kreatif lagi membuat ruang publiknya. Hingga kini masih belum ada ruang publik untuk mengakomodir anak-anak, kebanyakan hanya taman dengan tempat duduk sehingga nampak pembangunan tanpa konsep.

 

Apakah taman sudah berhasil dibilang ruang publik?tentu saja tidak jika tujuannya hanya memperindah kota. Konsep ruang publik melampaui sekedar fisik tapi didalamnya terdapat tujuan khusus yang didalamnya bisa membuat solidaritas masyarakat terbangun.

 

Hal yang jangan terlupakan dalam ruang publik di masyarakat adalah keluarga.  Inti suatu masyarakat adalah KELUARGA, sehingga ketika pemerintah berencana membangun ruang publik, maka pertimbangkah ruang publik yang bisa mengakomodir, memfasilitasi rekreasi keluarga, dan tentunya GRATIS. 

 

Ruang publik menjadi penting, karena kebersamaan yang tumbuh dalam keluarga akan menciptakan generasi-generasi emas.

 

Secara tak langsung pemerintah menciptakan ruang kondusif bagi masyarakat untuk berkumpul, bersosialisasi, bahkan bisa menciptakan ide-ide cemerlang dari masyarakat dalam ruang publik tersebut. Ruang Publik adalah tanggung jawab pemerintah. Merancang ruang publik bukan hanya sekedar proyek tata kota tapi juga tanggung jawab sosial.  Ruang publik tidak hanya penghias kota.

 

Kenyataan pahit yang dirasakan adalah terbengkalainya ruang publik. Saya rasa tak hanya di Palangkaraya, tapi bisa jadi di kota-kota lain juga sama.  Terbengkalainya ruang publik ini saya simpulkan dari kurangnya pemeliharaan  sarana dan prasarana. Tak jarang melihat tanaman yang mulanya indah jadi kering dan mati. Beberapa tempat pun tampak sampah berserakan, dengan bak sampah yang sudah rusak.

 

Saya tidak paham apakah karena mental masyarakatnya yang kurang menghargai fasilitas yang diberikan atau memang dari pemerintah kurang perhatian dengan aset-aset kotanya. Tentunya untuk memiliki ruang publik, harus ada komitmen untuk memeliharanya juga secara bersama-sama.

Sumber foto : www.jalanjalanterus.me, pantai gaul atau Fantacy beach (danau bekas tambang, entah aman atau tidak, entah pemiliknya siapa?)

Tujuan tulisan ini ingin menekankan bahwa ruang publik tak hanya sekedar taman kota yang indah tapi jauh melempaui itu karena didalamnya harus memenuhi hak-hak dari berbagai lapis masyarakat. Ruang publik bisa lebih dari sekedar lahan, namun bisa menjadi wadah penyaluran aspirasi (ruang dialog), penyaluran kreativitas, dll.  

 

Saya pun ingin menyampaikan dan mengusulkan kepada pemerintah khususnya bagian tata kota Palangkaraya bisa lebih memperhatikan ruang publik yang sudah ada, memelihara dan menambah ruang publik. Selain itu, membuka kesempatan bagi ide ruang publik dari masyarakat. Kenapa tidak dibuat kompetisi di masyarakat yang punya kompetensi tentang tata ruang untuk membuat konsep-konsep ruang publik yang pas bagi masyarakat Kalteng.

 

Para mahasiswa arsitektur di UNPAR bisa berkolaborasi dengan pemerintah bahkan para arsitek profesional juga bisa bergabung membangun ruang publik indah dan bermanfaat di kota Palangkaraya. Bisa juga mencontoh Bandung, karena ingin dikenal sebagai kota kreatif, mereka membuat ruang publik yang identik dan bisa menyalurkan kreatifitas warganya seperti taman-taman yang sudah saya sebutkan di atas. 

 

Akhir kata, pemerintah tidak bekerja sendiri, tidak berpikir sendiri yang pada akhirnya membuat konsep ruang publik hanya sekedar ada (sekedar proyek?), maka manfaatkanlah potensi-potensi yang ada di masyarakat.  Sehingga tak ada lagi masyarakat Palangkaraya yang berekreasi membawa keluarganya ke pinggir bekas tambang yang agak berbahaya, tak ada lagi masyarakat yang mengajak keluarganya berekreasi di lapangan hijau bandara (tentu saja ini bahaya) karena saking kurangnya ruang publik.  Palangkaraya kota Cantik, mari sama-sama mewujudkannya.

 

Salam dari Semarang, orang Dayak yang terus mencintai tanah leluhurnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun