Dalam dunia Informasi Teknologi, kita kenal dengan istilah "WYSIWYG" (What You See Is What You Get). Istilah ini cocok dilekatkan dengan Ahok, sebab ia punya kepribadian yang terbuka dan jujur. Kalau hatinya marah ya ekspresi dan perkataannya juga marah; kalau lagi benci ya keluarannya benci juga; kalau senang ya keluarannya senang juga...
Beberapa waktu yang lalu saya sempat menonton cuplikan wawancara di sebuah media dengan Ahok waktu Ahok masih menjabat sebagai bupati Belitung Timur. Di situ saya melihat Ahok masih murni dan tidak "terinterupsi" dengan niat politik dan kekuasaan, terlihat dari raut wajahnya yang masih polos.... tetapi sekarang sewaktu Ahok sudah menjabat sebagai gubernur Jakarta saya melihat Ahok sudah "dikotori" oleh nafsu politik dan kekuasaan. Ya memang susah seperti ibarat pepatah mengatakan "semakin tinggi naik ke puncak gunung, maka anginnya semakin kencang"; begitu juga dalam dunia pemerintahan, semakin tinggi jabatan semakin banyak terpaan dan godaan.
Saya seorang warga Makassar, dari pemberitaan yang selama ini saya saksikan di internet dan televisi, saya melihat bahwa memang Ahok berprestasi dalam membenahi Jakarta ke arah yang lebih baik. Prestasinya dapat dilihat pada:
- Korupsi / mark-up dalam birokrasi diminimalkan dengan keterbukaan informasi APBD.
- Membentuk sebuah satuan kerja "pasukan Oranye" yang khusus untuk mengawasi dan membersihkan sungai di Jakarta.
- Menata pemukiman kumuh yang selama ini tidak terurus oleh pemerintah yang lama, baik dengan cara persuasif atau dengan cara penggusuran paksa walau ditentang oleh masyarakat setempat.
- Rapat kerja harian digelar dengan terbuka dan di-upload ke Youtube.
- Layanan keluhan masyarakat yang dapat disampaikan langsung ke balaikota atau melalui telepon.
Belakangan ini Ahok mendapat banyak percobaan kriminalisasi dari pihak-pihak yang coba menjatuhkannya, mulai dari tuduhan Korupsi Reklamasi dan RS Sumber Waras, tuduhan Tidak Beretika / Tidak Sopan dalam berkomunikasi, dan tuduhan Penistaan Agama. Memang kalau kita melihat dengan akal bersih dan sehat, tentu semua ini hanya ditujukan untuk menjatuhkan Ahok dengan berbagai cara, bahkan dengan cara yang tidak pantas seperti yang baru-baru ini terjadi, yaitu demo 4 November untuk menuntut Ahok dipenjarakan karena menghina Alquran.
Tidak apa-apa jika Ahok dipenjara atau terbukti bersalah atas tuduhan menghina Alquran, karena masyarakat pun juga sudah dewasa dan memahami bahwa sejatinya semua ini hanya ditujukan untuk menjatuhkan Ahok. Di negara Indonesia, budaya kita masih sarat dengan balas dendam dan saling menjatuhkan, itulah sebabnya kita "tersendat" di tengah pembangunan bangsa ke arah yang lebih baik. Daripada sibuk menjatuhkan lawan politik, lebih baik para pemegang kekuasaan di negara ini sibuk memikirkan "bagaimana mendewasakan dan mensejahterakan masyarakatnya"... apakah melalui program-program dan tindakan nyata... bukan dengan mencari-cari kesalahan lawan politik dan berusaha menjatuhkannya.
Yang harus dilawan bukanlah Sang Penista Agama; tetapi Mental Korup/Tidak Jujur (Koruptor / Tukang Mark-Up Uang, Penyogok dan Penerima Sogok), Penyeleweng Kekuasaan, Kemunafikan, Pembodoh Masyarakat, Pembuat Kericuhan Di Masyarakat / Paham Radikalisme (Keras Dalam Mempercayai Sebuah Agama Itu Harus, Tapi Harus Didasari oleh Akal Dan Nalar yang Benar Dan Sehat; Tidak Boleh Sampai Melakukan Tindakan Yang Merugikan Orang Lain; Jika Seseorang Bersalah, Biar Allah Yang Menghakiminya, Bukan Manusia).
Jika seandainya masyarakat tidak suka dengan apa yang dilakukan Ahok, silahkan berdemo dan menyampaikan keluhannya, tetapi harus dengan cara yang SMART / CERDAS dan JUJUR. Mintalah kepada seseorang yang dapat mewakili seluruh aspirasi anda untuk bertemu dengan Ahok dan bertukar pendapat secara baik-baik, dan cari solusi yang terbaik bagi kedua belah pihak; bukan dengan cara anarkis. Cara yang anarkis hanyalah akan membuat masyarakat antipati terhadap anda. Untuk itu, sampaikan keluhan anda dengan cara yang TEPAT, seperti berbicara face-to-face dengan Ahok; atau surat-menyurat dengan Ahok hingga kedua belah pihak menyetujui kesepakatan tertentu.
Saya seorang Kristen, tetapi seandainya saya seorang Islam dan saya tidak setuju dengan apa yang Ahok lakukan, saya akan datang ke balaikota dan menyampaikan keluhan saya kepadanya; atau cara lain ialah saya akan datang ke balaikota dan memberi sebuah surat kepada Ahok untuk menasehatinya bahwa "kami tersinggung kepada pak Ahok karena selama ini bpk suka berbicara ceplas-ceplos dan menyinggung ayat-ayat Alquran, bolehkah bapak menulis permintaan maaf secara terbuka kepada kami dan berjanji bahwa di lain hari bapak tidak akan mengulangi untuk menyinggung ayat-ayat Alquran itu?".
Siapa di sini yang bebas dari kesalahan? Tidak ada manusia yang sempurna, demikian juga Ahok, karena Ahok pasti punya kekurangan dan kelebihan. Ahok juga punya perasaan menghargai pihak lain, tetapi ia juga seorang manusia yang tidak luput dari kecerobohan dan kesalahan, seperti berbicara ceplas-ceplos, menyindir orang lain, dan lain sebagainya. Namun pasti ia sejatinya tidak berniat jahat karena tentu jika Ahok menyindir itu pasti ada alasannya, namun memang menyindir itu sebaiknya tidak dilakukan dan dalam berbicara harus hati-hati karena dapat menyinggung perasaan orang lain.
Mungkin beberapa dari kita juga sedih melihat kondisi hukum di Indonesia, di mana hukum tidak digunakan untuk menegakkan keadilan yang seadil-adilnya, tetapi sarana bagi pihak kuat untuk menjatuhkan pihak lemah. Hukum bukan lagi berasal dari pertimbangan hati nurani, tetapi lebih kepada aturan-aturan dan pasal-pasal, sungguh menyedihkan. Seandainya kita kembali ke masa purba di mana hukum belum ada, mungkin di waktu itu keadlian akan lebih ADIL dibanding kondisi kita sekarang di mana hukum dapat dipolitisasi, diperjual-belikan, dan dimanipulasi sedemikian rupa. Contohnya lihat saja kasus Jessica di mana tidak terdapat bukti tetapi hakim dapat menjatuhkan vonis hanya berdasarkan nalurinya dan bukan berdasarkan bukti.
Akhir kata, bagi pemimpin dan penyandang amanat masyarakat / negara:
TAKUTLAH AKAN ALLAH DALAM MENJALANKAN PROFESIMU.
LIHAT DAN INGAT AKAN SESAMA YANG KEKURANGAN DAN LEMAH.
TEGAKKAN KEADILAN SECARA OBJEKTIF DAN ADIL.
BULATKAN TEKAD UNTUK MEMBENAHI DAERAH YANG KAU EMBAN, SEPERTI YANG AHOK MILIKI.
KEMBALIKAN DAN JAGA ETIKA DAN BUDAYA YANG BAIK DALAM MASYARAKAT (Contohnya berbicara dengan sopan, menjaga diri dari pergaulan bebas, hormat kepada orang tua dan itu dimulai dari diri sendiri, yaitu pemimpin harus menjadi teladan bagi bawahannya).
TIDAK BEKERJA UNTUK MENDAPAT PENGAKUAN/PENCITRAAN DARI MASYARAKAT, TETAPI SECARA TULUS DAN JUJUR MELAKUKAN SESUATU UNTUK KEBAIKAN DI MASA INI DAN DI MASA YANG AKAN DATANG.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H