Mohon tunggu...
Prastiwo Anggoro
Prastiwo Anggoro Mohon Tunggu... Insinyur - ingenieur

Seorang pemerhati lingkungan, budaya dan sumber daya manusia. Aktif di perkumpulan kepemudaan, Keinsinyuran, Lingkungan dan Pendidikan. Memberikan kontribusi melalui infiltrasi ke generasi muda dan berusaha menulis satu topik setiap minggu sekali.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Wisuda Jaman Now - Edisi Terlambat

22 Desember 2022   23:57 Diperbarui: 23 Desember 2022   07:54 267
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Wisuda yang tertunda

Beginilah nasib anak kuliah jaman now, selain kuliah yang online (dapat dilakukan dari rumah) bahkan wisuda pun "terpaksa" dilakukan online bahkan dua kali mengalami wisuda online yang pertama saat mengambil Sertifikasi Profesi Insinyur dan yang sekarang mengambil S2 (Master Business Administration). Tidak terasa hampir satu tahun dari durasi wisuda online setelah lulus kuliah di S2 Business dan Manajeman di ITB, jurusan MBA konsentrasi di "operation dan corporate manajemen", banyak cerita di belakang di wisuda yang di lakukan online tersebut.

Namun Saya pernah merasakan wisuda luring saat kuliah S1 di salah satu kampus di Solo, waktu itu aura kebanggan dan meriah nya sangat terasa

Alhamdulillah nya kali ini karena ada urusan di Bandung, saya berkesempatan untuk mengunjungi kampus pertama kali yang selama ini di hanya dapat di liat via online. Hal yg pertama harus di ambil photo adalah di tempat legendaris yang berada di tengah kampus Ganesha tersebut. Sebuah plot photo yang mengambarkan ada nya kampus terbagi dua sisi yang saling berseberangan

View Legend/dokpri
View Legend/dokpri

Kemudian memerlukan waktu sekitar 15 menit untuk menuju ke kampus SBM-MBA yg berada di luar kampus utama. Di situ juga berphoto ria di banner kampus yg terletak di sisi belakang. Nah tentu saja hanya tersisa banner wisuda, namun yang terpenting adalah dapat merasakan aura kampus yang selama ini hanya di rasakan melalui online. 

Alhamdulillah semua berjalan lancar. Kenangan akan kesusahan saat di awal-awal kuliah dan beberapa rangkuman yang ku jalani saat itu semua tertulis di Kompasiana

1. Sesuatu yang akan Selalu Dikenang
2. Kuliah Daring Penuh Warna, Sedikit Nakal namun Berbobot

3. Semester Pendek di Masa Pandemik

4. Metamorfosis di Bangku Kuliah Zaman Now

Braga Kota Kenangan 

salah satu sudut di Braga/dokpri
salah satu sudut di Braga/dokpri

Langkah kaki bergeser ke arah lebih timur (sepertinya) dengan mengunjung sebuah jalan klasik yang terkenal di kalangan Para Milenial di kota Bandung. Sesaat memasuki jalan tersebut, aura nostalgia sangat terasa dari mulai bentuk lampu jalan, bentuk etalase-etalase toko yang seperti tahun 80an, jalan trotoar yang klasik serta arsitektur bangunan-bangunan di sepanjang jalan

Namun aneh nya, walaupun aura klasik terasa, jalan di penuhi oleh para pemuda-pemudi dengan dandanan kekinian. Berasal dari generasi transisi (antara baby boomers dan X generation), saya bisa merasakan di tempat ini lah pertemuan 2 generasi yang berbeda tersebut.

Menikmati kota tua Braga/dokpri
Menikmati kota tua Braga/dokpri

Setelah puas berkeliling dan sempat juga memilih beberapa baju untuk sebagai ole-ole (buah tangan), langkah kaki saya terhentikan di sebuah restoran yang bernuansa kolonial Belanda (barangkali di tahun 1940an). 

Benar saja, begitu duduk di meja saya di suguhkan menu yang di dalamnya tertera kisah awal restoran berdiri. Sebuah bisnis yang mempunyai sustanbility yang mengagumkan, berdiri tahun 1923 (sebelum Negara Kesatuan Republik Indonesia merdeka di tahun 1945), yang akan berumur 100 tahun di tahun depan apalagi bisnis tersebut adalah restoran (jasa), pasti pernah mengalami masa-masa sulit. 

Saya memesan menu Daging iga bakar dengan size large serta kopi khas Braga yg harum. Daging iga bakar datang, tercium aura daging masak, secara visual persentasi terbakar lebih 90 persen. 

Wow Yummy, tanpa menunggu berlama-lama saya langsung mengeksekusi dengan potongan pertama. Potongan pertama ini menjadi penting, saya memilih daging iga sisi terluar, begitu di potong nampak belahan daging terkoyak berwarna merah terpanggang. Saat daging memasuki rongga gigi dan mendapatkan gigitan pertama terasa auro panggang dan bumbu serta lemak daging menjadi satu kesatuan yg tidak terbandingkan

Iga Bakar dan Es kopi/dokpri
Iga Bakar dan Es kopi/dokpri

Waktu makan kali ini merupakan waktu terlama (barangkali) sepanjang hidup saya, sambil menikmati alunan gitar dan penyanyi akustik dengan lagu-lagu nostalgia. Memory kembali ke saat-saat awal kuliah S1 di kota dengan julukan kota batik. 

oh iya Kopi yg kusisakan untuk hidnagan terakhir, dengan terdiri dari 3 gradasi warna yaitu hitam cream serta hijau dilapisan paling bawah membuat kopi tersebut mempunyai penampakan yang menggoda selera, dan benar begitu di aduk secara merata ketiga warna tersebut bercampur dengan indah nya , sedikit seduh saja langsung membuktikan bahwa pengalaman dari 1923 bukan lah sesuatu yang mudah di raih. skor 10/10 untuk kopi tersebut. 

Setelah perut penuh di isi oleh iga bakar dan dahaga di isi oleh 3 warna kopi, saat nya kembali ke hotel untuk bersiap pulang ke Batam keesokkan hari nya. 

 Jejak Bandung Batam yang melintasi gunung, kota, laut dan udara

Dokpri
Dokpri

Moda awal yang saya gunakan adalah menggunakan kereta Api. Berangkat dari stasiun kota Bandung sambil menunggu waktu keberangkatan di sela waktu tersebut saya menulis untuk salah satu artikel kompasiana. Dalam perjalanan kereta api ini menjadi perjalanan pertama saya setelah hampir 10 thun lebih. Seingat saya dulu pernah mencoba kereta malam dri Solo ke Jakarta (berikut tulisannya : Pulang Kampung Versi Zaman Now)

Nah perbedaanya, perjalanan kali ini dari Bandung ke Jakarta di tempuh mulai pagi hari sehingga dapat menikmati pemandangan sepanjang perjalanan

Ada beberapa spot photo yg bagus yaitu ada nya pemandangan pegunungan terus juga ada nya terowongan yang di dirikan dari jaman kolonial Belanda dan terakhir kereta api melintasi sungai yang berair jernih.

Setiba di Jakarta bertemu dgn seorang teman kami menikmati hidangan di Sarinah City yaitu restoran Dewata. Ada hidangan ikan bakar di di tambah kopi Bali yg khas. tanpa berlama-lama di karenakan waktu terus berlalu, saya permisi sama teman utk naik kereta listrik Setelah puas saya mencoba mode transportasi kereta api listrik Jakarta menuju ke bandara SOETTA. Tepat waktu dan sama seperti percobaan saya di beberapa tahun.

Dokpri
Dokpri

Alhamdulillah setiba di stasiun kereta bandara langsung di arahkan kereta bandara yg link atau terkoneksi dgn bandara SOETTA. Sangat memudahkan..

"Singkat cerita saya tiba di batam hampir jam 11 malam" . Begitu banyak kenangan tertinggal di Bandung. semoga bisa mengunjungi kota hujan tersebut kembali di suuatu hari nanti.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun