Mohon tunggu...
Prastiwo Anggoro
Prastiwo Anggoro Mohon Tunggu... Insinyur - ingenieur

Seorang pemerhati lingkungan, budaya dan sumber daya manusia. Aktif di perkumpulan kepemudaan, Keinsinyuran, Lingkungan dan Pendidikan. Memberikan kontribusi melalui infiltrasi ke generasi muda dan berusaha menulis satu topik setiap minggu sekali.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Wisuda Jaman Now - Edisi Terlambat

22 Desember 2022   23:57 Diperbarui: 23 Desember 2022   07:54 267
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Braga Kota Kenangan 

salah satu sudut di Braga/dokpri
salah satu sudut di Braga/dokpri

Langkah kaki bergeser ke arah lebih timur (sepertinya) dengan mengunjung sebuah jalan klasik yang terkenal di kalangan Para Milenial di kota Bandung. Sesaat memasuki jalan tersebut, aura nostalgia sangat terasa dari mulai bentuk lampu jalan, bentuk etalase-etalase toko yang seperti tahun 80an, jalan trotoar yang klasik serta arsitektur bangunan-bangunan di sepanjang jalan

Namun aneh nya, walaupun aura klasik terasa, jalan di penuhi oleh para pemuda-pemudi dengan dandanan kekinian. Berasal dari generasi transisi (antara baby boomers dan X generation), saya bisa merasakan di tempat ini lah pertemuan 2 generasi yang berbeda tersebut.

Menikmati kota tua Braga/dokpri
Menikmati kota tua Braga/dokpri

Setelah puas berkeliling dan sempat juga memilih beberapa baju untuk sebagai ole-ole (buah tangan), langkah kaki saya terhentikan di sebuah restoran yang bernuansa kolonial Belanda (barangkali di tahun 1940an). 

Benar saja, begitu duduk di meja saya di suguhkan menu yang di dalamnya tertera kisah awal restoran berdiri. Sebuah bisnis yang mempunyai sustanbility yang mengagumkan, berdiri tahun 1923 (sebelum Negara Kesatuan Republik Indonesia merdeka di tahun 1945), yang akan berumur 100 tahun di tahun depan apalagi bisnis tersebut adalah restoran (jasa), pasti pernah mengalami masa-masa sulit. 

Saya memesan menu Daging iga bakar dengan size large serta kopi khas Braga yg harum. Daging iga bakar datang, tercium aura daging masak, secara visual persentasi terbakar lebih 90 persen. 

Wow Yummy, tanpa menunggu berlama-lama saya langsung mengeksekusi dengan potongan pertama. Potongan pertama ini menjadi penting, saya memilih daging iga sisi terluar, begitu di potong nampak belahan daging terkoyak berwarna merah terpanggang. Saat daging memasuki rongga gigi dan mendapatkan gigitan pertama terasa auro panggang dan bumbu serta lemak daging menjadi satu kesatuan yg tidak terbandingkan

Iga Bakar dan Es kopi/dokpri
Iga Bakar dan Es kopi/dokpri

Waktu makan kali ini merupakan waktu terlama (barangkali) sepanjang hidup saya, sambil menikmati alunan gitar dan penyanyi akustik dengan lagu-lagu nostalgia. Memory kembali ke saat-saat awal kuliah S1 di kota dengan julukan kota batik. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun