Mohon tunggu...
Prastiwo Anggoro
Prastiwo Anggoro Mohon Tunggu... Insinyur - ingenieur

Seorang pemerhati lingkungan, budaya dan sumber daya manusia. Aktif di perkumpulan kepemudaan, Keinsinyuran, Lingkungan dan Pendidikan. Memberikan kontribusi melalui infiltrasi ke generasi muda dan berusaha menulis satu topik setiap minggu sekali.

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Evolusi Tenaga Kerja di Era Industri 4.0

9 Oktober 2019   09:47 Diperbarui: 9 Oktober 2019   10:36 361
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Presentasi Prof. Ismunandar (screenshot pribadi)

2 Huruf ajaib belakangan ini sering kali di dengung kan yaitu 4 (empat) dan 0 (nol). Sambungan 2 huruf tersebut menjadi 4.0 (empat titik nol) dan di tambah kan industry 4.0, sebuah era di mana autonomus IOT akan menjadi Raja.

Di lapak saya kompasiana, setidak ny ada 3 bahasan yg saya upload mengenai industry 4.0, seperti yang tertera di bawah ini

Di mulai dari pendidikan yg berbasis industry 4.0, judul nya :   transformation-of-engineering-education, konferensi keteknikan yg aplikatif berbasis industry 4.0 judul nya  konferensi-internasional-bercitra-rasa-4-0, dan be-hybrid-engineer

Kali ini saya akan membahas mengenai tenaga kerja di era industry 4.0. Sebenarnya ini adalah rangkuman dari webinar yg saya ikut dari 4 nara sumber yg mewakili stakeholder pendidikan, industry, ekonom dan pemerintah. 

Begini rangkuman nya :

1. Stake holder pendidikan

Pembicara : Prof. Suhono Harso Supangkat (Dari Institut Teknologi Bandung)

Presentasi Prof Hono (screenshot pribadi)
Presentasi Prof Hono (screenshot pribadi)

Beliau membawa isu akan adanya era disrupsi tenaga kerja di mana 23 juta jenis pekerjaan akan hilang di karenakan terjadi perubahan mendasar bagaimana diskripsi dari pekerjaan dan tenaga kerja. Pekerjaan dapat di lakukan secara autonomous oleh tenaga kerja yang bukan "human", sehingga manusia akan tergantikan secara fungsional. 

Selain itu pada tahun 2045 (100 tahun kemerdekaan RI), jumlah penduduk Indonesia mencapai 318,9 juta jiwa dimana Jumlah lansia (60 tahun ke atas) meningkat 100% sebagai akibat dari bonus demografi yang telah lewat. 

Hal ini harus di antisipasi secara serius oleh para stakeholder, ada beberapa rekomendasi langkah-langkah yang dapat di lakukan yaitu sebagai berikut :

  • Mempersiapkan "bukan angkatan kerja" menjadi angkatan kerja yang terampil dengan teknologi
  • Meningkatkan tenaga kerja terdidik dan tenaga kerja terlatih melalui berbagai program dan pelatihan 
  • Mengembangkan kurikulum pendidikan yang sesuai dengan perkembangan teknologi
  • Memberikan program pelatihan dan pendidikan di daerah rural terutama yang tinggi sektor pertanian, perdagangan dan pariwisata.


2. Stake holder industri 

Pembicara : Dr. Ir. Heru Dewanto, IPU (Ketua Umum Persatuan Insinyur Indonesia -PII dan CEO Cirebon Power)

Presentasi Dr. Heru (screenshot pribadi)
Presentasi Dr. Heru (screenshot pribadi)
Memang benar akan ada 23 juta jenis pekerjaan yang akan hilang, namun Industry 4.0 juga akan membawa 26 sampai 40 juta jenis pekerjaan baru. Sebagai contoh pekerjaan yang di lakukan secara similar dan dalam jangka waktu yang stabil akan tergantikan oleh robot yang dapat di program sedemikian rupa menyerupai aktivitas tersebut, akan tetapi jenis pekerjaan yang membutuhkan "sesuatu" yang adaptif dan "manage" masih dapat dilakukan oleh manusia. 

Disinilah di perlukan keahlian yang "hybrid", sebagai pelaksana Undang-undang keinsinyuran, PII akan memberikan pelatihan dan sertifikasi mengikuti perkembangan teknologi yang ada serta bekerja sama dengan Perguruan tinggi/Politeknik/Institut dalam menjalankan Prodi Program Profesi Insinyur. 

Kesimpulan dari presentasi beliau adalah sebagai berikut :

  • Industri 4.0 dan kedepannya, teknologi akan berkembang sangat pesat dan mengubah kehidupan manusia
  • Tercipta banyak pekerjaan yang hilang, namun akan lebih banyak lagi yang tercipta
  • Insinyur menjadi garis terdepan dalam perkembangan teknologi
  • Indonesia perlu meningkatkan kuantitas dan kualitas insinyur dalam menghadapi Industri 4.0.

3. Stakeholder Ekonom

Pembicara : Edi dari UGM  - Jurusan Bisnis Ekonomi

Dikarenakan beliau tidak mempunyai slide yang di tunjukan saat webbinar sehingga saya tidak bisa merekam terlalu jelas apa yang menjadi key note dari presentasi yang di sajikan. 

Beberapa item yang dapat saya highlighted sebagai berikut :

  • Peran Pendidikan tinggi menjadi pioner untuk beradaptasi dengan perkembangan teknologi yang sedemikian pesat
  • Generasi milenial perlu perhatian khusus di karenakan mereka akan mengisi lapangan kerja baru yang akan tercipta.

4. Stakeholder Pemerintah

Pembicara : Prof. Dr. Ismunandar (Dirjen Pembelajaran dan Kemahasiswaan Ristekdikti) 

Presentasi Prof. Ismunandar (screenshot pribadi)
Presentasi Prof. Ismunandar (screenshot pribadi)
Dari 3 pembicara sebelum nya, dapat di tarik benang merah bahwa peran kementerian riset, teknologi dan pendidikan tinggi sebagai regulator dan controller bagi perguruan tinggi maupun dari politeknik agar dapat menciptakan lulusan-lulusan sarjana yang dapat di serap oleh industri. 

Seperti data yang selama ini terbaca, masih banyak lulusan-lulusan sarjana yang tidak bekerja sesuai dengan baseline keilmuan yang di dapat saat di bangku perkuliahan 

Bahkan saat ini beberapa perusahaan ternama seperti Google, Apple tidak mensyaratkan lulusan sarjana untuk posisi-posisi tertentu di perusahaan tersebut.

Hal ini menjadi tantangan bagi dunia pendidikan tinggi untuk berbenah mengkuti perkembangan jaman, Salah satu terobosan yang telah di lakukan di pendidikan tinggi vokasi atau di kenal dengan nama Politeknik  menerapkan program MEMES, multi entry multi exits.

Berdasarkan peraturan Permenristekdikti no 54/2018, program diploma mulai dari tingkatan Diploma II ke Diploma IV, mahasiswa dapat keluar untuk bekerja di industri atau cuti dengan mendapatkan ijazah yang sesuai tingkatan diploma nya. 

Fleksibilitas ini akan di harapkan membuat lulusan vokasi dapat terkoneksi dengan industri secara inline. Menerapkan ilmu yang di dapat di bangku perkuliahan secara realtime ke dalam aplikasi di dunia kerja.

Program MEMES (screenshot pribadi)
Program MEMES (screenshot pribadi)
Program MEMES ini merupakan terobosan bagi dunia vokasi dan berfungsi "vice versa" secara mutualistik. Di satu sisi dunia industri akan mendapatkan tenaga terampil sesuai keahlian nya dan sisi lain mahasiswa dapat bekerja sesuai dengan disiplin ilmu yang di miliki.

Kesan saya mengikuti web binar yang di Host oleh ITB dan di prakasai oleh Asosiasi Prakasa Indonesia Cerdas - PII adalah merupakan batu pijakan penting bagi berbagai stakeholder yang konsent terhadap isu-isu fundamental di Indonesia. Di iringi dengan kecanggihan teknologi, seminar tidak lagi memerlukan tempat, kehadiran secara fisik, serta panitia atau EO, Cukup berbekal aplikasi dan Hp, lintas geografi dapat terhubung secara virtual. Inilah revolusi besar di Industri 4.0

Semoga ke depan, akan semakin sering Asosiasi, institusi bahkan pemerintahan yang mengadakan Forum Group Discussion atau seminar berbasisi webbinar sehingga peserta lintas geografi dapat hadir secara virtual.

Dari Batam untuk Indonesia yang lebih baik 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun