*
Banyak narasi perjuangan untuk kaum perempuan. Lantaran banyak pula diskriminasi yang ditujukan untuk kaum perempuan. Sehingga perjuangan itu ditujuan untuk mendapatkan situasi ideal, yaitu perempuan memiliki hak dan kesempatan yang setara dengan gender lain.
Dalam catatan diperoleh data bahwa kehidupan tidak baik diterima kaum perempuan sejak era Yunani kuno. Bahkan Amnesty Internasional menyebutkan bahwa satu dari tiga perempuan di dunia menjadi korban kekerasan. Setiap hari, sekitar 137 perempuan di seluruh dunia dibunuh anggota keluarganya. 1 dari 5 perempuan usia 20-24 tahun menikah sebelum ulang tahun ke-18. 15 juta anak di bawah umur menjadi korban pemerkosaan.Â
Hal-hal diatas mengarahkan temuan bahwa kaum laki-laki adalah tersangkanya. Untuk itu kaum feminis dan narasi konstruktif setiap tanggal 21 April menjadi gerakan kampanye menghapus aturan, perilaku, stigma dan tradisi yang tidak berpihak pada perempuan. Juga gerakan yang ingin menunjukan bahwa kaum perempuan itu berdaya, baca di youtube Gita Wirjawan.
Sebagai bagian dari kaum laki-laki, tidak enak rasanya jika seolah-olah ketika kaum perempuan memberikan narasinya secara tidak langsung memojokkan kaum laki-laki. Lantaran, logikanya kaum laki-laki adalah tersangkanya.Â
Bagi saya, yang memiliki 2 ibu dan istri serta satu anak perempuan, jika perseteruan ini masih saja berlangsung, damai sajalah. Banyak pula kaum laki-laki yang berpikiran "dami." Terkhusus mereka yang mengagumi senja, dan lain jenisnya. Buktinya mereka selalu menarasikan wanita selalu benar. Daan efeknya mereka lebih sering minta maaf.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H