Analisis perubahan iklim yang dilakukan dalam penelitian ini mencakup skenario iklim SSP 2.45 dan SSP 5.85. Selain itu, periode ulang banjir disimulasikan menggunakan data yang berasal dari dataset Global Precipitation Measurement (GPM). Khususnya data curah hujan dari model iklim dan GPM mengalami proses koreksi bias dan penurunan skala, sehingga memastikan peningkatan resolusi data. Dalam penelitian ini memanfaatkan Curah Hujan Limpasan.Â
Pada penelitian ini menggunakan Model Inundation (RRI) untuk analisis perambatan banjir, yang dikalibrasi menggunakan data debit sungai dan data luas perambatan banjir dari berbagai kejadian banjir. Selama tahap kalibrasi, berbagai parameter termasuk kekasaran tanah, koefisien penampang sungai, dan karakteristik tanah disesuaikan secara berulang. Model yang telah dikalibrasi kemudian divalidasi menggunakan beragam kejadian banjir, yang berpuncak pada pembentukan model akhir.Â
Dalam penelitian ini dilakukan pemetaan bahaya banjir, yang mana pemetaan bahaya banjir bertujuan untuk  penggambaran sistematis wilayah-wilayah yang rentan terhadap genangan selama terjadi nya banjir. Oleh karena itu, Indeks Bahaya Banjir (FHI) untuk suatu wilayah yang luas, yaitu kecamatan, kabupaten dan provinsi, diperoleh melalui rata-rata indeks bahaya lokal di seluruh wilayah kecamatan berdasarkan kedalaman air. Indeks bahaya lokal ini dihitung dengan menilai genangan paling besar yang pernah diamati. Sesuai dengan pedoman Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Indonesia, indek bahaya dikategorikan berdasarkan kebijakan Nomor 2 Tahun 2012 sebagai berikut:
Dalam penelitian ini hasil dan pembahasan yang dijelaskan meliputi kinerja model iklim, parameter model untuk studi kasus, peta proyeksi genangan banjir, dan proyeksi Indeks Bahaya Banjir dan skornya:
1. Kinerja model iklimÂ
Penelitian ini mencakup CDF yang dihasilkan dari setiap model CMIP dan stasiun pengukur hujan, yang menghasilkan total 186 kurva CDF dan persamaan yang sesuai. Data deret waktu bulanan untuk model iklim dan curah hujan yang diamati diilustrasikan pada gambar dibawah ini:
2. Parameter untuk studi kasus
Efektivitas model RRI dinilai melalui evaluasi yang melibatkan debit maksimum sungai dan dokumentasi wilayah yang tergenang. Upaya kalibrasi dipusatkan di tiga wilayah cekungan berbeda diantaranya: Cimanuk-Cisanggarung, Bengawan Solo, dan Serayu Opak. Debit sungai diamati di tiga stasiun berbeda di dalam wilayah cekungan yang dikalibrasi.