Mohon tunggu...
Andreas Prasadja
Andreas Prasadja Mohon Tunggu... profesional -

Praktisi kesehatan tidur, konsultan utama pada AP Snoring & Sleep Disorder Clinic serta Sleep Disorder Clinic - RS. Mitra Kemayoran, pendiri @IDTidurSehat , penulis buku Ayo Bangun! anggota American Academy of Sleep Medicine www.andreasprasadja.com

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Pilot Mendengkur, Awas!

5 Desember 2013   16:19 Diperbarui: 24 Juni 2015   04:17 146
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13862549761032040235

[caption id="attachment_306653" align="alignnone" width="640" caption="Ilustrasi/Admin (Bowo Bagus)"][/caption]

Mendengkur dengan henti nafas saat tidur (sleep apnea) telah lama kita ketahui mengakibatkan hipertensi, diabetes, penyakit jantung, stroke, impotensi dan berbagai penyakit berbahaya lain. Tetapi sering kali kita mengabaikan gejala lain dari sleep apnea, yaitu hipersomnia atau kantuk yang berlebihan. Padahal konsekuensi kantuk amat menurunkan kualitas hidup. Bahkan jadi sangat berbahaya ketika seseorang mengendara atau mengoperasikan alat berat.

Untuk itu, demi keselamatan penerbangan, kini Federal Aviation Administration (FAA) akan memeriksa semua pilot yang mendengkur.

Sleep Apnea

Ngorok sudah tak bisa dianggap sebagai tidur yang nyenyak lagi. Kebiasaan mendengkur sudah harus dianggap sebagai episode tak normal yang membahayakan. Sebab diantara dengkuran, sering kali terjadi henti nafas yang sayangnya tak disadari oleh penderita.

Pada saat tidur, saluran nafas melemas dan menyempit hingga mengganggu aliran udara nafas. Akibat sesak, tubuh dengan sendirinya membangunkan otak sejenak (micro arousal). Dengan berulangnya episode henti nafas sepanjang tidur, otak pun terbangun-bangun tanpa terjaga. Penderita sleep apnea tak tahu dirinya terbangun-bangun. Ia hanya bangun tak segar, dan terus mengantuk sepanjang hari.

Kondisi kantuk berlebihan walau durasi tidur sudah cukup ini disebut sebagai hipersomnia. Perlu diingatkan bahwa mengendara dalam kondisi mengantuk sama bahayanya dengan mengendara dalam kondisi mabuk. Tak heran bila di Inggris Raya ada peraturan yang melarang pendengkur untuk berkendara sampai sleep apnea-nya dirawat.

Keselamatan

Tercatat pada The Japan Times sebuah kejadian mengejutkan di Jepang di tahun 2003 dimana seorang pengemudi kereta super cepat tertidur selama 8 menit. Dalam kecepatan 300 km/jam, sistem otomatis menghentikan kereta tersebut. Walau tak menyebabkan kerugian nyawa, insiden ini menyadarkan masyarakat Jepang tentang bahaya mendengkur, karena dalam penyelidikan selanjutnya masinis tersebut ternyata mendengkur dan akhirnya terdiagnosa menderita sleep apnea.

Menanggapi ancaman sleep apnea, FAA berencana untuk memeriksakan semua pilotnya, terutama yang memiliki indeks massa tubuh lebih dari 30. Tetapi bukan hanya pada yang gemuk saja. Para ahli juga mengingatkan bahwa 30% orang dengan BMI dibawah 30 juga menderita sleep apnea.

Beberapa media di AS mengungkapkan bahwa kebijakan ini didengungkan lagi setelah terjadinya insiden dimana kedua pilot tertidur hingga melewatkan bandara tempat seharusnya mendarat. Sang kapten diketahui obese dan menderita sleep apnea.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun