Mohon tunggu...
Andreas Prasadja
Andreas Prasadja Mohon Tunggu... profesional -

Praktisi kesehatan tidur, konsultan utama pada AP Snoring & Sleep Disorder Clinic serta Sleep Disorder Clinic - RS. Mitra Kemayoran, pendiri @IDTidurSehat , penulis buku Ayo Bangun! anggota American Academy of Sleep Medicine www.andreasprasadja.com

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Ngorok Aja Kok Repot

3 Desember 2012   07:18 Diperbarui: 24 Juni 2015   20:15 342
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Hingga saat ini, rumusan pemeriksaan di laboratorium tidur, masih mengikuti apa-apa yang diuraikan oleh Dement dan Guilleminault saat itu.

Sleep Apnea

Henti nafas saat tidur dapat terjadi berulang kali dalam tidur. Saluran nafas yang sempit, pada saat tidur akan melemas dan kolaps. Akibatnya penderita seolah tercekik tak dapat bernafas. Dalam sesak, tubuh akan membangunkan otak sejenak agar penderita terbangun dan bernafas, lalu tidur dan mendengkur lagi.

Walau ia berulang kali bangun, tapi di pagi hari penderita sleep apnea sama sekali tak ingat. Ia hanya terbangun sejenak tanpa terjaga. Sementara kadar oksigen naik turun sepanjang malam.

Setiap episode henti nafas bisa bervariasi, mulai dari 10 detik, 20 detik hingga satu menit lebih. Kadar oksigen pun turun dan naik sepanjang malam. Bayangkan juga kerja jantung yang memberat pada saat tidur. Ya, penderita sleep apnea bertaruh nyawa dalam tidurnya.

Perawatan

Tetapi perawatan penderita sleep apnea masih belum ada yang memuaskan. Saat itu penderita sleep apnea hanya dirawat secara simptomatis. Mereka hanya diberikan obat-obatan untuk mengatasi kantuk. Henti nafas sendiri tetap terjadi, dan penyakit-penyakit lanjutan dari sleep apnea pun tak dapat dicegah.

Dalam buku yang ditulisnya, Dement menceritakan pengalamannya merawat penderita sleep apnea. Ia pernah menemui penderita sleep apnea berusia 13 tahun yang telah mendengkur bertahun-tahun. Saat dirujuk, anak tersebut dalam kondisi menderita tekanan darah tinggi yang parah dan tidak dapat diatasi dengan obat-obatan. Setelah menjalani pemeriksaan, Dement menyarankan agar dilakukan tracheostomy, sebuah tindakan untuk membuat saluran nafas baru dengan membuat lubang di leher. Tindakan yang amat berani. Namun setelah nafas si anak berjalan lancar selama tidur, hipertensi yang dideritanya hilang begitu saja. Tetapi sayang, kondisi kurang oksigen selama tidur yang dialaminya bertahun-tahun telah menyebabkan kerusakan otak. Pemeriksaan kecerdasan dan kemampuan kognitif menunjukkan hasil yang buruk.

Sebagai alternatif tracheostomy, seorang dokter ahli paru Australia, Colin Sullivan di tahun 1981 memperkenalkan sebuah mesin bernama CPAP (continuous positive airway pressure). Dengan cerdas ia memodifikasi alat penyedot debu agar meniupkan tekanan. Lewat masker yang hanya menutupi hidung, udara bertekanan ditiupkan untuk mengganjal saluran nafas atas agar tak menutup.

Perawatan dengan CPAP dinilai yang paling efektif dan non infasif saat ini hingga dianggap sebagai baku emas perawatan. Sementara bentuk-bentuk perawatan lain juga diperkenalkan seperti beberapa tindakan bedah atau penggunaan dental appliances

Penderita Sleep Apnea

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun