Mohon tunggu...
Maria Pranya
Maria Pranya Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Pelajar

Pelajar

Selanjutnya

Tutup

Film

Resensi Film "Aum!" Sulut Api Reformasi

26 Maret 2024   18:13 Diperbarui: 26 Maret 2024   23:07 290
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Emosi dan pesan film tidak hanya terpancar melalui pemeran film, tetapi juga melalui visualisasi yang tepat. Tampilan film, mulai dari penampilan gaya pemeran hingga efek kamera mampu menggambarkan suasana film yang seperti berada pada tahun 1998. Film ini juga menggunakan pendekatan found footage, variasi dari Cinema Verite, yang merupakan pendekatan dimana kisah film fiksi dikemas seperti film dokumenter dengan penyampaian dari sudut pandang orang pertama dan bertutur seperti kisah nyata (Wikipedia.com). 

Dalam film ini, digunakan handycam dengan rasio 4:3 dan resolusi rendah yang membuat film terlihat jadul. Pergerakan kamera yang sedemikian rupa juga membuat film terlihat seperti sebuah dokumenter yang direkam oleh karakter Paul Whiteberg (Mr. Richard). 

Hal yang membuat film ini menarik adalah film ini menggambarkan realita yang sesungguhnya terjadi pada sekitar tahun 1998. Ketika berani mengkritik, maka nyawa telah dipertaruhkan. Hal ini seperti yang terjadi pada pemuda aktivis pada tahun 1990-an. Dilansir dari artikel oleh detik.com, peristiwa penculikan aktivis 1998 masih menyisakan misteri hilangnya 13 orang. Peristiwa ini terlihat jelas melalui usaha penangkapan karakter Satriya (Jefri Nichol) dan rekan aktivis Satriya di rumah perkumpulan mereka oleh kelompok militer. 

Begitu pula pada adegan siaran televisi dalam film bagian "Pertunjukan", dimana seorang wartawan yang mempertanyakan akan berita aktivitas dan mahasiswa yang hilang kepada Danjen Korps Tengkorak Hitam. Realita juga tergambar pada kehidupan masyarakat Indonesia. Pada film, mahasiswa menyuarakan reformasi, salah satunya penghapusan korupsi, kolusi, dan nepotisme. Namun mirisnya, dalam adegan di kebun binatang, Linda menyogok petugas agar dapat melakukan proses syuting film mereka. 

Ketakutan mengekspresikan pendapat terlihat pada bagian "Perjalanan" dimana Linda (Agnes Natasya Tjie) selalu waspada akan menjaga kerahasiaan proses produksi film. Dalam film digambarkan kamera yang digunakan sederhana agar tidak terlalu mencolok dan keamanan kru dan pemain yang terlibat menjadi prioritas utama. Film mampu mengambil topik yang serius dan sensitif, tetapi menampilkannya dalam sebuah kisah yang mudah dipahami oleh penonton. 

Pesan utama dalam film berhasil tersampaikan dengan baik. Film ini mampu mengkritisi reformasi dan mengingatkan penonton bahwa perjuangan tidak selesai setelah reformasi. Perjuangan masih perlu terus digarap sebab kondisi masa lalu masih terjadi dalam bentuk yang berbeda di masa kini. Semangat yang tinggi perlu terus bertahan hidup hingga tercapai perubahan yang diharapkan. 

Sayangnya, pada awal film, terdapat beberapa adegan tidak koherensif yang tiba-tiba diselipkan dalam film, seperti adegan Adam dan Satriya yang sedang menari dan tarian harimau. Hal ini kemungkingkinan akan membuat penonton bingung. Tidak hanya itu, perubahan alur dan perubahan cerita film antara bagian "Pertunjukan" dan "Perjalanan" yang berlangsung tanpa jeda membuat penonton harus berpikir terlebih dahulu untuk mencerna informasi yang ingin disampaikan film. Apabila penonton tidak memperhatikan secara seksama, kemungkinan penonton akan bingung dan kesulitan dalam mengikuti alur cerita, terutama ketika transisi bagian "Pertunjukan" menuju "Perjalanan". 

Bambang K. M. menyatakan motifnya menggarap Aum! adalah untuk mengingat kembali perjuangan reformasi yang belum selesai. "Film ini mempertanyakan kembali tujuan dan cita-cita perjuangan reformasi Indonesia, sekaligus mengingatkan bahwa perjuangan belum usai," tutur Bambang. Selaras dengan sutradara, Chicco Jerikho menyatakan, "Senang bisa ikut di dalam produksi ini, dengan sutradara dan tim yang sangat luar biasa, film ini mempunyai keunikannya sendiri dengan cara bertutur yang menurut saya akan memberikan warna baru di perfilman Indonesia. Film ini sangat spesial, film yang membawakan isu yang serius dengan cara mengAum!" (Antaranews.com).

Karya film ini tidak hanya memiliki humor yang membawa penonton tertawa, tetapi juga mengangkat isu yang sensitif dan serius dengan pembawaan yang unik, serta membawa pesan yang patut digarap oleh pemuda Indonesia. Oleh karena film mengangkat isu yang serius, film ini sebaiknya ditonton oleh penonton berusia minimal 16 tahun agar dapat memahami pesan yang tersampaikan. Secara keseluruhan, film ini sangat direkomendasikan kepada seluruh masyarakat Indonesia, terutama masyarakat muda dan remaja sebagai penerus bangsa. 

DAFTAR PUSTAKA

Aum! (n.d.). Wikipedia. Diakses Maret 26, 2024, dari https://en.wikipedia.org/wiki/Aum!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun