Mohon tunggu...
Maria Pranya
Maria Pranya Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Pelajar

Pelajar

Selanjutnya

Tutup

Film

Resensi Film "Aum!" Sulut Api Reformasi

26 Maret 2024   18:13 Diperbarui: 26 Maret 2024   23:07 290
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Identitas Film

  • Judul Film: Aum!
  • Sutradara: Bambang Kuntara Mukti 
  • Produser:Damar Ardi, Suryo Wiyogo
  • Penulis Naskah: Bambang Kuntara Mukti, Gin Teguh
  • Penata Musik: Bigheldy
  • Sinematografer: Ujel Bausad
  • Penyunting: Fajar Kurniawan Effendy
  • Rumah Produksi: Lajar Tantjap Film
  • Tahun Tayang: 2021 (Indonesia)
  • Durasi:85 menit
  • Pemeran: Jefri Nichol, Chicco Jerikho, Emanto Kusuma, Aksara Dena, Kukuh Riyadi, Kevin Abani, Agnes Natasya Tjie, Seteng Sadja, Jamaludin Latief, Aryudha Fasha
  • Genre: Drama, Petualangan

Ketika berani mengkritik, maka nyawa telah dipertaruhkan. Ketakutan dan kecemasan para pemuda dalam mencapai tujuan tergambar lewat film Aum! yang disutradarai Bambang Kuntara Mukti. Sudah saatnya kita bersama melawan demi reformasi ditegakkan.

Film Aum! mengisahkan kisah perjuangan para pemuda mendukung reformasi pada kisaran tahun 1998 yang terbagi menjadi dua bagian film berbeda. Bagian pertama film, yaitu "Pertunjukan" dibuka dengan adegan menegangkan yang menunjukkan Satriya (Jefri Nichol), seorang mahasiswa aktivis reformasi, yang sedang dikejar oleh beberapa orang setelah masuk daftar target operasi militer. 

Walaupun sudah berusaha melarikan diri, ia berhasil ditangkap oleh Adam, kakak Satriya yang merupakan bagian dari militer. Namun, ternyata Adam hanya berpura-pura menangkap Satriya untuk berusaha menyelamatkan adiknya. Sepanjang perjalanan Satriya dan Adam, terlihat bahwa keduanya memiliki pandangan ideologis yang berbeda dan kerap kali bertentangan.

Ketika cerita tersebut selesai, film kemudian berlanjut pada bagian kedua, yaitu "Perjalanan", yang menceritakan sekelompok pemuda yang hendak membuat sebuah film untuk mengekspresikan pendapat mereka. Cerita awal dalam film Aum! ternyata merupakan film yang dibuat Linda (Agnes Natasya Tjie), seorang mahasiswa, dan disutradarai oleh Panca (Chicco Jerikho). 

Pembuatan film di era reformasi tidaklah mudah dengan pembatasan kebebasan berpendapat pada masa pemerintahan Orde Baru.  Setiap proses sangat dirahasiakan untuk menjaga keamanan para kru film. Pada bagian "Perjalanan", digambarkan proses dan berbagai konflik yang terjadi saat Panca, seorang sutradara yang egois, menggarap filmnya.

Film ini benar-benar menggambarkan realitas kondisi sosial politik yang sangat menegangkan pada saat itu. Hal ini dapat dilihat dalam film dengan tokoh Linda (Agnes Natasya Tjie) yang selalu mengingatkan para film kru untuk menjaga ketenangan saat proses pembuatan film agar tidak menarik perhatian publik. Gambaran ini sejalan dengan kondisi politik Indonesia pada masa pemerintahan Orde Baru, dimana pemerintahan yang bercorak militeristik otoriter, melakukan banyak penahanan politik kepada mahasiswa yang berani menyuarakan kritik dan pendapat (Kompas.com). 

Walaupun menegangkan dan menggarap topik sensitif, film bergenre drama ini juga dibalut dengan komedi. Di satu titik, film terlihat begitu dramatis dan tegang. Namun, pada bagian kedua, nuansa cerita berbeda dengan bagian awal film. Pada bagian "Perjalanan", film ini menggunakan komedi sebagai alat menyampaikan pesan-pesan dalam era reformasi. 

Penonton dibuat tertawa dengan adegan konyol yang dilakukan oleh para kru film dan dalam perselisihan dengan sutradara yang terjadi dalam pembuatan film. Salah satu adegan yang penuh dengan komedi adalah ketika proses pembuatan film dilakukan di sebuah kebun binatang. Begitu banyak aksi konyol yang dilakukan oleh kru film dalam upaya mendapatkan suara aum dari harimau.

Kekuatan perasaan serta emosi dari film sungguh terpancar melalui aktor dan aktris yang memainkan perannya dengan begitu mendalam. Penampilan Jefri Nichol dan Aksara Dena patut diapresiasi sebab dapat memerankan dua peran sekaligus dalam film ini. Ketika memerankan Satriya, Jefri Nichol terlihat serius dan kritis, tetapi ketika menjadi Suryo, ia terlihat seperti aktor yang polos. 

Kemudian, ada pula Chicco Jerikho yang mampu memerankan seorang sutradara yang idealis, keras kepala, dan egois dan Agnes Natasya Tjie yang berperan sebagai Linda, seorang produser yang tegas dan keras kepala. Interaksi antara Panca dan Linda yang keras kepala, bersama aktor lainnya terlihat begitu natural layaknya perkumpulan pemuda yang sedang bekerja sama dan seperti video di balik layar pembuatan suatu film. Semua aktor mampu membangun perpaduan yang menyenangkan dan serasi dalam film ini. 

Emosi dan pesan film tidak hanya terpancar melalui pemeran film, tetapi juga melalui visualisasi yang tepat. Tampilan film, mulai dari penampilan gaya pemeran hingga efek kamera mampu menggambarkan suasana film yang seperti berada pada tahun 1998. Film ini juga menggunakan pendekatan found footage, variasi dari Cinema Verite, yang merupakan pendekatan dimana kisah film fiksi dikemas seperti film dokumenter dengan penyampaian dari sudut pandang orang pertama dan bertutur seperti kisah nyata (Wikipedia.com). 

Dalam film ini, digunakan handycam dengan rasio 4:3 dan resolusi rendah yang membuat film terlihat jadul. Pergerakan kamera yang sedemikian rupa juga membuat film terlihat seperti sebuah dokumenter yang direkam oleh karakter Paul Whiteberg (Mr. Richard). 

Hal yang membuat film ini menarik adalah film ini menggambarkan realita yang sesungguhnya terjadi pada sekitar tahun 1998. Ketika berani mengkritik, maka nyawa telah dipertaruhkan. Hal ini seperti yang terjadi pada pemuda aktivis pada tahun 1990-an. Dilansir dari artikel oleh detik.com, peristiwa penculikan aktivis 1998 masih menyisakan misteri hilangnya 13 orang. Peristiwa ini terlihat jelas melalui usaha penangkapan karakter Satriya (Jefri Nichol) dan rekan aktivis Satriya di rumah perkumpulan mereka oleh kelompok militer. 

Begitu pula pada adegan siaran televisi dalam film bagian "Pertunjukan", dimana seorang wartawan yang mempertanyakan akan berita aktivitas dan mahasiswa yang hilang kepada Danjen Korps Tengkorak Hitam. Realita juga tergambar pada kehidupan masyarakat Indonesia. Pada film, mahasiswa menyuarakan reformasi, salah satunya penghapusan korupsi, kolusi, dan nepotisme. Namun mirisnya, dalam adegan di kebun binatang, Linda menyogok petugas agar dapat melakukan proses syuting film mereka. 

Ketakutan mengekspresikan pendapat terlihat pada bagian "Perjalanan" dimana Linda (Agnes Natasya Tjie) selalu waspada akan menjaga kerahasiaan proses produksi film. Dalam film digambarkan kamera yang digunakan sederhana agar tidak terlalu mencolok dan keamanan kru dan pemain yang terlibat menjadi prioritas utama. Film mampu mengambil topik yang serius dan sensitif, tetapi menampilkannya dalam sebuah kisah yang mudah dipahami oleh penonton. 

Pesan utama dalam film berhasil tersampaikan dengan baik. Film ini mampu mengkritisi reformasi dan mengingatkan penonton bahwa perjuangan tidak selesai setelah reformasi. Perjuangan masih perlu terus digarap sebab kondisi masa lalu masih terjadi dalam bentuk yang berbeda di masa kini. Semangat yang tinggi perlu terus bertahan hidup hingga tercapai perubahan yang diharapkan. 

Sayangnya, pada awal film, terdapat beberapa adegan tidak koherensif yang tiba-tiba diselipkan dalam film, seperti adegan Adam dan Satriya yang sedang menari dan tarian harimau. Hal ini kemungkingkinan akan membuat penonton bingung. Tidak hanya itu, perubahan alur dan perubahan cerita film antara bagian "Pertunjukan" dan "Perjalanan" yang berlangsung tanpa jeda membuat penonton harus berpikir terlebih dahulu untuk mencerna informasi yang ingin disampaikan film. Apabila penonton tidak memperhatikan secara seksama, kemungkinan penonton akan bingung dan kesulitan dalam mengikuti alur cerita, terutama ketika transisi bagian "Pertunjukan" menuju "Perjalanan". 

Bambang K. M. menyatakan motifnya menggarap Aum! adalah untuk mengingat kembali perjuangan reformasi yang belum selesai. "Film ini mempertanyakan kembali tujuan dan cita-cita perjuangan reformasi Indonesia, sekaligus mengingatkan bahwa perjuangan belum usai," tutur Bambang. Selaras dengan sutradara, Chicco Jerikho menyatakan, "Senang bisa ikut di dalam produksi ini, dengan sutradara dan tim yang sangat luar biasa, film ini mempunyai keunikannya sendiri dengan cara bertutur yang menurut saya akan memberikan warna baru di perfilman Indonesia. Film ini sangat spesial, film yang membawakan isu yang serius dengan cara mengAum!" (Antaranews.com).

Karya film ini tidak hanya memiliki humor yang membawa penonton tertawa, tetapi juga mengangkat isu yang sensitif dan serius dengan pembawaan yang unik, serta membawa pesan yang patut digarap oleh pemuda Indonesia. Oleh karena film mengangkat isu yang serius, film ini sebaiknya ditonton oleh penonton berusia minimal 16 tahun agar dapat memahami pesan yang tersampaikan. Secara keseluruhan, film ini sangat direkomendasikan kepada seluruh masyarakat Indonesia, terutama masyarakat muda dan remaja sebagai penerus bangsa. 

DAFTAR PUSTAKA

Aum! (n.d.). Wikipedia. Diakses Maret 26, 2024, dari https://en.wikipedia.org/wiki/Aum!

Film "Aum!" pertanyakan cita-cita perjuangan reformasi. (2021, September 1). ANTARA News. Diakses Maret 26, 2024, dari https://www.antaranews.com/berita/2363810/film-aum-pertanyakan-cita-cita-perjuangan-reformasi

Film Found Footage: Tak Hanya Mengumbar Kengerian, Tapi Juga Perspektif Manusia. (2022, Juli 18). kumparan. Diakses Maret 26, 2024, dari https://kumparan.com/playstoprewatch/film-found-footage-tak-hanya-mengumbar-kengerian-tapi-juga-perspektif-manusia-1yUCai0uT7e

Kondisi Politik masa Orde Baru. (2020, November 1). Kompas.com. Diakses Maret 26, 2024, dari https://www.kompas.com/skola/read/2020/11/01/151016869/kondisi-politik-masa-orde-baru

Penculikan Aktivis 1998, 13 Orang Tanpa Kabar hingga Kini. (2023, September 7). Detik.com. Diakses Maret 26, 2024, dari https://www.detik.com/sulsel/berita/d-6917623/penculikan-aktivis-1998-13-orang-tanpa-kabar-hingga-kini

(REVIEW) Aum! (2021). (2021, September 26). KINCIR.com. Diakses Maret 26, 2024, dari https://kincir.com/movie/cinema/review-film-aum-bioskop-online-suln0mseapra/

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun