Kepasrahan keduanya atas "wahyu" menjadi esensi terdalam agama. Pengorbanan Nabi Ismail pada akhirnya berbuah kemenangan besar bagi umat manusia.Menjadi praktik agama dengan sosial kemanusian yang berkelanjutan bahkan hingga hari akhir nanti.
Kepasrahan total yang menjadi akar pengorbanan dari kisah dua Nabi tersebut menjelaskan kepada kita bahwa ego tak lagi berdaya bila berhadapan dengan keyakinan.Tunduknya mereka seperti alam dengan hukum kausalitasnya, alam di 'tangan' Sang Pencipta, tak berdaya dan tak bisa berbuat apa-apa.
Pengorbanan keduanya juga mengajarkan sebuah moralitas bahwa hal yang kita cintai dan miliki di dunia ini tidaklah mutlak dan perlu dipertahankan mati-matian karena ia memiliki 'tuan-nya' sendiri Yang Maha Mutlak.
Meskipun memiliki latar histori yang berbeda dua momentum besar tadi yakni Hari Raya Qurban dan Hari Kemerdekaan Republik-Indonesia, keduanya memiliki kesamaan narasi tentang makna pengorbanan sebagai jalan awal kemenangan serta mengajarkan bahwa kemerdekaan sebagai nilai luhur demokrasi sekaligus merdeka dari kungkungan egoisme dan penjajahan nafsu keinginan yang temporal.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H