Keinginan mampir ke warung milik Hanik Purwanto sudah cukup lama.
Ditambah unggahan Cak Gandi Wasono di akun Facebooknya beberapa waktu lalu. Sahabat sejak masih bersama di koran Surya sebelum kemudian gabung ke Tabloid Nova ini juga sempat berkunjung ke warung #Panuluhkopidanangkringan dg menu spesial khas Tulungagung. Â
Kesempatan itu akhirnya datang saat melakukan pendampingan pelaku UMKM di Tulungagung Rabu (16/10/2024).
Usai tugas utama, saya pun meluncur menuju warung #Panuluhkopidanangkringan.
Ohya, saat berangkat ke Tulungagung pagi hari, aku sudah tanya,"warungmu wis buka ta?"
"warungku buka mulai pukul 07.00 sampai sore, mas," jawab Hanik.
Berada di lokasi strategis, #Panuluhkopidanangkringan tepat di sisi Jalan Ki Mangun Sarkoro, Ngreco, Jepun.
Aku sering menyebut tempat seperti ini 'warung mepet sawah'. Karena bagian belakang warung ini adalah hamparan sawah (yg waktu itu mengering karena musim kemarau).
Pemandangan kian memukau karena di kejauhan ada pegunungan. Atmosfer ini yang jadi keunggulan saat nongkrong #Panuluhkopidanangkringan.
Jadi tak cuma menikmati menu-menu tradisional khas Kota Marmer, tetapi juga sambil menyaksikan pemandangan indah khas pedesaan.
Begitu duduk dan saling bertukar kabar, mbak Indah Kristiana, sang istri yg ternyata mantan kru di SS FM langsung menyuguhkan aneka jajanan di meja. Siang itu aku juga sempat merasakan menu Sompil khas Tulungagung. Di kedai Hanik juga ada menu khas Tulungagung lainnya, ayam lodho, dan sejumlah menu istimewa yang kental daerah tersebut.
Sebelum menggeluti dunia kuliner, profesi Hanik sama seperti diriku, jurnalis. Dia berpindah-pindah media, di antaranya Tabloid Nyata, Majalah Kartini, Wanita Indonesia, sebelum kemudian jadi konsultan media di sebuah kementerian di Jakarta.
Hanik harus balik ke kampung halaman karena ingin mendampingi orangtua yang sering masuk rumah sakit. "Saya buka warung ini tahun 2020. Rencananya buka Juni, tetapi karena pandemi, mundur jadi Oktober," kisah Hanik.
Membuka usaha di masa sulit, tentu bukan sebuah keputusan mudah. Tetapi, keseriusan Hanik dan sang istri pun membuahkan hasil. Kini warungnya jadi jujugan banyak komunitas dan karyawan yang berkantor di seputaran #Panuluhkopidanangkringan. Â Â
Di tengah obrolan kami, Hanik lalu menghubungi cak Toto Soemarsono. "Mreneo, ono mas Pra nang kene," ucap Hanik.
Saya dan Toto sempat sekantor waktu sama-sama jadi buruh di pabrik koran Surya. Juga sama-sama orang lapangan. Cuma beda bagian. Aku yang keluyuran cari berita, Toto keluyuran melayani pelanggan, alias bagian sirkulasi. Â
Toto pensiun dini sekitar tahun 2008, saat Surya masih berkantor di Jl Margorejo Indah.
Tak berapa lama, Toto pun merapat ke #Panuluhkopidanangkringan. Dan obrolan jadi makin seru.
Seperti Hanik, dari obrolan kami, saya jadi tahu bahwa Toto juga petarung tangguh.
Setelah pangsiun tahun 2008 dia balik kampung dan membuka usaha kaos dan merchandise berlabel 'Gadhe Tjinderamata Tulungagung'. Toto mengangkat tema khas daerah bernuansa budaya Tulungagung untuk ciri khas kaosnya, mulai gambar artefak sampai tradisi cethe --melabur batang rokok dengan ampas kopi.
Toto memiliki outlet di tempat yang cukup strategis di Jl MT Haryono. Pelanggannya tidak hanya wisatawan saja tetapi para TKI asal Tulungagung yang merantau di luar negeri.
"Awalnya, sempat ragu. Tapi, sing penting tatag (berani)," ujarnya. Â
Dari kisah dua sosok sahabat ini intinya adalah: Jika sudah memutuskan menjalani usaha, jalani dengan serius. Jangan setengah-setengah, dan terus bersyukur atas apa pun capaian yang diperoleh.
Di setiap usaha, apa pun, pasti akan ada tantangan dan ujian. "Jangan pernah putus asa. Karena kita tidak tahu di titik mana, Allah akan meluluskan doa yang terus kita panjatkan!"
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H