Mohon tunggu...
Achmad Pramudito
Achmad Pramudito Mohon Tunggu... Jurnalis - Penulis

Pemerhati seni budaya, dunia pendidikan, dan lingkungan

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Belajar Mandiri Itu dari Cergam 'Tarzan' hingga 'Gundala Putra Petir'

11 Januari 2023   04:56 Diperbarui: 30 Juli 2023   19:35 239
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tujuan utamanya bukan untuk mendapatkan uang dari hasil mengantar koran/majalah ke alamat pelanggan. Tetapi bisa membaca isi majalah itu lebih dulu sebelum kemudian aku antar ke pelanggan.  

Mencari uang di usia masih SMP bukan hal tabu di keluargaku. Karena ibu memang mengajarkan semua anaknya bisa mandiri, agar tidak cengeng.

Apalagi keempat anaknya adalah laki-laki yang nantinya bertanggungjawab kepada keluarga. Dan di sisi lain, tentu bisa menghargai jerih payah mencari uang sendiri.

Maka yang sempat aku jalani tak cuma jadi loper koran/majalah. Aku bahkan pernah pula jadi kernet angkutan kota (angkot) yang waktu itu lebih dikenal dengan sebutan bemo.

Yang punya bemo memang bukan orang jauh. Tetanggaku yang juga pegawai di Kotamadya Surabaya. Sepulang dari kantor, pak Bachtiar --tetanggaku itu---menjalankan bemonya dengan rute Terminal Wonokromo-Pasar Turi.

Sekali lagi bukan dapat uang dari hasil ngernet yang aku cari. Tetapi, rasanya seru bisa bergelantungan di bemo sambil meneriakkan arah dari bemo itu untuk menarik perhatian calon penumpang.

"Pasar Kembang....Arjuno...Semarang...yuk masih kosong!" seruku di sepanjang jalan.

Untuk semua yang aku lakukan itu, bapak maupun ibu sama sekali tak pernah bilang: 'Jangan!'. Pesan beliau sederhana saja: "Carilah rejeki yang halal. Apa pun bisa kamu lakukan, asal tidak mencuri!"

Kembali ke soal budaya literasi. Sekali lagi bapak tak pernah secara langsung mengajariku menulis. Meski tentu --dengan semua yang beliau sudah hasilkan selama ini---beliau adalah penulis ulung.

Anak-anaknya seakan 'dituntut' mencari jalannya sendiri.  

Dan jalanku --bila bisa disebutkan seperti itu---diantaranya dimulai ketika aku dipercaya sebagai 'pemimpin redaksi' Paramita. Majalah bulanan di sekolahku dulu, SMA Negeri 1 Surabaya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun