Mohon tunggu...
Pramono Dwi  Susetyo
Pramono Dwi Susetyo Mohon Tunggu... Insinyur - Pensiunan Rimbawan
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Menulis dan membaca

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Jarak Tanam yang Menyesatkan

5 Oktober 2020   15:52 Diperbarui: 7 Oktober 2020   14:43 522
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Lahan atau kawasan hutan yang ditanami kebanyakan topografinya miring sampai curam, kalau topografinya relatif datar biasanya luas tidak seberapa dibanding yang miring dan curam dengan kelerengan 30-100 persen. 

Luas kawasan hutan yang ditanam dapat mencapai ratusan bahkan sampai ribuan hektare. Pengalaman saya selaku penanggung jawab (pemimpin proyek) rehabilitasi hutan seluas 9000ha di suatu provinsi di luar Jawa beberapa tahun silam saat aktif masih bekerja di Departemen Kehutanan (sekarang KLHK) membuktikan akan hal ini.

Meskipun telah dibantu oleh teknologi Global Positioning System (GPS) dan peta topografi yang paling mutakhir  sekalipun (pada waktu itu), serta pemetaan dengan alat plotter (bukan manual), ternyata deviasi yang diperoleh dari pengechekan dilapangan cukup signifikan. Batas luar lokasi di lapangan banyak ditemukan di atas air pada lembah-lembah yang mengalir sungainya. 

Pada akhirnya, saya memutuskan bahwa hasil pemetaan GPS dan analisis peta topografi dan dituangkan dalam peta kerja dari hasil plotter sifatnya hanya pedoman atau panduan umum.

Sedang, peta yang dianggap sah dan final adalah peta gabungan antara panduan umum dengan hasil groundchek lapangan.

Masalah yang muncul di lapangan adalah bagaimana menghitung jumlah tanaman dalam satuan luas (ha) pada lahan dengan topografi datar dengan topografi miring. Sementara kita mendasarkan pada peta kerja yang bidang permukaannya dengan luas 9000ha bersifat datar?

Pertanyaan pelaksana penanaman di lapangan masuk akal dan mendasar. Luas satu hektare lahan hutan berbentuk datar dengan satu hektare lahan hutan yang mempunyai kemiringan 100 persen (kemiringan 45) akan jauh berbeda apabila disajikan dalam peta kerja. Jangan-jangan bibit yang jumlahnya sudah dihitung dengan baik dan cukup sesuai dengan luas dilapangan tidak mencukupi untuk ditanam sesuai dengan peta kerja yang ada.

Benar juga, setelah dilakukan pengkajian lebih jauh dan saksama, ternyata jarak tanam di lapangan, apabila diangkat dan disajikan ke dalam peta kerja, menjadi semu dan menyesatkan karena jumlah bibit yang telah disiapkan pasti akan menyusut luasnya apabila diplot di atas peta kerja yang telah diikat titik-titik batas luarnya dengan GPS.

Penjelasannya adalah mari kita komparasi antara lahan datar dan lahan dengan kemiringan 100 persen dengan luas yang sama, yakni satu hektare. Dengan jarak tanam 3x2m, lahan datar luas satu hektare (100x100m) berisi 1650 bibit tanaman.

Sedangkan pada lahan kemiringan 100 persen, berisi dengan jumlah yang sama 1650 bibit tanaman, namun bila disajikan dalam peta kerja hanya menempati luas 4900m2 (70x70m) saja. 

Dengan hukum phytagoras segitiga siku-siku sama kaki, dapat diketahui bahwa lahan yang ditanami adalah sisi miring dengan panjang dan lebar 100x100m, sedangkan sisi siku sikunya bila dihitung dengan rumus phytagoras hanya sekitar 70x70m, itulah yang nampak tersaji dalam peta kerja dan membuat luasnya menjadi menyusut diatas peta. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun