Mohon tunggu...
Pramono Dwi  Susetyo
Pramono Dwi Susetyo Mohon Tunggu... Insinyur - Pensiunan Rimbawan
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Menulis dan membaca

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kota Bogor 40-an Tahun yang Lalu

21 April 2020   20:03 Diperbarui: 21 April 2020   21:05 134
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Kebun Raya, sebagai tempat rekreasi favorit bagi mahasiswa IPB, disamping dekat dengan kampus, selain hari Minggu, mahasiswa digratiskan masuk dengan cukup menunjukkan kartu mahasiswa saja.

Karena cuaca selalu dingin dan sejuk (makanya disebut kota hujan), maka setelah waktu magrib, jarang orang keluar rumah kalau tidak perlu sama sekali. Teknologi computer belum dikenal, demikian juga dengan alat fotocopy. Untuk membuat tugas kuliah menggunakan mesik ketik konvesional sehingga bila terjadi kesalahan selalu diulang ulang. 

Bagi yang belum terampil mengetik dapat menyewa orang dengan biaya yang cukup mahal. Dosen mengajar hanya mengandalkan kerasnya suara dan alat bantu kapur dan papan tulis. 

Oleh karena itu, mahasiswa yang kuliah seringkali rebutan untuk mendapatkan tempat duduk didepan agar mudah untuk mecatat. Gedung mall Bogor Squere dulunya adalam tempat olah raga (lapangan bola) dan gedung kuliah mahasiswa IPB sebelum pindah dan dipusatkan dikecamatan Darmaga kabupaten Bogor. 

Jalan mengelilingi kebun raya pada pagi hari terasa nyaman dan adem tidak seperti sekarang bising dengan kendaraan dan udara terasa sudah kurang sehat karena polusi udara. Yang masih tetap sama adalah gedung gedung tua yang mengeliling kebun raya seperti Gereja Zebooth, Hotel Salak, Sekolah Regina Pacis, Kantor Polisi Militer. 

Sepanjang jalan Pajajaran dari kantor Telkom sampai kebun raya merupakan perumahan dinas yang bentuknya mirip kiri kanan jalan, yang sekarang banyak berubah menjadi distro dan hotel. 

Kemudian yang membanggakan adalah pepohonan yang umurnya sudah itu, masih tetap berdiri kokoh dipinggir jalan sepanjang kebun raya dan jalan Sudirman dan jalan Pemuda. 

Saya meninggalkan kota Bogor akhir tahun 1981 dan balik bermukim kembali sebagai warga Kota Bogor tahun 2004 dengan perubahan kota yang cukup signifikan terutama jumlah penduduk dan jumlah pemukiman yang bertambah padat dan sesak.

Bravo kota Bogor.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun